Home / Romansa / PRAS, and his destiny / P.14 Deal with the devil

Share

P.14 Deal with the devil

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2021-05-05 08:23:11

Kegalauan masih dilanda Pras, suara Laurent yang terus meminta tolong dan meminta maaf terus terngiang di telinga Pras. Sudah dua hari ponsel milik Laurent tak aktif, bahkan mata-mata Pras pun tak melihat Laurent keluar dari Penthouse Pedro. 

"Andreas, apa bisa kamu atur pertemuan Pedro diluar bersama Galang? Saya ... saya ingin bertemu Laurent sebentar," Pras tertunduk sambil memegang ponsel yang menempel di telinga kanannya.

"Saya coba atur Pak Pras. Yang jadi masalah, pengawal yang menjaga di Penthouse begitu ketat." 

Pras mengeram marah. Ia lupa tentang hal itu. Mengapa Laurent diperlakukan seperti tahanan? Apa segila itu Pedro menyukai Laurent? Atau hanya dijadikan budak sex. Prad tak kuat memikirnya. Hatinya bergemuruh kuat karena emosi. 

"Ok. Atur pertemuan private saya dengan Pedro siang ini. Dua jam dari sekarang. Siapkan dana dua puluh ribu dollar. Jangan banyak tanya untuk a

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Novena
kebalik yah jd pusing bacanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PRAS, and his destiny   Bab 16. Kehadiran Jevan

    Suara denting sendok di dalam cangkir teh terdengar merdu, seraya sang pemilik cangkir itu duduk di meja makan. Ia menatap, bukan menatap cangkir tehnya, tapi menatap wanita yang sedang berdiri di seberangnya yang kemudian meletakan cangkir berisi teh dengan gula diet kehadapan pria yang kali itu hanya mengenalan bathroob. "Mau pakai selai atau madu, roti bakarnya?" wanita itu bertanya. Pria itu hanya bertopang dagu dan menatap sambil tersenyum. "PRAS!" teriakan Laurent mengagetkan Pras. Ia mengerjap cepat lalu duduk tegak dan menunjuk ke selai coklat. "Tipis aja selainya, aku gak-" "Tau ... tau ... nggak bisa makan manis. Paham." Kedua mata Laurent melirik datar ke Pras. "Nanti tolong bawa jas aku yang ada di lemari sisi sebelah kiri ke Laundry

    Last Updated : 2021-06-15
  • PRAS, and his destiny   Bab 17. Sehari bersama

    Jevan dan Pras sudah duduk di sofa ruang tamu dengan pakaian rapi dan keduanya tampak tampan. Benar-benar seperti ayah dan anak. Laurent tersenyum manis saat ia juga sudah bersiap. Pras diam menatap Laurent yang mengenakan pakaian dengan warna senada dengan ia dan Jevan."Lho kok sama ... aku ganti dulu deh, malu. Kesannya niat banget pake kostum." Laurent berbalik badan. Namun suara larangan Pras terdengar."Gini aja," ujar Pras. Ia dan Jevan lalu beranjak. Laurent tersenyum masam. Rambut coklatnya ia blow dengan sedikit bergelombang."Sebentar, ada obat yang harus aku minum." Laurent kembali ke dalam kamar dan mengambil obat itu. Ia lalu beralih ke dapur dan mengambil air putih.Dengan cepat Laurent menelan pil itu. Jevan tak perduli karena ia tak paham. Namun Pras, ia menatap curiga.

    Last Updated : 2021-06-21
  • PRAS, and his destiny   Bab 18. Tempat tumbuh

    Jantung Laurent memompa lebih cepat saat kakinya kembali menapaki kota tempat kelahirannya. Pras yang setia berdiri di sampingnya pun bisa merasakan jemari dingin dan basah Laurent yang ia genggam.Lebih dari delapan tahun ia tak pulang. Perkembangan kota Manado sungguh pesat. Kota tampak ramai walau Laurent melihatnya dari dalam mobil SUV putih yang di sewa Pras selama mereka di sana."Rent, kita nginap di hotel yang paling bagus di sini, karena aku tau tempat tinggal mu-" Laurent mengangguk. Ia tersenyum menatap Pras yang menyetir mobil."Langsung ke pemakaman atau mau ke hotel?" tanya Pras lagi."Langsung aja. Tapi mampir ke toko bunga, aku mau beli untuk mereka. Tapi- aku lupa alamat toko bunganya.""Ada GPS, Rent." Pras memainkan ponsel di tangannya. Laurent merasa b

    Last Updated : 2021-06-22
  • PRAS, and his destiny   Bab 19. I Love You

    Desahan nafas dari dua manusia itu membuktikan apa yang mereka rasakan di dalam diri masing-masing. Dengan bringas namun mampu membuat Laurent terbuai, Pras terus menikmati apa yang saat itu ada di hadapannya. Tubuh mulus Laurent begitu indah di pandangan matanya. Raut wajah penuh kenikmatan karena Pras begitu luar biasa memasuki area sensitifnya begitu membuatnya terbakar dan nikmat bersamaan. Katakan mereka kebablasan. Semua ini terjadi karena kegemasan Pras dengan wanita yang bersamanya itu. Setelah Laurent tenang, dan tak menangis lagi. Pras kembali berucap jika ia hanya mau menjahili Laurent yang tampak datar-datar saja sikapnya kepada Pras. Laurent marah dan, Flash back beberapa waktu sebelumnya, "Kamu khawatirin aku sampai nangis kayak gini pasti ada

    Last Updated : 2021-06-23
  • PRAS, and his destiny   Bab 20. Stalker

    Galang dan Aira menatap lekat Pras yang hanya bisa senyum-senyum setelah mereka kembali ke Jakarta dan langsung ke rumah Galang. Laurent tampak malu-malu, bagaimana tidak, Pras bahkan berbicara tentang kebablasannya itu. Aira khawatir. Bagaimana jika tau kondisi Pras yang mandul. Apa ia akan mundur dari hubungan itu? "Jadi- kalian akan tinggal bersama tanpa ikatan sah?" Galang bersedekap. Pras menoleh ke Laurent. "Aku maunya di apartemen sendiri, Lang, tapi tua bangka ini memaksaku. Ia bahkan berjanji menjaga hasratnya itu." Laurent menoleh dan menatap tak yakin dengan janji Pras. "Mana bisa dia tahan," sinis Galang. "Kak, bisa ikut aku sebentar," pinta Aira lembut sambil beranjak. Aira membawa Pras ke kamar anak-anaknya.

    Last Updated : 2021-06-25
  • PRAS, and his destiny   Bab 21. Titik terang

    Kedua mata Laurent perlahan terbuka. Cahaya terang dari balik tirai yang hanya setengah terbuka masuk menerangi kamarnya. Kedua netranya menatap Pras yang sedang menatapnya. "Aku-" "Pingsan. Apa yang kamu rasain, Rent?" Pras mendekat. Duduk di tepi ranjang. Laurent menggeser tubuhnya sedikit ketengah ranjang. "Lemas," jawab Laurent. "Aku buatkan teh hangat ya, tunggu sebentar." Pras mengecup kening Laurent sekilas. Lalu berjalan ke luar kamar. Laurent diam. Ia duduk perlahan. Menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Tak lama, Pras kembali dengan cangkir teh di tangannya. Sambil tersenyum. Laurent menerima dan meminum teh itu. Matanya menatap Pras yang tampak khawatir. "Aku mau

    Last Updated : 2021-06-27
  • PRAS, and his destiny   Bab 22. Promises

    Tak selalu gaun pengantin berwarna putih dengan ekor panjang menjuntai. Aira yang tak bisa memastikan ukuran tubuh Laurent hanya mampu menerkanya, maka ia menyiapkan gaun panjang berwarna salem.Sedangkan Pras, menggunakan setelan jas miliknya yang berwarna hitam dengan kemeja putih. Tampak biasa dan sederhana.Aira juga membawa mekap artis kenalannya. Mereka pun berdandan di pelataran gereja. Aira menggantikan baju Laurent di toilet gereja."Kakak itu gila. Dalam waktu kurang dari enam jam kita semua kelabakan menyiapkan ini semua. Urus surat-surat untuk didaftarkan pernikahannya kan nggak cepet. Tua bangka gila," omel Aira sambil menggandeng tangan Laurent saat ia keluar dari toilet. Mereka berjalan kedalam mobil SUV hitam itu kembali.Laurent hanya diam dan sesekali tersenyum.

    Last Updated : 2021-06-27
  • PRAS, and his destiny   Bab 23. Holding hand

    Harum bau rumah sakit bergitu menyengat tercium di hidung mancung Pras. Ia akan menemani Laurent yang akan menjalani pemeriksaan lanjutan.Istrinya itu belum mau memberi tahu sakitnya. Biarkan dokter yang berbicara. Supaya lebih jelas dan tertata setiap katanya.Jemari Laurent membelai wajah sisi kanan Pras. Bulu-bulu halus di wajah Pras sudah mulai tumbuh. Laurent betah terus memainkan jemarinya di sana. Ia duduk di sebelah kiri Pras yang tangan kiri Pras tak lepas memeluk bahu Laurent."Nyonya Laurent Margaretha!" panggil perawat.

    Last Updated : 2021-06-29

Latest chapter

  • PRAS, and his destiny   Bab 85. Takdir yang berakhir penuh kebahagian.

    “Bagaimana kondisinya?” tampak Pras dan Alex berbicara dengan tatapan serius. Suami Lily itu mengusap kasar wajahnya, lalu menatap ke satu titik yang sejak awal kedua pria itu berada di sana, menjadi pusat perhatiannya. “Entahlah, Dad, bagaimana menurutmu. Aku harus apa menghadapi ini semua?” Alex justru balik bertanya. Pras terus berpikir keras, hingga pintu itu terbuka, menampakkan Laurent yang menatap penuh rasa bahagia. “KETIGANYA SUDAH LAHIR! Cucu kita sudah lahir, Pras!” teriak Laurent yang menemani Lily menjalani operasi sesar. Alex menunduk, perlahan terdengar isakan tangis penuh rasa haru juga bahagia. Pras memeluk putranya itu. “Aku sudah menjadi Ayah, Dad!” teriak Alex begitu bangga dengan dirinya. Laurent kembali masuk ke dalam ruang operasi. Derap langkah Fausto dan Belinda terdengar. “Sudah lahir?” tanya Belinda sembari menggendong putra keduanya. Alex beranjak. “Ayah! Ibu!” Alex berjalan mendekat, memeluk Fausto erat, berganti k

  • PRAS, and his destiny   84. Dunia baru Pras dan takdirnya

    Satu bulan berlalu. Alex dan Lily sudah tinggal di apartemen yang mereka sewa di tengah kota Roma. Mereka tak henti saling meluapkan rasa cinta dan sayang. Lily tak mau menikmati fasilitas yang ditawarkan Fausto, seperti mencuci pakaian di laundry, makanan selalu dikirim oleh pelayan dari rumah utama Fausto di Roma yang jaraknya tak jauh dari apartemen mereka, juga mobil mewah yang disediakan juga. Keduanya menolak kompak. Tapi, jelas, Fausto tak menuruti begitu saja. Para pengawal terus berjaga walau dengan jarak yang cukup jauh, bagaimana pun, keduanya adalah keluarga Fausto, siapa yang tak tau.Kehamilan Belinda sudah menginjak bulan ke tujuh, jenis kelamin bayi dikandungnya, laki-laki. Alex loncat-loncat saking senangnya akan mendapatkan adik laki-laki. Kado ulang tahun Alexander terbaik dari kedua orang tua kandungnya, sementara Pras dan Laurent, sibuk mengelola perkebunan anggur mereka, Edmon ikut repot karena Pras meminta dibuatkan system keamanan juga mengatur para pe

  • PRAS, and his destiny   Bab 83. A thousand years (21+)

    Gaun panjang berwarna putih tulang, dengan bahan satin berpadu lace yang memberikan efek klasik menyesuaikan lekuk tubuh pemakaianya, tampak indah saat dikenakan Lily yang berdiri di ujung pintu gereja, merangkul lengan sang ayah – Edmon – yang tampak beberapa kali harus mengatur napas juga air mata yang beberapa kali keluar dari sudut matanya. Putri cantiknya tampak berdebar mana kala menunggu pintu itu terbuka dan mereka berdua akan berjalan masuk menuju altar dengan karpet merah yang membentang hingga ke hadapan pendeta.Edmon menatap sekali lagi putrinya yang mendongak membals tatapannya, kerudung panjang berwarna senada menjuntai panjang menutupi kepala hingga seluruh bagian tubuh belakang Lily, hanya menyisakan sebagian rambut cokelat indahnya yang di tata begitu rapi tanpa menghilangkan kesan usianya yang sebentar lagi baru tujuh belas tahun.“Aku sudah cantik, Ayah? Tidak buruk riasannya, bukan?” tanya Lily menatap sang sayah.&ld

  • PRAS, and his destiny   Bab 82.Keluarga bagi Pras

    “Lalu… apa Tuan Pras sungguh rela melepaskan apa yang sudah dikerjakan selama puluhan tahun ini dan memilih untuk berada di sini, di negara baru, juga merintis bisnis barunya?” tanya seorang reporter pria saat Pras diundang ke salah satu acara TV Show tentang bisnis dan karir cemerlang para pengusaha, yang ada di kota Roma, Italia.Pras tersenyum sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu, ia mencoba merangkai kalimat sesederhana mungkin supaya akan sampai pesan yang ia maksud. Ia melirik ke istri cantiknya yang duduk di kursi penonton, studio itu besar, dan Pras cukup bangga bisa berada di acara TV dengan rating tinggi itu.“Ya, saya tidak perlu meragukan apa pun lagi untuk melepaskan semua yang saya peroleh di Swiss, sudah cukup untuk kami, saya dan istri saya berkutat dengan bisnis yang sangat menyita waktu. Usia kami tak muda lagi, kami pun sadar, ternyata, terlalu giat mencari uang dan mengumpulkan kekayaan, akan percuma jika waktu bersama ke

  • PRAS, and his destiny   Bab 81. Ladies Day

    “Aku lebih suka gaun yang ini, Ly, kau akan kenakan saat resepsi nanti, bukan?” tunjuk Jessie kepada gaun peseta berwarna champange kepada Lily saat keduanya berada di salah satu butik terkenal di kota Zurich. Laurent sudah menghubungi rekannya, jika calon menantunya sedang mencari gaun untuk pesta resepsi pernikahan.“Apa tidak terlalu terang untuk acara malam hari, Jes?” Lily menatap lekat gaun yang masih berada di manekin.“Tidak, warna ini sedang populer. Alex juga akan terlihat tampan dengan warna jas senada dengan gaun ini, lalu dikombinasi kemeja warna putih. Kalian berdua akan shinning di malam hari, Ly.” Tukas Jessie kemudian. Lily menimbang-nimbang, ia masih mencari warna lain.“Bagaimana dengan warna merah terang?” tanyanya. Jessie menggelengkan kepala.“Kau memang akan menjadi pusat perhatian, tapi… entahlah, mengapa aku merasa warna itu pasaran ya,” kelakar Jess

  • PRAS, and his destiny   Bab 80. Back to school

    Suara teriakan bahagia terdengar di kantin mana kala mereka melihat Lily dan Alexander yang berjalan begitu mesra. Mereka kembali ke sekolah setelah Pras dan Laurent mengurus tentang menghilangnya mereka beberapa bulan belakangan. Keduanya di tuntut mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk, juga mempelajari materi sebelum ujian kelulusan.“Aku terkejut saat tau Dre meninggal, Lex? Bagaimana bisa ia kecelakaan motor dan terjatuh, Dre pengendara motor yang hebat, bukan?” tanya Jessie yang kini berubah berdandan natural, duduk di hadapan pasangan itu.“Ya, begitulah, musibah,” jawab Alex santai. Jessie mengangguk. Ia menatap Lily, lalu melirik ke cincin yang Alex berikan untuk Lily.“Mmm… kapan kalian akan meresmikannya? Aku tidak sabar untuk hadir di pemberkatan kalian,” ledek Jessie.“Kau tidak cemburu?” celetuk Alex lalu mendapat cubitan kecil di pinggangnya dari Lily. Jessie tertawa.“Lex

  • PRAS, and his destiny   Bab 79. Tatapan

    Jemari tangan Pras membelai lembut punggung mulus istrinya, lalu mencium lama di sana, memeluk erat lalu kembali ia raba dengan jemari tangannya. Laurent berbalik badan, menghadap suaminya yang tak tampak tua di matanya, mengusap rahang tegas Pras lalu menarik wajah itu mendekat ke bibir Laurent. Wanita itu mengecup lama, lalu menatap.“Kali ini, apa yang mau kita lakuin, Pras, aku lelah jika terus mengejar materi dan hidup bergelimang harta.” Jemari Laurent bermain di surai Pras, pria itu tersenyum, memejamkan mata, meresapi buaian Laurent yang selalu menghanyutkannya.“Kita rintis bisnis anggur milik kita sendiri.” Pras mengerlingkan mata. Laurent menganga.“Kerja lagi?! Pras!” protes Laurent. Pras tertawa, ia merangkak ke atas Laurent lagi, keduanya masih bertelanjang bulat setelah perang di atas ranjang sejak tiga jam lalu.Laurent melenguh panjang, bibirnya terbuka dan dadanya membusung. Pras memasukan senjatanya l

  • PRAS, and his destiny   Bab 78. Memulai kembali

    Alex membuka mata, di tatapnya wajah teduh Lily yang masih tertidur di sampingnya. Alex mendekatkan wajahnya, mencium kening Lily yang bergeliat pelan. Perlahan, pemuda itu beranjak, membiarkan Lily yang masih terlelap. Tak lupa ia memakai kembali kaos dan celana jeansnya dengan pelan. Ia merasakan nyeri di kaki kirinya itu. Setelah siap, ia bergegas keluar dari dalam kamar. Tak lupa tersenyum saat kembali menutup pintu kamar kekasihnya itu. “Pagi, Ayah, Ibu…” sapa Alex yang langsung duduk di kursi meja makan.” “Pagi, ‘nak, mandi dulu. Kamarmu sebelah sana,” tunjuk Belinda ke arah Barat lantai dua. “Nanti setelah makan, aku lapar, Bu,” ucap Alex seraya meminum kopi di cangkir. “Jangan manja. Kau akan menjadi Kakak tidak lama lagi,” celoteh Fausto. Alex diam, tak lama setelah mencerna ucapan ayahnya, ia membelalakan mata. “Ibu… hamil? Mengandung Adikku?!” Ibu!” Alex berdiri, ia menganga lalu memeluk Belinda. “Selamat Ibu, aku bahagia me

  • PRAS, and his destiny   Bab 77. Tak Peduli

    Lily bersiap untuk tidur, ia menutup pintu kaca balkon kamarnya, lalu tirai renda putih ia rapatkan juga.“Maaf…” Lily terkejut, lengan kekar itu melingkat di pinggangnya, membuat ia mau tak mau memejamkan kedua matanya. Perlahan, Lily melepaskan pelukan itu, lalu berjalan keluar pintu, ia membuka lebar lalu mengusir Alex dengan tatapan dan tangannya yang meminta Alex keluar. Pemuda itu menggelengkan kepala, ia bersedekap, bersandar di pintu lemari pakaian Lily dengan langkah terpincang. Lily diam, hatinya kembali seperti di remas, namun ia juga marah dengan pemuda tampan itu, walau bekas luka masih tampak di wajahnya. Hanya luka lecet.“Keluar, aku mau tidur.” Ucap Lily ketus. Alex menggeleng lagi. “Terserah.” Ketus Lily sembari beranjak ke atas ranjang, merebahkan tubuhnya ke posisi kanan, menghadap dinding, memunggungi Alex.“Aku merindukanmu, Sayang,” suara itu terdengar, Lily masih diam, ia masa bodoh.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status