Penuh rasa terima kasih dan harapan untuk kesembuhan luka-luka Prameswari, Mbak Honey menyalami tangan Dokter Amoxa yang terasa dingin. Mungkin karena terlalu lama berada di ruangan ber-AC. Senyum ketabahan, memulas wajah Mbak Honey yang terlihat pucat karena kurang tidur. Semenjak aksi percobaan bunuh diri Prameswari kemarin, dia mengalami gangguan tidur yang cukup parah. Sampai-sampai, setiap harinya Hanya tidur selama beberapa jam saja, kurang dari tiga jam. Padahal, bagaimanapun masih harus ke kafe, meskipun hanya sebentar. Tentu saja, semua karyawan membutuhkan motivasi, bimbingan dan pengawasannya secara langsung. Beruntung, kesehatan fisiknya nggak langsung drop walaupun Dokter Amoxa juga memberinya vitamin C, supplement dan obat tidur dosis ringan. Mencegah lebih baik dari pada mengobati, bukan?
"Kalau begitu, say
Seperti apa rasanya, ketika tiba-tiba rasa cinta itu bertumbuh subur di hatimu?Padahal, dia, seseorang yang membuat kamu jatuh cinta itu adalah orang asing yang baru saja hadir dalam kehidupanmu. Bagaimana rasanya, ketika hatimu semakin terjatuh dan tak berdaya untuk berpindah tempat? Dia, malah semakin menikmati setiap rasa dalam kisah yang terangkai menjadi satu. Membentuk sebundel besar harapan manis dan indah tentang sebuah kehidupan bersama di masa depan.Rasa itulah yang sekarang ini bergejolak, memporak-porandakan hati Prameswari yang kosong melompong. Benar-benar kosong, bahkan Mas Eiden yang dulu, bertahun-tahun lamanya merajai segenap hatinya pun kini hilang entah di mana. Jangankan di dalam hati, dalam ruang pemikirannya pun Mas Ei
Begitu cepat waktu berlalu, seolah-olah roket yang lepas landas menuju bulan. Luka-luka di wajah, leher dan kepala Prameswari sudah sembuh dan kering. Akhirnya, setelah hampir dua bulan menunggu, hari spesial itu pun datang juga. Apakah itu? Operasi plastik untuk wajah dan lehernya. Sebenarnya, Prameswari nggak menginginkan operasi itu, bahkan cenderung menolak. Karena prinsipnya, biarlah tampil apa adanya. Nggak perlu ditutup-tutupi. Kalau memang kelak sudah sampai pada garis-Nya, maka sang Jodoh pun datang meminang. Begitu juga dengan soal rezeki. Meskipun penampilannya seperti ini sekarang, berbeda dengan yang ada di foto KTP dan wallpaper dia yakin, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang.Berseberangan dengan prinsip Mbak Honey yang memandang kalau selain inner beauty, wanita juga harus memperhatikan outer be
Twinkle twinkle little starHow I wonder what you areUp above the world so highLike a diamond in the skyTwinkle twinkle little starHow I wonder what you areBetapa terperangahnya hati Giga saat melihat nama Peony berkeredap-keredap di layar ponselnya bersama tulisan Incoming Call: Peony. Dia merasa, sebentar lagi langit akan runtuh dan semuanya akan berakhir dengan sempurna sehingga tanpa permisi
Harap-harap cemas, Mbak Honey menunggu Prameswari sadarkan diri kembali. Meskipun nggak termasuk ke dalam kategori operasi berat, tetap saja hatinya dihinggapi perasaan takut dan khawatir. Bukan apa-apa. Seumur hidup, baru kali ini Mbak Honey mengalami permasalahan yang serumit ini, sungguh. Padahal awal mulanya sangat sederhana. Menolong dan menyelamatkannya. Itu saja.Sejenak, setelah semua perawat dan dokter berjalan ke luar ruang perawatan, Mbak Honey memandangi wajah Prameswari lekat-lekat. Di sini, perasaan bersalah dan penyesalan itu benar-benar memuncak di hatinya. Hati nuraninya gencar menuding-nuding, 'Coba, Lo nggak maksain dia buat lepas jilbab, pasti nggak bakalan kayak gini keadaannya? Buat apa coba Lo nolongin dia, kalau akhirnya kayak gini? Tragis! Ya ampuuun Honey, Honey! Sadar nggak sih Lo, udah ngerusak
Niat dan tekat Evan sudah bulat, dia harus mencari Prameswari ke Tangerang. Bukan mencari sih, sebenarnya karena berdasarkan keterangan Yuka, Prameswari nggak ada di tempat. Lalu, untuk apa Evan ke Tangerang? Dia mau mengaku salah. Ya, yaaahhh walaupun mungkin pengakuannya nanti nggak akan bisa berarti apa-apa. Terpenting, mengakui saja dulu, sebagai bukti kalau sebenarnya dia nggak sengaja. Dia, hanya nggak sanggup membendung perasaan cinta yang semakin hari semakin bertumbuh subur di hati. Itu saja. Mengapa harus menyamar menjadi Meyka? Karena hanya dengan jalan itulah mereka bisa selalu berdekatan.Oh, betapa besarnya penyesalan yang kini mengisi hati Evan!Semenjak hari itu, sekitar dua setengah bulan yang lalu, dia kehila
Giga merasa, baru saja Mbak Honey membabat lehernya dengan sebilah pedang tajam dan sekarang dia menggelepar-gelepar, sekarat. Bagaimana mungkin membiarkan Mbak Honey pergi dari kehidupannya? Bukan saja hatinya yang akan semakin menderita tetapi juga Giga 100. Siapa lagi yang akan mem-back up usahanya kalau bukan Mbak Honey? Jangankan hanya menjauh dari Prameswari, bahkan kalau harus menghilang dari seluruh manusia di muka bumi ini pun pasti dijalani, sungguh. Karena Giga sadar, Giga 100 masih sangat membutuhkan sumbangan dana dari Mbak Honey. Entah, jika tanpa bantuan darinya, mungkin sudah collapsed sejak beberapa tahun yang lalu, pasca musibah kebakaran yang melahap kantor berikut seluruh aset berharga di dalamnya.Dari titik nol dia bangkit kembali, Mbak Honey lah yang membantunya dan bukan hanya dalam nominal y
Setenang dan seteduh mungkin, Mbak Honey menatap mata Prameswari, menyelam hingga ke dasar untuk meyakinkan hatinya, kalau operasi plastik ini pasti berhasil. Bukan hanya berhasil yang berarti nggak ada secuil pun bekas luka tertinggal di wajah, leher dan kepalanya, melainkan jauh lebih mulus. Kinclong, cantik merona tiada tara. Karena apa? Mbak Honey telah membayar super duper mahal untuk semua itu hingga nyaris menguras uang tabungan yang ada di salah satu rekening Bank. Rekening pribadi, bukan rekening atas nama Honey Karaoke and Cafe. Nggak, tentu saja Mbak Honey nggak pernah menyinggung soal nominal fantastis yang telah dikeluarkan. Pantang baginya, mengungkit segala sesuatu yang sudah diberikan kepada siapapun, terlebih Prameswari."Mytha, kamu yang tenang, ya?" bisik Mbak Honey, lirih dan lembut, "Sabar, tena
Perlahan-lahan namun pasti, Evan berjalan menuju rumah induk, kediaman Abah. Jauh di dasar hatinya, ada sebongkah ketakutan yang membuat langkah kakinya tergetar. Demi menguatkan hati, lelaki muda tampan itu berhenti di depan pintu gerbang, menyusun pemikiran dan perasaan. Dalam detik-detik yang berdetak sangat lambat, selamat detak jarum jam yang kehabisan baterai, Evan tergulung besarnya keraguan. Mampukah dia menghadap Abah? Sanggupkah menjalankan semua rencana yang telah disusunnya dengan matang beberapa hari ini?Puk, puk, puk!Tepukan dipundak kanannya itu benar-benar mengejutkan, menapakkan Evan pada selasar kenyataan. Serta merta Evan menoleh ke samping kiri dan ternyata benar dugaannya, itu Abang. Bukan hanya kandas tergulu