356. Kalung Kreditan (Bagian C)"Suruhlah suamimu yang kaya itu, membayar semua hutang-hutangmu. Jangan sampai setiap hari ada orang yang datang ke sini untuk menagih. Buat malu saja!" kata wanita itu dengan ketus.Dia kemudian masuk ke dalam rumah dengan kaki yang menghentak, setelah sebelumnya melemparkan senyuman mengejek kepada Lisa dan menganggukkan kepalanya ke arah kami.Yah, setidaknya wanita itu walaupun dalam keadaan marah, masih mempunyai sopan santun terhadap orang lain. Mungkin dia hanya tidak mempunyai rasa sopan terhadap Lisa saja."Dari mana, Sa?" tanya Bude Jum tiba-tiba.Lisa yang memang sudah kehilangan lawannya langsung menata Bude Jum dengan pandangan tidak enak, dia menggaruk pelipisnya dan tersenyum sungkan."Dari rumah Pakde, Bude. Ayo masuk! Tidak enak jika dilihat orang tamu duduk di luar," kata Lisa sambil masuk terlebih dahulu ke dalam rumahnya.Bude Jum kemudian mengajak kami semua masuk ke dalam rumah, walaupun aku dan juga Bi Ramlah menolak, tetapi Bude
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)357. Lapor Polisi (Bagian A)“Apa?!” Bu Maryam memekik kecil, dan menatap ke arah Bude Jum dengan pandangan kaget. "Nggak usah sembarangan ngomong, ya! Ini kalung, dikasih sama anak saya, dan kamu itu nggak berhak nuduh-nuduh seperti itu!" kata Bu Maryam dengan nada ketus."Nuduh bagaimana? Lah, saya ini ngomong fakta. Itu kalung memang kalung kreditan, yang dikredit sama Lisa pada saya," sahut Bude Jum dengan nada tak kalah ketus.Aku bisa melihat wajah Bu Maryam yang memerah sempurna, dia terlihat marah dan juga malu. Aku tidak bisa memastikan raut wajahnya. Sedangkan Bude Jum malah menyunggingkan senyum sinis, dan menatap Bu Maryam dengan pandangan mengejek.Lisa sendiri hanya bisa menunduk dalam, tidak mampu menatap wajah Bu Maryam maupun wajah Bude Jum."Akting sedih dan akting takut. Benar-benar menjengkelkan!" Bi Ramlah berbisik ke telingaku.Aku hanya menghela nafas dengan panjang dan melirik Bi Ramlah dengan lelah, Bibi
358. Lapor Polisi (Bagian B)"Sekarang gini saja, kalau kamu memang tidak punya uang untuk membayar angsuran kamu, kembalikan kalung itu!" ujar Bude Jum tiba-tiba.Aku bisa melihat Bu Maryam yang langsung melotot, dia sepertinya tidak terima dengan kata-kata yang baru saja Bude Jum lontarkan."Heh! Maksud kamu apa nyuruh kembalikan kalung ini? Tidak bisa, ya! Karena kalung ini sudah saya pakai, berarti kalung ini adalah milik saya. Enak saja mau diambil, dasar orang tua nggak tahu diri!" kata Bu Maryam dengan sangat sadis."Lah, yang nggak tahu diri itu kamu. Itu kan kalung kreditan, dan anakmu ini menunggak pembayarannya. Wajar dong kalau aku ambil, di mana-mana yang namanya sistem kreditan itu begitu. Kalau misalnya si nasabah tidak bisa membayar, maka aku bisa mengambil barang yang sudah dikreditkan!" kata Bude Jum dengan ketus."Ya, iyalah, di mana-mana juga begitu sistemnya. Kalau yang namanya kreditan itu tidak dibayar, ya barangnya diambil lagi. Situ ini ngerti apa nggak, sih?!
359. Lapor Polisi (Bagian C)"Maaf, Bude. Tapi kemarin aku memang belum bercerai dengan Mas Aji, jadi aku mengira Mas Aji akan mau untuk membayarkan angsuran ku kepada Bude," kata Lisa dengan lemah."Jadi, ya sudah kalau begitu. Sekarang Aji sudah bukan suamimu lagi, dan dia sudah tidak punya tanggung jawab untuk membayar apapun yang sudah kau ambil kepadaku. Jadi sekarang aku minta pertanggung jawabanmu, silahkan bayar tunggakanmu yang tiga bulan itu, atau kembalikan kalung yang berada di leher ibumu sekarang ini!" kata Bude Jum dengan tegas."Aku tidak punya uang sekarang ini, Bude," kata Lisa lagi dengan nada lemah."Ya, kalau begitu kembalikan kalung itu!" kata Bude Jum sambil menunjuk leher Bu Maryam."Oh, tidak bisa. Aku tidak akan mau mengembalikan kalung ini kepadamu!" kata Bu Maryam dengan sinis. "Lisa, urus ini dulu. Ibu tidak mau tahu, Ibu tidak mau kalung yang ada di leher Ibu ini diambil oleh mereka!" kata Bu Maryam lagi."Tapi, aku nggak punya uang, Bu. Gimana aku mau ba
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)360. Menyerah dengan mudah (Bagian A)Bu Maryam langsung menatap Lisa dengan pandangan tajam, sedangkan yang ditatap langsung kembali menundukkan pandangannya dengan dalam, karena menghindari tatapan Bu Maryam yang setajam silet.Dengusan nafas yang terdengar amat kasar keluar dari belah bibir Bu Maryam, wanita paruh baya itu terlihat amat kesal dan juga geram, entah kepada Bude Jum atau kepada Lisa anaknya sendiri.Aku, Mbak suci, dan juga Bi Ramlah langsung saling berpandangan saat mendengar kata-kata Bude Jum barusan. Kami sama sekali tidak mempunyai ekspektasi, kalau surat perhiasan itu masih berada di tangan Bude Jum.Jika begini caranya, maka mengambil kalung yang dikreditkan kepada Lisa adalah hal yang mudah. Karena ternyata surat dari kalung itu masih di tangan Bude Jum, dan itu artinya kalung itu masih sepenuhnya milik Bude Jum sebelum Lisa melunasi nya.Sekali lagi aku menatap ke arah Lisa, aku bisa melihat tangannya ya
361. Menyerah dengan mudah (Bagian B)Aku tidak lagi menyahuti kata-kata Bi Ramlah. Sebenarnya, aku memang tidak mau terlalu mencampuri urusan kehidupan Lisa. Tetapi melihat dia yang terlihat begitu lesu dan juga berubah seperti tadi, membuat aku menjadi sedikit kepo.Bagaimana kehidupannya setelah diceraikan oleh Mas Aji? Bagaimana kehidupan Salsa dan juga Naufal? Karena bagaimanapun juga aku tidak melihat kedua keponakanku tadi berada di sana."Yah tetapi aku sih Alhamdulillah, karena kalung Mbak Jum bisa kembali ke tangannya," kata Bi Ramlah tiba-tiba."Iya, Bi. Aku juga merasa sangat bersyukur karena ternyata acara pengambilan kalung ini tidaklah sesulit yang aku kira," kataku menyahuti."Lah, pikiran kita sama, An. Aku juga ngira kalau ngambil kalung yang ada di Lisa ini bakal penuh drama, teriak-teriakkan, jambak-jambakan. Eh, ternyata termasuk cukup mudah," kata Bi Ramlah sambil terkekeh kecil."Yah, itu karena surat kalung itu masih berada di tangan Bude Jum. Kalau surat itu s
362. Menyerah dengan mudah (Bagian C)"Eh, An, kamu nggak mau ini uangnya beneran? Kalau kamu mau isikan saja minyakmu lima puluh ribu, jadi kita bagi dua uangnya," kata Bi Ramlah lagi."Nggak, Bi, untuk Bibi saja. Belikan aja jajanan untuk anak-anak Bibi," kataku sambil tersenyum, dan melihatnya dari kaca spion.Setelah menurunkan Bi Ramlah di rumahnya, aku langsung bergegas ke rumahku yang memang sudah tidak terlalu jauh. Dan saat aku membelokkan motorku di halaman, aku bisa melihat motor Mas Aji berada di sana.Saat aku memasuki rumah, aku bisa mencium bau masakan yang sangat harum dari ruang makan."Assalamualaikum!" kataku sambil masuk ke dalam rumah."Waalaikumsalam!" suara Emak terdengar dari dapur.Aku langsung bergegas ke sana, berbarengan dengan Aina yang keluar dari kamar belakang. Dia terlihat menyipitkan mata melihatku sambil bergumam."Baru pulang, Mbak?" tanyanya ingin tahu. "Baru aja," kataku menyahuti. "Itu di depan ada motor Mas Aji, orangnya ke mana?" tanyaku ingin
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)363. Kekecewaan Lisa (Bagian A)POV AUTHOR“Ibu malu banget tadi, Sa!” Maryam mengomel, dia menatap Lisa dengan pandangan tajam.Sedangkan anak tengahnya itu malah menunduk dengan dalam, dan tidak mau mendongak sedikitpun untuk melihat wanita yang sudah melahirkannya itu.“Kamu dengar nggak, sih? Bisa-bisanya ngasih Ibu emas kreditan! Padahal Ibu sudah sreg banget sama itu kalung!” kata Mayam lagi, dia menghempaskan tubuhnya ke sandaan sofa, dan mendongakkan kepalanya demi melihat langit langit ruangan. “Kamu benar-benar sudah mempermalukan Ibu!” cecarnya lagi.“Ya mau gimana lagi, Bu. Aku emang udah nggak punya uang lagi,” sahut Lisa dengan nada lesu. “Kamu kemanakan uang uang kamu, hah? Kok, bisa-bisanya tiba-tiba udah nggak ada aja!” Mayam mencebik sinis. “Jangan boros-boros, Sa! Ingat, kamu udah nggak punya suami dan mertua kaya!” kata Maryam dengan penuh penekanan.“Ya aku perlu beli makeup, dan juga baju, Bu!” Lisa mendeng