PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)515. Tawaran Maryam (Bagian A)Semua orang yang ada di sana langsung memicingkan matanya, saat melihat sesosok laki-laki berdiri di depan pintu rumah Lisa sambil meletakkan tangannya di kusen pintu.Laki-laki itu mempunyai perawakan tinggi, tegap, dan wajahnya terlihat hitam manis khas wajah orang Sumatera. Dia menatap ke arah dalam rumah Lisa dengan alis yang terangkat tinggi, seolah sedang memindai sesuatu.Sedangkan si empunya rumah langsung berdiri dan menyalami laki-laki itu dengan ramah, Lisa menunjukkan senyum kecil sambil mengangguk sekenanya."Wah, ada apa nih, Bang? Tumben banget main ke sini?" tanya Lisa dengan nada ramah."Iya, soalnya lagi ngecek lokasi. Mau pembangunan kontrakan baru, Sa!" kata laki-laki itu sambil balas tersenyum. "Jadi, sekalian Abang lihat-lihat ke sini, karena kakakmu menyuruh untuk mengecek kontrakan yang lain. Kalau ada masalah atau kerusakan, biar bisa sekalian diperbaiki nanti," kata laki-la
516. Tawaran Maryam (Bagian B)"Iya, Bang! Alhamdulillah sekarang kami memang sudah berbaikan, dan tidak ada lagi yang dipermasalahkan," kata Aji sambil tersenyum kecil."Oh, ya, Bang. Aku buatkan minuman dulu untuk Abang, ya," kata Lisa sambil hendak bangkit berdiri. Namun, langkahnya terhenti saat Ramon mencegah, lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan kuat."Tak usah! Abang di sini hanya sebentar, karena mau melihat-lihat sajanya. Setelah itu mau pulang Abang, soalnya kakakmu mau ada senam dan tidak ada orang yang berjaga di rumah. Jadi, terpaksa Abang berada di rumah sampai sore nanti. Tepatnya sampai setelah kakakmu selesai senam," kata Ramon sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lagi pula kalian ini sepertinya sedang musyawarah keluarga, tidak enak kalau Abang ada di sini. Kalau begitu Abang pulang saja sekarang, ya, Ji, Sa!" kata Ramon sambil bangkit berdiri.Aji dan juga Lisa langsung ikut bangkit, mereka berdua bersalaman dengan Ramon sebentar sebelum laki-laki itu
517. Tawaran Maryam (Bagian C)Laki-laki itu menghela nafas dengan panjang, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dia menatap kontrakan ini dengan pandangan prihatin, entah itu tulus ataupun tidak."Sebagai orang tua, Bapak tentu saja tidak bisa membiarkan Lisa dan juga anak-anaknya tinggal di tempat yang seperti ini. Tempat yang bahkan tidak layak untuk ditinggali oleh seorang manusia," kata Parto dengan sombong."Aduh, Pak Parto. Maaf, ya, saya potong sedikit. Memang tempat tinggal Lisa ini agak sedikit kumuh, karena tidak punya perabotan yang lengkap, tetapi jika dibilang tidak layak ditinggali oleh seorang manusia, bukankah itu terlalu kejam, Pak Parto? Ya, bagaimanapun juga saya merasa rumah ini layak-layak saja. Tidak ada kebocoran dan tidak ada yang namanya dinding berlubang, saya merasa kata-kata Pak Parto tadi benar-benar merendahkan orang yang tinggal di rumah-rumah seperti ini." Amran menyahuti.Laki-laki itu tidak menyangka kalau Parto mempunyai mulut yang s
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant518. Aura Gelap Marwan (Bagian A)Lisa langsung terdiam, dia menaikkan alisnya ke arah Maryam dengan wajah tak percaya. Bagaimana bisa, Ibunya itu malah menyarankan hal yang sangat bodoh seperti tadi?"Maksud Ibu apa?" tanya Lisa dengan nada ketus."Ya, maksud Ibu … itu rumah milik kalian kan, dibagi dua. Setengah milik kamu, dan setengah lagi milik Aji. Jadi, coba diharga saja rumah itu. Harganya berapa? Misalnya empat ratus juta, kan? Maka bagian kamu dua ratus, Aji dua ratus. Jadi yang dua ratus juta itu, udah deh … kasihin aja sama Aji. Karena hutang Marwan itu kan tiga ratus dua puluh lima juta sama dia, jadi kita tinggal tambah seratus dua puluh lima juta lagi sama Aji. Gimana, Sa? Ntar Marwan biar nyicil sama kamu, gimana?" kata Maryam lagi, menjelaskan dengan panjang lebar.Lisa langsung terkekeh sinis, dia menggeleng-gelengkan kepalanya karena belum bisa mempercayai, kalau Maryam kembali berniat untuk mengumpankan dirinya
519. Aura Gelap Marwan (Bagian B)"Mengalah yang bagaimana lagi, sih, Bu? Aku udah capek banget mengalah selama ini kepada mereka berdua. Jadi jangan suruh aku mengalah lagi, lah, basi banget sih!" Lisa mendengus kesal. "Sekali lagi aku bilang, percakapan ini tidak akan ada gunanya karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau untuk mengorbankan milikku lagi agar bisa menyelamatkan Marwan. Jadi kalian hanya melakukan tindakan yang sia-sia, kalau saranku lebih baik kalian pergi dari rumah ini! Karena banyak yang harus aku kerjakan," ujar Lisa lagi semakin tegas dan juga mantap.Sebenarnya wanita itu merasa sangat-sangat gerah dengan tingkah keluarganya ini, sudah berkali-kali dia menyuruh mereka untuk pergi dari rumah ini tetapi mereka masih bersikeras untuk tetap berada di sini.Padahal sebelum kedatangan mereka ke sini, Lisa sudah Berencana untuk kembali ke rumah Aji hari ini juga, dan dia harus berkemas dengan cepat sebelum sore hari. Tetapi sayangnya keberadaan keluarganya disin
520. Aura Gelap Marwan (Bagian C) "Jadi kalau Mbak memang berniat untuk membantu Marwan dan berkorban demi dia, aku menunggu uang itu Mbak. Ya, kan, Mas? Mas juga menunggu kan uang dari Mbak Rosa?" tanya Lisa ke arah Aji."Wah, iya dong! Aku pasti menunggu uang itu. Jadi benar juga yang dikatakan oleh Lisa, selama ini Lisa sudah banyak membantu keluarga. Apa salahnya kalau sekarang ini giliran Mbak dan membantu Marwan untuk melunasi hutang-hutangnya?" kata Aji dengan sangat santai.Rosa langsung terdiam, dia tidak menyangka kalau Aji dan juga Lisa akan menembak secara langsung dan memintanya untuk membayar hutang milik Marwan.Walaupun Rosa mempunyai uang, tetapi dia tidak akan pernah mau meminjamkan uang tersebut kepada Marwan. Toh, dia sangat mengenal bagaimana sifat Adik bungsunya itu, uang yang sudah dipinjamkan oleh Rosa pasti tidak akan pernah kembali kepada dirinya.Kesimpulannya adalah, sampai kapanpun Rosa tidak akan pernah mau menggunakan uang pribadinya untuk menutupi kesa
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)521. Siapa Wanita Itu? (Bagian A)POV ANNAAku sedang makan bersama Ibu, dan juga yang lain saat ponselku berdering dengan nyaring. Ketika aku melihat siapa yang menelepon, aku langsung mengerutkan keningku. Bi Ramlah? Mau apa dia?Mas Abi menyuruhku untuk mengangkat panggilan dari Bi Ramlah, dan aku segera mengabulkannya. Setelah mencuci tanganku, aku lantas menggeser icon dengan gambar gagang telepon berwarna hijau dan mendekatkan ponsel pintar itu ke telinga."Halo, Bi. Ada apa?" tanyaku saat panggilan sudah tersambung, terdengar suara bergemerisik dari ujung sana.Aku mengernyitkan keningku, namun aku kembali memfokuskan diriku pada panggilan ini. Tak lama kemudian aku bisa mendengar suara Bi Ramlah, yang terdengar berbisik.[ Halo, An. Kamu masih di rumah Lisa, tah?] Bi Ramlah bertanya dari ujung sana, suaranya lirih seolah tengah mengendap-endap.Aku heran dan juga penasaran, kenapa Bi Ramlah harus berbisik lirih seperti in
522. Siapa Wanita Itu? (Bagian B)"Ntah, aku juga nggak tahu. Ya udah, lebih baik kita segera pulang biar cepet ketemu tamunya, dan cepat balik ke sini," kataku pada akhirnya.Mas Abi tidak menyahut, hanya mengangguk dan langsung naik ke atas motor kami. Aku ikut melompat ke belakang, dan memeluk suamiku itu dengan sangat mesra."Siap?" tanya Mas Abi sambil menolehkan sedikit kepalanya ke arah belakang."Siap, Mas! Ayo kita pulang!" Aku menyahut ceria.Motor yang kami naiki mulai menjauhi rumah kontrakan Mbak Lisa, dengan kecepatan sedang Mas Abi berkendara. Sepanjang perjalanan aku dan suamiku itu berbincang kecil, tanpa mengetahui kalau ternyata akan ada kejutan setelah kami sampai di rumah sana.********Saat aku dan juga Mas Abi sudah hampir sampai ke rumah, aku merasa ponselku kembali berbunyi. Dengan segera aku merogoh tasku, dan mengambil benda pipih itu dari sana.Tanpa melihat siapa yang menelepon, aku langsung menggeser tombol hijau dan berbicara dengan orang yang ada di seb