"Nda!" Ervin akhirnya menemukan Arla di kursi taman yang ada di seberang restoran. Satpam restoran yang memberi tahu kepada Ervin ke mana arah perginya Arla setelah Ervin menunjukkan foto Arla yang ada di ponselnya.Bersyukur Ervin tidak melihat ada jejak air mata di wajah cantik itu. Hanya raut kesal yang jelas membayang dan menghilangkan senyumnya.Arla duduk sambil menatap kosong ke kumpulan remaja yang sedang bercanda di dekat air mancur mini. Ia masih terlalu kesal dengan ucapan Abiel yang meremehkan Ervin, lalu paksaan Abiel kepada Ervin untuk segera menikahinya, padahal Abiel jelas tahu kalau konsep pernikahan di kepalanya bukanlah sesuatu yang indah.Apa jadinya kalau ia menikah, mencintai suaminya dengan sepenuh hati, melahirkan anak-anak mereka, lalu ia ditinggal pergi?"Tadi nyebrangnya lihat kanan kiri nggak?" Pasalnya dari restoran menuju taman itu, Arla harus melewati jalan raya dengan empat lajur kendaraan dan tanpa ada jembatan penyeberangan di sekitar situ.Arla menol
โApartemenku aja deh, Vin.โPadahal Keduanya sudah sampai di depan pintu unit apartemen dan Ervin sudah memegang kunci di tangannya. โTadi siapa yang nantangin? Kenapa sekarang berubah pikiran?โErvin tetap saja melanjutkan gerakan tangannya untuk memutar kunci dan membuka pintu unit apartemen.Arla menghela napas, memang mulutnya perlu diberi pelajaran karena selalu berucap sesuai kata hatinya.โVin, aku laper.โ Itu kalimat pertama yang diucapkan Arla begitu memasuki unit apartemen Ervin.Ervin mengangguk paham, Arla memang tidak sempat menghabiskan makanannya karena pembicaraan tadi bergulir panas. โAku cek dulu di kulkasku ada apa, siapa tau ada yang bisa dimasak. Kalo nggak ada, kita pesen aja ya.โArla mengekori Ervin menuju dapur setelah sebelumnya meletakkan sling bag-nya di atas sofa.โAda apa di dalem kulkas?โ tanya Arla yang berdiri di belakang Ervin.โAda frozen food dikirimin sama Kak Aileen.โโNugget?โโBukan, kayak udah paketan gitu, isinya karbo, sayur, sama lauk, tingg
โApa semua orang tunduk dan ngelaksanain prenup yang mereka buat? Kan nggak juga, Vin.โโMungkin memang nggak.โ Ucapan Ervin terhenti setiap kali ia harus menyuapkan satu sendok makanan kepada Arla. โTapi setidaknya โฆ kamu terlindungi secara hukum.โ Ervin harus bisa memasukkan logika berpikirnya kepada Arla kalau Arla belum juga tersentuh dengan perasaannya.โEmang kalau kamu mau bikin prenup, kamu mau isinya apa?โ tanya Arla lirih.Sejujurnya Ervin tidak pernah memikirkan masalah perjanjian pranikah selama ini. Belajar dari kedua orang tuanya, ia merasa perjanjian pranikah atau prenuptial agreementโyang biasa disebut orang-orang dengan singkatan โprenupโโbukan hal yang menjadi fondasi utama dalam sebuah hubungan pernikahan.Ervin terlalu jemawa, tidak berpikir kalau kondisi setiap orang berbeda. Orang tuanya mungkin tidak memerlukan prenup karena issue yang mereka miliki tidak banyak, selain ketimpangan faktor ekonomi, meskipun keluarga mamanya juga tidak bisa dibilang tidak mampu, n
โUdah baikan sama Abiel?โ tanya Ervin melalui sambungan telepon."Udah. Aku kan selalu begitu sama dia. Berantem, baikan, berantem, baikan, nggak usah terlalu dipikirin."Sudah dua hari Arla dan keluarganya pindah ke rumah Abiel agar tak merepotkan Ervin lagiโwalaupun Ervin sendiri sama sekali tidak merasa direpotkan.Ervin tidak bisa menolak karena itu keinginan Abiel dan suaminya. Keamanan di rumah mereka juga terjaga karena Pramono sudah menempatkan beberapa polisi untuk mengawasi rumah itu, serta beberapa orang untuk mengikuti aktivitas keluarga mereka.โAku mampir ke sana malam ini.โ Ervin tidak tahu kalau di seberang sambungan telepon, Arla langsung mengubah posisinya dari rebahan menjadi duduk. โAku bawa apa ya, Nda, enaknya?โโNggak usahlah,โ jawab Arla sambil menahan senyumnya yang mungkin merekah sempurna kalau ia lepaskan.โNggak enaklah. Nanti dibilang nggak modal.โโYa udah, samain aja kayak kamu pas bawa buat keluarga pacar-pacarmu dulu.โโAku nggak pernah mau kenalan sa
Arla berjalan mondar-mandir di depan ruang kerja kakak iparnya. Lima belas menit yang diminta Ervin. Tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu sebentar.Kalau pembicaraan mereka tidak lancar, apa iya Arla harus benar-benar menghubungi atasannya yang juga adalah mama dari Ervin?Apa yang harus dikatakannya?Seketika otak Arla terasa buntu.'Oh, God, please apa pun asal jangan ada keributan di dalem.'Sepuluh menit berlalu. Arla semakin gelisah. Apa dia ketuk saja? Siapa tahu dirinya sudah diperbolehkan masuk.Arla sampai menempelkan telinganya ke daun pintu, tidak ada teriakan atau suara benda dibanting apalagi pecah, jadi harusnya semua aman terkendali di dalam sana.Tepat di menit lima belas, Arla yang diliputi kebimbangan mencoba menghubungi atasannya.Dalam dering ketiga, sambungan teleponnya diangkat. Seketika Arla merutuki dirinya yang tidak berpikir lebih panjang. Siapa tahu Ervin hanya mengusilinya seperti biasa."Arla, kenapa?"Suara lembut yang sarat dengan kekhawatiran itu a
Arla melirik Ervin dan Nadia bergantian. Jangan bodohi Arla untuk hal semacam ini. Ia tahu ada yang salah dengan ekspresi Ervin dan Nadia."Kok kamu bisa sama Nadia?" tanya Pram begitu melihat kedua wanita itu."Aku jemput Nadia dulu sebelum pulang," jawab Abiel."Oh.โ Pram mengangguk, lantas memperkenalkan Ervin dengan Nadia. โErvin, ini Nadia, adek saya. Nad, ini Ervin, pacarnya Arla."Keduanya masih terdiam, seperti enggan untuk mengangsurkan tangan satu sama lain.Ervin yang akhirnya lebih dulu mengalah dan mengulurkan tangannya. "Ervin.""Nadia." Usai menurunkan tangannya, Nadia langsung pamit pergi menuju kamarnya, beralasan kalau ia harus menaruh barang-barang belanjaannya lebih dulu sebelum bergabung makan malam.Arla ingin bertanya langsung pada Ervin tentang keanehan tingkahnya dengan Nadia, tapi Arla benar-benar tidak punya kesempatan karena selalu ada orang di sekitar mereka.โYa udah deh, masih banyak waktu,โ pikir Arla. Mungkin besok ia bisa bicara empat mata dengan Ervi
"Wah, tadinya aku sempet mikirin prenup yang kamu tawarin, tapi belum apa-apa udah ada yang minta tanggung jawab," sindir Arla yang berdiri di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.โNda, kamu cuma denger sepotong. Aku mau jelasin semuanya ke kamu.โArla menghela napas dalam-dalam. โTenang, La! Cool! Jangan bertindak kayak cewek yang udah setengah mati jatuh cinta lagi cemburu buta.โโBisa tinggalin aku sama Arla, Nad? Aku perlu bicara sama Arla.โโSure. Siapa juga yang mau di sini.โ Nadia kembali masuk ke dalam rumah, melewati Arla begitu saja bahkan tanpa meliriknya.โIni udah malam, ngapain balik lagi? Bukannya tadi waktu pamit kamu udah yakin nggak mau ngomongin apa-apa sama aku? Atau โฆ sebenernya memang mau ketemu Nadia berkedok mau ketemu aku?โ Pada akhirnya Arla harus mengakui kontrol dirinya tidak sebagus yang diharapkannya.โAku nggak mau kamu tidur dalam keadaan marah karena besok kemarahan kamu bisa jadi berkali-kali lipat lebih besar.โ Dalam hatinya, Er
โAku pernah jadi pembunuh, Nda.โArla mengernyitkan dahi, tidak percaya dengan yang diucapkan Ervin. โPembunuh apa sih, Vin? Nggak mungkinโโโGaluh. Galuh dan bayinya.โโHah? Kamuโโ Arla sampai tidak bisa mengeluarkan pertanyaan yang sudah ada di tenggorokannya. Tidak mungkin seperti yang ia pikirkan kan? Pembunuh mana yang bisa menceritakan dengan tenang kejahatan yang penah dilakukannya?โDari bukti yang Papa kasih, aku bisa mengonfrontasi Galuh. Setelah perdebatan panjang di depan kedua orang tuanya, akhirnya Galuh ngaku kalau yang menghamili dia adalah pamannya sendiri, adik dari papanya.โArla membekap mulutnya dengan tatapan tidak percaya. Mungkin tinggal di rumah yang berisikan seluruhnya wanita tidak terlalu buruk bila dibanding mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari keluarga sendiri.Ervin menyugar rambutnya dengan frustrasi sebelum melanjutkan ceritanya. โGaluh memohon, bahkan berlutut, minta tolong ke aku buat nikahin dia dan mengakui anaknya. Tapi aku โฆ dengan keegoisank
"Abiel tadi telepon, Mas." Arla membantu Ervin membuka kancing kemeja sebelum ia beranjak ke kamar mandi. Kebiasaan baru yang diharuskan Arla setelah Ervin pulang kerja dan sebelum suaminya itu menyentuh Ancel."Kenapa Abiel?""Keputusannya keluar. Mas Pram diberhentikan dengan tidak hormat. Abiel bilang makasih ke Mas."Ervin hanya menghela napas. Bukan ia sebenarnya yang bertindak. Ia meminta bantuan kakeknya yang memiliki lingkup pertemanan lebih luas.Kasus perselingkuhan yang diajukan Abiel hampir terkubur begitu saja karena kedudukan Pramono. Untung kakek Ervin memiliki kenalan dengan kedudukan jauh lebih tinggi hingga semuanya bisa dilancarkan.Di atas langit masih ada langit. Peribahasa yang tepat untuk perkara satu ini."Tuhan baik banget ngirim kamu ke hidupku, Mas."Ervin mengerjap pelan. Kapan lagi dia bisa mendengar kalimat semacam itu dari istrinya. "Tuhan juga baik banget ngirimin kamu sama Ancel ke hidupku." Diam sesaat, kening Ervin mengernyit seperti memikirkan sesuat
โArla!โโIya, Mom,โ sahut Arla begitu mendengar teriakan Mom dari lantai bawah. โMas, Papa sama Mama udah dateng kayaknya, jahitanku masih sakit kalau buat naik turun tangga.โErvin sedang fokus pada laptop-nya di meja rias Arla untuk menyelesaikan pekerjaannya yang ia abaikan selama dua minggu belakangan karena cuti untuk ayah atau lebih terkenal dengan paternity leave. โOk. Biar naik aja ya Papa Mama.โโIya.โ Arla bergegas merapikan kamarnya yang (agak) berantakan. Siapa pun pasti maklum kan kalau kamar jadi berantakan dengan keberadaan anak bayi. Pertama, karena sang ibu belum benar-benar pulih, kedua karena orang tua bayi masih dalam masa adaptasi, dan ketiga, karena ayah si bayi mungkin memang tidak memiliki bakat untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga semacam rapi-rapi kamar.โAnceeel!โAncel memang tidak sedang tidur, tapi tetap saja tergeragap mendengar suara yang cukup kencang itu. Sementara Arla hanya menggeleng-gelengkan kepala. Bukan suara mama mertuanya tentu saja yang
โMas.โโKenapa? Nggak usah ikut ya. Janji cuma bentar, abis sidang, aku langsung pulang. Biar Mom sama yang lainnya ikut ke sini sekalian. Siapa tau kalo keluargamu ngumpul, dedeknya mau keluar.โMemang, sudah seminggu lewat dari HPL, tapi anak di kandungan Arla seakan masih betah bermain di dalam sana. Arla cukup stres dibuatnya meskipun dokter kandungannya mengatakan kalau hal itu adalah normal. Waktu persalinan tidak harus sama dengan HPL, tiga minggu lebih awal sampai dua minggu lewat dari HPL adalah hal yang normal.โAtau aku nggak usah berangkat ya? Kan ada tim pengacara.โArla menggeleng. Tidak tega membiarkan keluarganya sendiri tanpa Ervin. Meskipun tetap ada pengacara yang siap membantu mereka, tapi Arla tetap tidak tega.Sejujurnya, Arla juga ingin Ervin ada di sampingnya seperti beberapa hari belakangan, tapi kakak iparnyaโIrsyadโsedang dinas di luar kota. Jadi, hanya Ervin laki-laki di keluarganya saat ini.โNggak apa-apa, di sini kan banyak orang. Nanti kalo aku udah nge
Berhadapan di kantin rumah sakit, Ervin dan Arla saling tatap. Ervin meraih kedua tangan Arla dan menggenggamnya.Keduanya masih mencoba mengatur napas setelah kepanikan mereka beberapa saat sebelumnya. Tegang dan lega secara bersamaan sepertinya tidak pernah mereka rasakan seperti sekarang.โKita cuma terlalu panik tadi, Mas.โโIya, syukur nggak kenapa-napa. Tapi kan dokter memang minta kamu istirahat dulu. Kita ke rumah Mama aja ya.โArla mengangguk setuju. Setidaknya ada mama mertuanya yang sudah berpengalaman dengan tiga kali kehamilan. Ada beberapa ART yang sudah punya anak bahkan cucu, yang mungkin bisa meredakan paniknya kalau hal seperti sebelumnya terjadi lagi.Walaupun setelah Arla melalui serangkaian pemeriksaan, dokter berkata itu hal yang wajar jika Arla kelelahan dan semuanya normal.โKalau kita ditanya kenapa nginep di sana gimana, Mas?โโYa kita bilang kejadiannya. Aku beneran nggak berani berdua di apartemen sama kamu. Aku takut.โArla mengangguk. Sama. Ia juga takut
โUdah ok belum, Kak?โ tanya Yara sambil menunjukkan desain interior rumah yang baru dibeli kakaknya.Siang itu, Yara menemui Arla di kantor mamanyaโlebih tepatnya di lantai 2 Amigosโkarena kakaknya mengatakan bahwa Arla yang akan memutuskan semuanya. โItu rumah untuk kakak iparmu, Dek. Jadi tanya aja ke dia.โ Begitu tadi ucapan kakaknya yang membuat Yara merotasikan kedua bola matanya karena level bucin yang agak berlebihan dari kakaknya.โRumahnya masih lumayan baru, nggak terlalu banyak yang harus direnov. Aku cuma bakal ngeberesin taman samping ini yang kelihatan gelap. Tapi terserah Kak Arla, Kak Ervin bilang sepenuhnya keputusan di Kak Arla.โArla mendengkus kesal. โKamu nggak nanya ke kakakmu? Dia sebenernya mau tinggal sama aku apa nggak? Kok semuanya aku yang mutusin.โTawa Yara berderai mendengar ocehan kakak iparnya dan seketika tersadar kalau ia pun mengalami hal yang sama saat mendesain interior rumah Adam. โEmang gitu laki-laki, Kak. Niatnya sih baik, biar kita betah di r
โAda urusan apa kamu mau ketemu aku?โErvin tidak menyangka kalau siang itu dia harus menemui Alan. Pengacaranya menghubungi dan menyampaikan bahwa Alan ingin bertemu dan bicara sesuatu padanya. Diiming-imingi dengan janji Alan untuk bersikap kooperatif dan memberikan sebuah informasi penting, akhirnya Ervin menyetujui permintaan Alan itu.Harusnya Alan gentar mendapatkan tatapan setajam itu dari Ervin, tapi Alan sama sekali tidak menunjukkan ketakutannya.โAku nggak sendirian. Harusnya kamu sadar gimana susahnya anak buah kamu buat dapet bukti kan?โโJadi? Siapa?โ Setengah mati Ervin mencoba untuk tidak menunjukkan rasa penasarannya. Trik dalam negosiasi sedang dipakainya. Sekali ia menunjukkan rasa penasarannya, maka Alan akan memegang kendali, merasa bisa menyetir arah pembicaraan mereka. โJangan buang waktuku!โโDo something for me. Setelah itu aku akan bongkar semuanya.โโApa? Aku harus lihat dulu sepadan atau nggak apa yang kamu minta sama yang kamu tawarin.โAlan sebenarnya tah
โDirga rewel?โ tanya Abiel yang baru menjemput Dirga sore hari. Ternyata ia benar-benar butuh โme timeโ. Jadi setelah pertemuannya dengan Pramono dan selingkuhannya itu, Abiel pergi ke salon langganannya untuk creambath. Meskipun pijatan dari pegawai salon itu tidak juga menghilangkan pusingnya, setidaknya ia punya waktu untuk melatih senyuman palsunya di depan Dirgaโanak sematawayangnya.โNggak. Sejak kapan Dirga rewel. Kalo udah ketemu sama Lashira tuh, baru saling ganggu, saling bikin nangis.โ Arla mengajak Abiel untuk duduk di ruang makan. Ia mengambil satu pitcher es jeruk yang sudah disiapkannya di dalam kulkas.โSekarang Dirga mana?โโLagi ke minimarket bawah sama Mas Ervin.โ Arla tahu kalau Abiel sedang ingin cepat angkat kaki dari apartemennya demi menghindari pembicaraan tentang Pramono dan perselingkuhannya. โJadi, kamu apain dia? Udah beres masalahnya?โAbiel memilih diam.โHubungan kita memang kayak Tom and Jerry, Biel. Tapi โฆ kita tetep saudara. Aku juga akan tetep bela
"Maaas, Abiel mau ke sini. Mau nitipin Dirga." Arla terburu menyusul Ervin yang berada di dapur untuk membuatkannya puding. Arla tersenyum melihat suaminya sedang video call dengan Bi Ijah demi mendapatkan tutorial yang meyakinkan. "Bisa? Sini aku aja.""No, no, udah tinggal nunggu mendidih kok. Tadi apa kata kamu? Abiel mau nitipin Dirga di sini?""Iya. Abiel mau ketemu sama Mas Pram dan dia nggak mau Dirga denger apa yang mereka omongin.""Ok, mumpung weekend, dan pas banget aku lagi bikin puding. Nanti kita ke bawah beli snack ya buat Dirga.""Nunggu Dirga dateng aja, biar dia yang milih snack-nya.""Ok. Done. Bi Ijah makasih ya, Bi. Ini tinggal kupindah ke wadah trus nunggu uap panasnya ilang, baru masukin ke kulkas kan. Sip." Ervin mengakhiri sambungan video call, lalu sibuk menuang puding buatannya ke wadah kaca. "Sabar ya, Sayang. Tunggu pudingnya dingin," ucap Ervin sambil mengusap perut istrinya yang kini mulai terlihat membuncit di dua puluh minggu kehamilannya.Entah siapa
โDek, jujur ya. Aku kelihatan gendut banget ya? Perutku kelihatan buncit kan?โ Berulang kali Arla berkaca dan sudah lebih dari lima orang yang mengatakan kalau ia tidak terlihat sedang hamil, tapi masih saja Arla gelisah. โIni terakhir kalinya,โ batin Arla. Ia berjanji Yaraโadik iparnyaโadalah orang terakhir yang ia tanya.โNggak kok, Kak. Masih lurus, lempeng. Nggak pake stagen, korset, atau semacamnya kan, Kak? Kasihan ponakan aku kegencet.โArla terkekeh geli melihat raut wajah Yara yang benar-benar terlihat memelas. โNggak, mana dibolehin sama kakakmu.โโLagian begini aja masih kelihatan langsing kok. Kak Arla ngatur makan ya?โโNggak juga, ini aja udah naik tiga kilo. Sempet diomelin kemaren karena bajunya mesti dirombak lagi.โโAh iya, aku jadi keinget, karena Kak Arla lagi ngomongin baju. Mama udah tau apa yang dilakukan Anya. Mama mau ngamuk, untung ada Kak Aileen yang nenangin. Jadi Mama udah nggak make jasa butik dia lagi mulai sekarang.โArla menghela napas. โSebenernya kal