PILIH KASIH14. Uang tiga Puluh juta (Bagian A)Hening!Kami bahkan tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun saat mendengar nominal yang Emak utarakan, seolah tubuh kami membeku dan lidah kami semua menjadi kelu. Bagaimana bisa? Aku rasa tidak hanya aku yang mempertanyakan hal itu, tapi semuanya juga mempertanyakan hal yang sama.Bagaimana bisa? Nominal itu bukanlah nominal yang kecil, besar, bahkan sangat besar! Di dalam mimpi pun aku tidak pernah membayangkan akan memiliki uang sebanyak itu, dan kini Emak baru saja mengatakan kalau keluarga kami memiliki uang sebanyak itu?Wah, ini pasti mimpi! Tidak mungkin kenyataan!“AWWWWW! Sakit, Dek! Apaan, sih?” Kami semua langsung tersadar dan menatap Gunawan yang baru saja berteriak, dia memegangi lengannya yang aku tebak baru saja di cubit oleh Aira. Sedangkan adikku itu kini menatap kami dengan pandangan gamang.“Kalau sakit, berarti ini kenyataan, kan? Nggak mimpi, kan?” tanyanya dengan bingung.Ternyata bukan hanya aku yang menganggap i
15. Uang Tiga Puluh Juta (Bagian B)1Kami semua mengangguk paham, dan saling berpandangan dalam rasa haru dan juga bahagia yang tidak terkira. Allah benar-benar baik, dan aku jadi merasa malu karena sudah sering melupakan-Nya.Aku duduk di kamar Aina setelah kami selesai makan bersama, gulai ayam kampung yang tadi aku bawa menjadi menu utama selain sayur asam ikan mas yang dimasak oleh Emak. Rasa kekeluargaan yang begitu kental, benar-benar membuat aku terharu."Jangan melamun saja, Mbak!" Aina yang duduk di depan jendela sambil memainkan ponsel menegurku, wajahnya melihat ke arahku dengan pandangan geli. "Karena sekarang punya uang banyak, terus bingung mau ngabisin buat apa, ya?" tanyanya dengan jahil.Aku melempar bantal ke arahnya, dan langsung mengenai wajahnya dengan telak. Aku menjulurkan lidah mengejek, sedangkan dia hanya terkekeh."Beli skincare kak, kan sudah dikasih Emak uang yang banyak, beli motor juga!" ujar Aina tiba-tiba."Memang kenapa? Nggak pakai skincare saja Mbak
PILIH KASIH16. Meminta Sebidang Tanah (Bagian A)“Ngapain kalian di sini?” Aira masuk sambil mengelap tangannya yang basah pada baju yang dipakainya, dia sepertinya baru saja selesai mencuci piring.“Udah selesai, Dek?” tanyaku sambil nyengir lebar.“Udahlah, anak nggak ada akhlak. Kalian biarkan Emak yang mencuci piring, untung saja aku lihat!” serunya emosi.Aku dan Aina kompak meminta maaf, kami tahu kalau Aira akan menggantikan Emak makanya kami masuk ke dalam kamar dan bersantai di sini. Aira ini butuh olahraga, badannya sudah membesar dan tambah montok saja.“Lagian kalian ngapain di sini?” tanya Aira lagi, dia mengambil tempat di sebelah Aina dan duduk di depan jendela sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding.“Lagi bahas hal yang viral, Mbak!” sahut Aina sambil tersenyum lebar. “Menantu yang tersisihkan, itu judulnya!” katanya lagi, dan aku hanya memutar bola mata dengan bosan.“Mana? Film apa sinetron?” tanya Aira dengan antusias. “Aku tebak sih, pasti drama ikan terbang. Kis
17. Meminta Sebidang Tanah (Bagian B)“Fix! Aku sangat beruntung karena mempunyai mertua yang baik banget, Mbak! Aku bersyukur sudah terhindar dari keluarga toxic macam keluarganya Mas Abi!” Aira menggeleng pelan.“Makanya aku bilang, beli skincare, beli motor, bangun rumah! Aku nggak mau kalian diremehkan, Mbak! Buat usaha biar sukses! Mbak Lisa memang mempunyai gaji, tapi Mbak punya rezeki,“ kata Aina berujar panjang lebar. “Iya lah! Jangan mau diinjak-injak, Mbak! Tunjukkan jati diri Mbak yang sebenarnya!” ujar Aira meluap-luap.“Kalian ini ngomong apa?” Emak tiba-tiba masuk ke kamar dan ikut duduk di bibir ranjang, matanya memindai kami satu persatu dengan tatapan teduh dan juga dalam.“Nggak ngomong apa-apa, hanya ngomongin tentang kuliah Ai, Mak,” balas Aina sambil tersenyum kecil.Bagus! Tambah satu catatan dosa kami hari ini karena sudah membohongi orang tua, tapi jika tidak berbohong pasti Emak akan marah karena tahu kami sedang menggosipi orang, dan yang lebih parah orangny
PILIH KASIH18. Direndahkan (Bagian A)“A—-apa?” tanya Ibu dengan tergagap. “Apa yang baru saja kamu katakan, An?” tanyanya masih berusaha memastikan, dia mengorek telinganya menggunakan kelingking sambil menatapku dengan bingung."Iya, Ibu nggak salah dengar. Ana memang meminta sebidang tanah, karena kami mau membangun sebuah rumah," balasku dengan santai.Ibu menatap Mas Abi dengan pandangan tajam, beliau langsung menyunggingkan senyum sinis dan mencebik seolah jijik dengan kami."Kamu anggap aku ini apa? Hah?" tanyanya dengan nada yang lantang. "Bisa-bisanya istrimu yang tidak berpendidikan ini meminta warisan di saat aku masih hidup! Tidak punya otak!" katanya lagi."Ana tidak meminta warisan, Bu. Hanya sebidang tanah untuk tapak rumah, kok!" sahutku sambil nyengir.Aku tidak mau terikut emosi, toh apapun yang Ibu katakan tidak akan memberikan efek apapun padaku. Aku hanya mengetesnya saja, apakah dia akan memberikan satu petak tanahnya yang memang sangat banyak itu untuk kami mem
19. Direndahkan (Bagian B)"Loh, aku ada buktinya loh. Wong, Mbak Lisa sendiri yang bilang, Ibu itu nambahi tiga puluh juta untuk membeli motornya itu!" kataku santai sambil menunjukkan screenshot percakapan Mbak Lisa tadi yang ada di kolom komentar.Mas Abi langsung memalingkan wajahnya sesaat setelah dia melihat ponselku, wajahnya terlihat sangat sedih. Dia menghela nafasnya beberapa kali dan kemudian menatap Ibu dengan pandangan nanar."Buktinya sudah kuat, Bu. Lalu Ibu mau ngeles seperti apa lagi?" tanya Mas Abi dengan lelah. "Padahal aku dari bujang hanya memakai motor bekas, disaat Ibu membelikan motor baru untuk Mas Aji. Dan sekarang Ibu juga membelikan motor untuk istrinya, ya Allah …." Mas Abi berujar lirih di akhir kalimat."Halahhh, kamu ini kok, semakin lebay saja sih, Bi?" tanya Ibu dengan tidak ber perasaannya. "Mbakmu itu pegawai negeri, malu dong kalau motornya itu butut. Kalau kamu kan hanya kuli bangunan, dan istrimu juga nggak kerja dan di rumah saja. Nggak perlulah
PILIH KASIH20. Dijual Murah (Bagian A)Ini, inilah yang membuat aku muak dan juga marah. Ibu selalu mengatakan kami tidak pernah memberi uang belanja untuk beliau dan juga Bapak, tetapi setiap minggu ada saja yang Ibu pinta dari suamiku. Gaji Mas Abi dalam satu minggu hanya tujuh ratus dua puluh ribu, dan tidak jarang Ibu meminta setengahnya untuk membeli keperluannya yang sebenarnya tidak mendesak, seperti, gamis, baju, tas, ataupun sepatu.Bila dihitung-hitung, maka lebih banyak uang yang Mas Abi berikan daripada yang Mas Aji beri. Namun, Ibu seolah menutup mata dengan kebaikan suamiku, dan malah membangga-banggakan anak sulungnya yang kaya raya itu.Hahhhhh, ingin sekali rasanya aku berkata kasar. Sumpah!“Mana, Bi? Ibu mau ke pasar ini!” katanya sambil menadahkan tangannya.“Tidak ada, Bu. Uangnya sudah habis!” balasku dengan santai.“Habis?” tanya Ibu dengan mata melotot. “Enak sekali kamu menghabiskan gaji anakku, ingat ya dia itu harus menafkahi orang tuanya juga. Surga Abi a
21. Dijual Murah (Bagian B)"Dek! Kamu udah selesai sholat?" Mas Abi memasuki kamar dan langsung duduk di atas ranjang.Aku yang memang sudah selesai, langsung mencium punggung tangannya dengan takzim. Sambil membuka mukena, aku melirik wajah Mas Abi yang terlihat berseri-seri."Kenapa, Mas? Kok, sepertinya bahagia sekali!" kataku ingin tahu."Alhamdulillah, semuanya dimudahkan oleh Allah, Dek!" sahut Mas Abi sambil menarik tanganku dan mendudukkan diriku di sampingnya."Kenapa? Wak Cokro mau menjual tanah dan rumah ini pada kita?" tanyaku ingin tahu."Mau, Dek! Mau!" sahut Mas Abi semangat.Aku hanya mengangguk kecil, ikut bahagia dengan kabar yang diberikannya. Tapi, bagaimana dengan harganya? Walau di desa, tapi harga tanah di sini sudah mahal. Satu rantai saja harganya bisa mencapai empat puluh juta. Dan tanah yang kami tempati ini, luasnya satu rantai dan juga ada bangunan rumah di atasnya. Walaupun bangunan ini tidak mewah, tetapi pasti tetap ada hitungannya."Harganya gimana,