513. Terungkap! (Bagian B)Wanita itu menatap Sri dengan pandangan ingin tahu, benar-benar ingin memastikan apakah Sri dan juga Amran masih mau menerima Lisa sebagai seorang menantu. Walaupun dari awal mereka bilang kalau Lisa tetaplah menjadi anak mereka, tetapi Maryam ingin memastikannya saja.Apakah ucapan mereka berdua hanya omong kosong belaka, ataukah memang benar-benar dari lubuk hati mereka yang paling dalam? Bisa saja kan mereka hanya membual, tapi ujung-ujungnya tidak mau menerima Lisa lagi menjadi anggota keluarga mereka."Itu nggak perlu ditanya, Bu Maryam. Sebagai orang tua saya tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak saya, dan jika Aji dan juga Lisa memang menginginkan rujuk kembali, maka saya akan mendukungnya dengan sepenuh hati. Tapi jika mereka tidak mau rujuk, ya saya juga tidak bisa memaksa. Yang pasti Lisa akan tetap menjadi putri saya bagaimanapun keadaannya," kata Sri sambil mengangkat bahu. "Lagi pula, kenapa kalian terlihat sangat ngotot untuk menyuruh
514. Terungkap! (Bagian C)"Kalian memang benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa kalian melakukan hal itu kepada kami, hah?! Uang itu kami kumpulkan susah payah dengan cara menggadaikan SK milik Lisa ke bank, dan juga menggadaikan kebun milikku ke tempat juragan Karta yang merupakan seorang rentenir!" Aji berteriak marah. "Dan ternyata kalian melakukan konspirasi dibalik semua itu, membeli tanah dan juga sawah untuk Mbak Rosa dan juga Marwan. Bukankah itu keterlaluan, hah?" tanya Aji lagi.Lelaki itu benar-benar merasa murka, dia mengeratkan giginya hingga terdengar suara gemeletuk yang terdengar menyakitkan. Dia merasa emosi karena sudah dibodohi oleh keluarga Lisa.Namun, Aji tertegun saat dia melirik ke arah sebelahnya. Di mana Lisa tengah menunduk sambil menahan tangisnya.Aji paham jika dia merasa terluka, maka saat ini Lisa pasti merasa sangat tersiksa, rasa marah kecewa dan juga sedih pasti dirasakan oleh wanita itu.Aji yang hanya berstatus orang lain saja merasa sangat emosi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)515. Tawaran Maryam (Bagian A)Semua orang yang ada di sana langsung memicingkan matanya, saat melihat sesosok laki-laki berdiri di depan pintu rumah Lisa sambil meletakkan tangannya di kusen pintu.Laki-laki itu mempunyai perawakan tinggi, tegap, dan wajahnya terlihat hitam manis khas wajah orang Sumatera. Dia menatap ke arah dalam rumah Lisa dengan alis yang terangkat tinggi, seolah sedang memindai sesuatu.Sedangkan si empunya rumah langsung berdiri dan menyalami laki-laki itu dengan ramah, Lisa menunjukkan senyum kecil sambil mengangguk sekenanya."Wah, ada apa nih, Bang? Tumben banget main ke sini?" tanya Lisa dengan nada ramah."Iya, soalnya lagi ngecek lokasi. Mau pembangunan kontrakan baru, Sa!" kata laki-laki itu sambil balas tersenyum. "Jadi, sekalian Abang lihat-lihat ke sini, karena kakakmu menyuruh untuk mengecek kontrakan yang lain. Kalau ada masalah atau kerusakan, biar bisa sekalian diperbaiki nanti," kata laki-la
516. Tawaran Maryam (Bagian B)"Iya, Bang! Alhamdulillah sekarang kami memang sudah berbaikan, dan tidak ada lagi yang dipermasalahkan," kata Aji sambil tersenyum kecil."Oh, ya, Bang. Aku buatkan minuman dulu untuk Abang, ya," kata Lisa sambil hendak bangkit berdiri. Namun, langkahnya terhenti saat Ramon mencegah, lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan kuat."Tak usah! Abang di sini hanya sebentar, karena mau melihat-lihat sajanya. Setelah itu mau pulang Abang, soalnya kakakmu mau ada senam dan tidak ada orang yang berjaga di rumah. Jadi, terpaksa Abang berada di rumah sampai sore nanti. Tepatnya sampai setelah kakakmu selesai senam," kata Ramon sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lagi pula kalian ini sepertinya sedang musyawarah keluarga, tidak enak kalau Abang ada di sini. Kalau begitu Abang pulang saja sekarang, ya, Ji, Sa!" kata Ramon sambil bangkit berdiri.Aji dan juga Lisa langsung ikut bangkit, mereka berdua bersalaman dengan Ramon sebentar sebelum laki-laki itu
517. Tawaran Maryam (Bagian C)Laki-laki itu menghela nafas dengan panjang, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dia menatap kontrakan ini dengan pandangan prihatin, entah itu tulus ataupun tidak."Sebagai orang tua, Bapak tentu saja tidak bisa membiarkan Lisa dan juga anak-anaknya tinggal di tempat yang seperti ini. Tempat yang bahkan tidak layak untuk ditinggali oleh seorang manusia," kata Parto dengan sombong."Aduh, Pak Parto. Maaf, ya, saya potong sedikit. Memang tempat tinggal Lisa ini agak sedikit kumuh, karena tidak punya perabotan yang lengkap, tetapi jika dibilang tidak layak ditinggali oleh seorang manusia, bukankah itu terlalu kejam, Pak Parto? Ya, bagaimanapun juga saya merasa rumah ini layak-layak saja. Tidak ada kebocoran dan tidak ada yang namanya dinding berlubang, saya merasa kata-kata Pak Parto tadi benar-benar merendahkan orang yang tinggal di rumah-rumah seperti ini." Amran menyahuti.Laki-laki itu tidak menyangka kalau Parto mempunyai mulut yang s
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant518. Aura Gelap Marwan (Bagian A)Lisa langsung terdiam, dia menaikkan alisnya ke arah Maryam dengan wajah tak percaya. Bagaimana bisa, Ibunya itu malah menyarankan hal yang sangat bodoh seperti tadi?"Maksud Ibu apa?" tanya Lisa dengan nada ketus."Ya, maksud Ibu … itu rumah milik kalian kan, dibagi dua. Setengah milik kamu, dan setengah lagi milik Aji. Jadi, coba diharga saja rumah itu. Harganya berapa? Misalnya empat ratus juta, kan? Maka bagian kamu dua ratus, Aji dua ratus. Jadi yang dua ratus juta itu, udah deh … kasihin aja sama Aji. Karena hutang Marwan itu kan tiga ratus dua puluh lima juta sama dia, jadi kita tinggal tambah seratus dua puluh lima juta lagi sama Aji. Gimana, Sa? Ntar Marwan biar nyicil sama kamu, gimana?" kata Maryam lagi, menjelaskan dengan panjang lebar.Lisa langsung terkekeh sinis, dia menggeleng-gelengkan kepalanya karena belum bisa mempercayai, kalau Maryam kembali berniat untuk mengumpankan dirinya
519. Aura Gelap Marwan (Bagian B)"Mengalah yang bagaimana lagi, sih, Bu? Aku udah capek banget mengalah selama ini kepada mereka berdua. Jadi jangan suruh aku mengalah lagi, lah, basi banget sih!" Lisa mendengus kesal. "Sekali lagi aku bilang, percakapan ini tidak akan ada gunanya karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau untuk mengorbankan milikku lagi agar bisa menyelamatkan Marwan. Jadi kalian hanya melakukan tindakan yang sia-sia, kalau saranku lebih baik kalian pergi dari rumah ini! Karena banyak yang harus aku kerjakan," ujar Lisa lagi semakin tegas dan juga mantap.Sebenarnya wanita itu merasa sangat-sangat gerah dengan tingkah keluarganya ini, sudah berkali-kali dia menyuruh mereka untuk pergi dari rumah ini tetapi mereka masih bersikeras untuk tetap berada di sini.Padahal sebelum kedatangan mereka ke sini, Lisa sudah Berencana untuk kembali ke rumah Aji hari ini juga, dan dia harus berkemas dengan cepat sebelum sore hari. Tetapi sayangnya keberadaan keluarganya disin
520. Aura Gelap Marwan (Bagian C) "Jadi kalau Mbak memang berniat untuk membantu Marwan dan berkorban demi dia, aku menunggu uang itu Mbak. Ya, kan, Mas? Mas juga menunggu kan uang dari Mbak Rosa?" tanya Lisa ke arah Aji."Wah, iya dong! Aku pasti menunggu uang itu. Jadi benar juga yang dikatakan oleh Lisa, selama ini Lisa sudah banyak membantu keluarga. Apa salahnya kalau sekarang ini giliran Mbak dan membantu Marwan untuk melunasi hutang-hutangnya?" kata Aji dengan sangat santai.Rosa langsung terdiam, dia tidak menyangka kalau Aji dan juga Lisa akan menembak secara langsung dan memintanya untuk membayar hutang milik Marwan.Walaupun Rosa mempunyai uang, tetapi dia tidak akan pernah mau meminjamkan uang tersebut kepada Marwan. Toh, dia sangat mengenal bagaimana sifat Adik bungsunya itu, uang yang sudah dipinjamkan oleh Rosa pasti tidak akan pernah kembali kepada dirinya.Kesimpulannya adalah, sampai kapanpun Rosa tidak akan pernah mau menggunakan uang pribadinya untuk menutupi kesa
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata