Share

Suara Cekikikan

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2023-09-18 16:32:08

Dahi Naira berkerut-kerut memperhatikan video dalam surel yang dikirim Sinta.

"Hem. Kalau ini, pasti ibu." Naira menyentak tangannya ke atas meja. "Kenapa juga ibu pakai bajuku? Apa Mas Huda tidak membelikannya pakaian?"

Dua mata wanita yang menjadi sekretaris itu menatap tanpa berkedip. Sampai pada adegan cipika-cipiki yang terlihat sangat aneh. Mata Naira memicing, curiga.

"Ampun. Ini malu-maluin banget, asli!" tangan Naira terkepal tanpa sadar ia meremas map yang harus diberikan pada sang Bos hingga robek. "Apa-apaan Mas Huda! Norak, malu-maluin banget," dengkusnya kasar.

"Nai." Suara bass seorang pria terdengar sangat dekat. Tanpa ia tahu, Anggara berdiri di belakangnya dengan membungkukkan badan. Ia penasaran kenapa sekretarisnya itu merobek laporan yang susah-susah dibuatnya.

Naira tersentak kaget, sampai berjingkat dan jatuh dari kursi. Untung saja tubuhnya ditangkap Anggara hingga tak membentur lantai.

Mata wanita itu melebar sempurna kala sadar, Anggara yang memeganginya.

Namun, Naira yang merasa risih bereaksi lebih. Ia menjatuhkan diri sendiri ke lantai dan mengaduh kesakitan. "Au!"

Anggara yang sempat menatap sinis pada layar laptop kini menarik senyum simpul. Geli melihat kelakuan Naira.

"Butuh bantuan?" tanya Bos sambil mengulurkan tangan.

"Nggak, Pak. Makasih." Naira menggeleng sambil tersenyum, lebih tepat meringis menahan sakit.

Anggara tergelak sebentar. Namun, ia cepat menguasai diri dengan berdehem. "Ehm. Ehm."

Naira cepat bangkit dan berdiri dengan kepala menunduk. Merasa bahwa Anggara ingin memperlihatkan kewibaan sebagai seorang atasan.

"Nai ...." Ucapan Anggara menggantung dengan ekspresi seolah tengah marah padanya.

Naira yang sadar cepat mencari-cari sesuatu, apa gerangan yang membuat bosnya itu marah? Dia celingukan ke kanan kiri, hingga mendapati kertas-kartas yang baru diprint lecek dan sobek bertengger manis di atas meja

"Oh?!" Mata dan mulut Naira membulat sempurna karena terkejut. Diambilnya barang tersebut dengan ekspresi kalut, lalu mengangkatnya di depan si Bos.

Begitu ia kembali sadar bahwa Bosnya masih menatap dengan bergeming. Naira segera menyembunyikan di belakang tubuhnya.

Anggara menyilang tangan di dada. Lalu menautkan dua alisn ke arahnya.

"Em, em. Ma-maaf, Pak." Wanita itu begitu menyesal. Dia pasti kena omel sekarang. Apalagi salinannya entah tersimpan di mana, dan gak lama lagi waktu bertemu utusan dua pemegang saham terbesar perusahaan.

"Kamu ...." Dua mata elang itu kini menyorot pada sekretarisnya yang tengah menunduk.

Naira menggigit bibir bawah pasrah. Dengan menggenggam kertas lebih erat.

"Apa suamimu berselingkuh, Nai?" Suara bass itu terdengar menekan.

Naira sontak mendongak. 'Pak Bos apa-apaan? Kenapa pria itu malah membahas hal pribadi?' Ia menatap bingung sekarang. Bukan lagi rasa takut seperti sebelumnya. Ia lalu ingat, bahwa tadi tengah memutar video dari Shinta.

Begitu berbalik, ia mendapati video masih bergerak di komputer. Naira buru-buru menggerakkan mouse dan mematikan video tersebut.

"Sudah berapa lama?" tanya Anggara sementara Shinta masih sibuk mengoperasikan komputer.

Setelah selesai ia segera kembali menatap sang bos. Lalu memperlihatkan berkas di tangannya.

"Saya akan segera mengurus dan menyelesaikan ini. Maaf," ucap Naira datar tanpa menjawab pertanyaan si Bos. Lalu cepat duduk. Menyalakan komputer dan memulai mencari data tersimpan.

Anggara mendesah berat. Ia kecewa Naira tak merespon kepeduliannya.

Begitu mulai sibuk kembali, dia bisa melihat dengan ekor mata Anggara berjalan menjauh. Masuk ke dalam ruangannya dengan wajah yang terlihat kesal.

Naira celingukan. Memastikan pria itu benar-benar hilang dari pandangan. Hingga bebas mendengkus, lantaran terlalu ikut campur urusan pribadinya.

"Kenapa dia begitu ikut campur dengan urusanku? Ini memalukan, seolah aku mendapat pria tak baik setelah putus dengannya," racau Naira yang tak menahami sikap Anggara.

Dia yang mulai mengetik sesuatu, tiba-tiba menelengkan kepala. Berpikir agak lama.

"Apa dia sedang mengejekku?" Wanita itu tak bisa konsen pada pekerjaannya sekarang.

Naira mendesah, berusaha fokus pada pekerjaan yang harus selesai. Mengingat ucapan Anggara, dia mulai kesal. Kesal pada Huda yang bersikap begitu berlebihan dengan sang ibu. Bahkan Anggara saja mengira mereka selingkuh.

Tiba-tiba, terbersit rasa cemburu di hati. Lebih jika dipikir, Rindi terlihat sangat muda dan menarik.

"Apa iya, Mas Huda benar-benar anak kandungnya? Kenapa aku jadi tak tenang gini?"

_________________

Naira pulang lebih cepat dari biasa. Ingin memberi waktu berdua dengan mertua dan mengenal lebih jauh, ada banyak hal yang ingin ia tanyakan termasuk kebenaran hubungan ibu dan anak antara Huda dan Rindi. Selain itu ia juga ingin mempersiapkan waktu lebih banyak, karena malam ini Huda akan mengajaknya keluar makan malam berdua.

Mereka rasanya sudah lama tidak menghabiskan waktu santai di luar rumah. Mengingat masa-masa indah dulu. Mungkin dengan begitu bisa meredam prasangka dan cemburunya.

Wanita itu mengerutkan kening kala melihat mobil Huda terparkir di garasi. "Apa dia sudah pulang?"

Saat di depan pintu, Naira membuka kunci. Lagi-lagi tak bisa. Pasti Karena pasti sang suami lupa lagi mencabut kunci, atau mungkin karena mereka di rumah saja jadi dikunci manual. Setelah mengetuk dan tak ada jawaban, akhirnya ia berjalan ke pintu belakang, sang ibu mertua pasti sedang di dapur. Dan sang suami mungkin di lantai atas.

Saat berada di belakang, dan mengetuk berkali-kali, tak ada jawaban. Berarti sang mertua tak ada di sana.

Naira mendesah lelah. Namun, matanya melebar kala menarik handel pintu. Ternyata terbuka. "Ouh, tak dikunci." Wanita dengan setelan kerja itu menghela napas lega.

Ia pun masuk ke dalam. Benar saja mertua tak ada di dapur. Lalu berjalan ke ruang tengah menapaki keramik-keramik yang berjajar rapi di lantai. Ruang tengah kosong. Mungkin sang ibu sedang sibuk di balkon atau di kamar.

"Biarlah, aku mau ganti baju dulu," gumamnya yang akan naik ke lantai atas.

Namun, baru menapaki dua anak tangga, kakinya berhenti kala mendengar suara cekikikan dari kamar ibunya. Disertai suara aneh seperti orang merintih kesakitan.

Dada Naira berpacu kencang. Ia pun segera memutar arah dan melangkah ke sana. Naira harus tahu apa yang terjadi? Pikirannya tak karuan. Mengingat Huda berada di rumah, suaminyankah yang tengah bersenang-senang dengan ibunya?

Tanpa basa-basi ia menarik gagang pintu kamar mertua yang ternyata juga tak dikunci. Mata Naira membelalak sempurna melihat apa yang ada di kamar tersebut.

Bersambung

Related chapters

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Kepergok

    Naira menajamkan pendengaran. Suara itu seperti ada di depannya tapi juga seperti berasal dari kamar sebelahnya. Tapi, untuk apa ibunya bermain-main di sana, sedang dia punya kamar sendiri. Dan kamar itu lama kosong, pasti berdebu.Ia pun meraih gagang pintu. Mata Naira terbelalak kala berhasil membuka pintu kamar sang mertua."Kosong?!" Dahi perempuan ayu itu berkerut dengan dada naik turun. Tersengal lantaran emosi dan rasa penasraan yang sudah di ubun-ubun. Jelas-jelas dia mendengar suara dari kamar ibu mertuanya. Kenapa bisa tak ada siapa pun? Ia beranikan diri melangkah masuk meski dengan kaki gemetar. Bisa jadi mertua dan suaminya sedang bersembunyi di lemari. Atau di kamar mandi."Ada apa, Nai?" Suara Rindi terdengar di belakang Naira dan membuatnya berbalik seketika. "Ib-ibu?" Naira tergagap. Napasnya masih juga tak beraturan. Ia merasa dipermainkan oleh prasangka dan kenyataan yang ditemukan. Rindi tampak segar dan seksi. Pemandangan itu membuat Naira tak suka. "Kenapa w

    Last Updated : 2023-10-20
  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Senyummu Menjijikan Bu

    Huda masuk ke kamar ibunya yang hanya mengenakan lingerie. Wanita itu sudah seperti jalang yang tersenyum pada pelanggannya. Seksi dan menggairahkan. Itulah kesan yang tampak pertama."Senyum itu menjijikkan, Bu!" makinya kala menangkap senyum penuh gairah di bibir Rindi. Belum lagi saat ingat sprai acak-acakan di kamar tamu. Entah, se-hot apa mereka berbuat. Belum lagi suara ibunya yang seperti orang kesetanan.Apa tidak ada wanita lain? Kenapa harus ibunya sendiri? 'Atau jangan-jangan dia bukan ibunya? Aku harus mencari tahu.'Tangan Naira menekan mouse hingga gerakan dalam layar tak lagi stabil.Mata perempuan yang kini mengenakan gamis berwarna ungu motif bunga dengan kerudung senada itu berkaca, lantaran terasa panas dan perih. Tatapannya memburam karena embun yang menutupi pandangan. Kini semua air mata seolah tengah berjejalan dan antri ingin ke luar.Rasa sakit berlipat-lipat Naira rasa dari yang sebelumnya. Jika tadinya hanya sebatas dugaan, sekarang dia melihat sendiri suami

    Last Updated : 2023-10-20
  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Pria Asing

    Huda memperhatikan Rindi dari atas hingga bawah. Rambutnya yang acak-acakan. Baju yang tak rapi seperti tengah ditarik berkali-kali. Tak salah lagi wanita itu pasti habis bertarung dengan Naira. Dan sebuah botol obat kecil yang digenggam di tangan kiri yang membuat mata Huda menyipit. Jantung pria itu terpompa lebih cepat. Dia yang kelelahan membawa mobil seperti pembalap, berlari dan mendobrak pintu rumah agar tak terjadi apa-apa pada Naira. Kini harus disuguhkan dengan pemandangan mengerikan. "Kamu apakan istriku, Rin?" Mata Huda membeliak. Ia tak sabar dapat pengakuan dari wanita selingkuhannya. Untuk tahu apa yang terjadi pada Naira."Ma-maf, Da." Rindi mengucap gemetar seolah takut pria yang dicintai akan marah padanya.Kata maaf itu seperti sebuah pisau yang menyayat hati Huda. Benar yang ditakutkan, Rindi akan menyakiti Naira pada akhirnya. Itu kenapa dia mencari istri wanita kota yang jauh dari Rindi. Wanita yang bisa melakukan apa pun ketika kesenangannya dihalangi."Aku,

    Last Updated : 2023-10-20
  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Apa Kamu Selalu Menangis?

    Kejadian sebelumnya. Sore hari ....Naira seperti hilang akal. Rasanya bodoh dan jijik saja jika akan bertemu Huda. Jangankan bertemu dan minta penjelasan, membayangkan wajahnya saja sudah membuat Naira emosi sampe ke ubun-ubun.Tiba-tiba saja dia ingat kematian bapak mertua yang ganjil. Apa pasangan selingkuh itu yang membunuhnya? "Keparat!" Tangan Naira terkepal. Gigi-gigi halusnya bahkan gemerutuk lantaran rahang juga mengeras menahan emosi.Dia terdiam agak lama, berpikir dan menyusun rencana. Jangan sampai ia pun jadi korban. Siapa yang akan tahu jika Rindi sebenarnya menyimpan kebencian dan menunggu waktu tepat untuk menyingkirkannya seperti almarhum.Naira menatap ke arah pintu. Takut jika tiba-tiba Rindi menyerang. Ia bangkit dan mengunci pintu tersebut.Lalu kembali duduk dengan merapatkan dua tangan di atas meja. Berkali-kali ia menatap ke arah pintu dengan takut-takut tapi juga sangat marah. Sebisa mungkin, Naira menekan emosi dalam dada. "Bukan waktu tepat untuk menangis

    Last Updated : 2023-10-20
  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Ciuman dari Mantan

    Mata Anggara menyipit, kala melihat keringat sebiji jagung jatuh dari kening dan pelipis Naira. Lelaki itu menginjak pedal gas lebih dalam, hingga tak berapa lama melihat POM bensin. Ia segera memutar setir mobil berbelok ke tempat tersebut.Aneh menurutnya. Kenapa begitu keluar pagar rumah kondisi Naira langsung berubah drastis? Adakah sesuatu yang bekerja dalam tubuhnya? Seperti racun atau sejenisnya.Begitu mobil menepi dan berhenti di area parkir, Anggara yang diliputi cemas menelepon seseorang. Lelaki itu mengetuk-ngetukkan tangan ke benda berbentuk bundar di depannya. Tak sabar sang teman yang berprofesi sebagai dokter mengangkat telepon darinya."Hallo, Pram. Assalamualaikum," ucapnya begitu panggilan tersambung."Ya, Ga! Waalaikumsalam. Tumben nih, lo malam-malam gini nelepon. Ada apaan emangnya?" sahut lelaki yang dipanggil Pram."Iya, nih. Gue perlu tau sesuatu.""Ya?""Jadi gue lagi bareng pegawai." Anggara mulai bercerita."Cewek apa cowok?" "Ah tuh ga pentinglah!" Angga

    Last Updated : 2023-10-20
  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Kondisi Darurat

    Sesampainya di rumah sakit, Anggara segera turun, membuka pintu mobil di mana Naira duduk. Tanpa berpikir apa pun, pria itu memegang tangan wanita tersebut untuk membantunya keluar.Namun, Anggara terpaku dengan dua alis terangkat kala Naira enggan bangkit mengikutinya."Hem?" "Em, sebaiknya saya berjalan sendiri, Bos." Naira menarik tangannya yang terasa lemas."Oh. Oke." Anggara sontak mengangkat dua tangan yang sempat menempel di lengan pegawainya tersebut. Ia sadar wanita itu tampak tak nyaman atas perlakuannya. Mungkin karena semua orang termasuk Naira sudah tahu statusnya sekarang, jadi mereka berpikir hal lain. Misal, modus. Bukan lagi tulus membantu yang memang sedang kesulitan."Tubuhmu masih sangat lemas. Tunggu di sini!" Anggara pergi ke dalam, berusaha mencari tenaga medis. Setidaknya akan ada tandu, ranjang dorong, atau kursi roda.Naira memandangi punggung pria kekar yang menjauhinya. Tubuh atletis yang dulu membuatnya dimabuk cinta dan dipenuhi semangat hidup. Ia san

    Last Updated : 2023-10-20
  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Aku Butuh Kamu, Bos

    "Huda tunggu! Kamu mau ke mana?" tanya Rindi yang tampak kuyu.Namun, meski begitu, Huda sama sekali tak kasihan padanya. Sudah terlalu sering ia meminta wanita itu untuk tidak bersikap dan mengambil keputusan gegabah. Tapi nyatanya semua itu tak diindahkan. Untung saja dia punya teman yang ITE hingga bisa melacak keberadaan istrinya yang hilang. Dan lebih beruntung lagi, Naira tak menon aktifkan ponselnya, hingga syarat lokasi bis dicapai."Apa lagi? Sebaiknya kamu diam saja, oke!" ucap Huda yang bersiap pergi.Kali ini Huda akan memilih diam. Dia sudah bisa merasakan kebencian berlebih yang Rindi tujukan untuk Naira. Padahal mereka dulu bersepakat, dengan siapa pun Huda menikah, Rindu tak boleh cemburu berlebih apalagi menyakitinya. "Apa kamu tau sesuatu tentang Naira?" tanya Rindi yang penasaran dengan memegang lengan Huda. "Kamu tak perlu tau. Diamlah jika ingin kita tetap bersama." Ucapan Huda menekan dan dingin. Ia lalu menepis tangan wanita itu, sebelum akhirnya bergega

    Last Updated : 2023-10-20
  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Gerak Cepat

    Rindi menatap ke jendela luar dengan mata penuh kebencian. Dari sorot yang tak fokus pada tujuan itu, tampak satu dua orang lalu lalang mengenakan pakaian keamanan. Menjaga kompleks mereka tinggal dari pencurian dan sejenisnya. Meski begitu, tetap saja tak ada kemanan di hatinya. Naira sudah merenggut perhatian dan cinta Huda darinya. Angka pada jam dinding sudah menunjukkan 02.10, tapi rasa kantuk belum juga datang. "Sial, insomniaku sampai kambuh gara-gara ini!" dengkusnya kesal sambil menghempas tirai jendela yang dipegang.Ia menyesal kenapa tak dari dulu saja menyingkirkan suaminya yang tua bangka dan hidup bahagia di kota. Dengan begitu ia tak perlu meihat pernikahan Huda dengan wanita lain. Matanya beralih pada benda di nakas, kala benda berbentuk pipih itu berdering. "Huda?" gumamnya heran. "Apa dia sudah menemukan Naira dan menasehatiku agar berbagi tempat dengan nyaman dengan perempuan jalang itu? Enak saja. Tidak bisa! Merekalah yang harusnya bercerai."Rindi pun mengk

    Last Updated : 2023-10-20

Latest chapter

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Ending

    "Bagaimana kalau terbukti bayi dalam kandungan Sherly adalah anakmu?"Anggara tercenung, hanya sesaat. Kemudian menatap Naira lekat-lekat."Kalau itu memang anakku, aku akan bertanggung jawab penuh atas hidup anak itu. Tapi, tidak akan ada siapa pun yang bisa memaksaku untuk menikahi Sherly. Dan...."Anggara tidak melanjutkkan kalimatnya, dia berdiri dan duduk satu sofa dengan Naira. Keseriusannya membuat jantung Naira berdebar-debar cepat. Jari-jemari Naira digenggam erat Anggara."Dan, kalau memang itu anakku, aku berharap kebesaran hatimu untuk mau tetap menerimaku sebagai suamimu, dan meminta kebaikan hatimu untuk anak yang tidka berdosa itu."Anggara menahan napas, menunggu apa reaksi dan jawaban Naira. Ditengah perasaan khawatirnya, Naira justru mengulurkan tangan dan membelai lembut pipi Anggara."Aku memang memiliki keraguanku padamu sampai tadi sebelum masuk ke ruanganmu ini. Tapi, kemudian aku tahu, bahwa suamiku berkata benar."Kernyitan di kening Anggara melekuk-lekuk dala

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Bagaimana Kalau Dia Anakmu?

    Huda menunggu dengan gelisah kedatangan Sherly. Perasaannya tidak enak. Suara kemarahan Sherly ditelepon, membuat pikiran Huda menjadi kalut. Dia merasa kalau situasinya berantakan."Brengsek kamu, Huda!"Sebuah hentakan di meja, menyadarkan Huda dari lamunannya. Sherly sudah datang, dengan setumpuk kekesallannya, hingga melempar tasnya ke atas meja, sebelum kemudian duduk. Dirogohnya isi tas dengan kalap, lalu mengeluarkan sebungkus rokok. Namun, saat melihat rokok itu, dia kemudian teringat bagaimana Anggara membentaknya kasar. Akhirya, Sherly meremas bungkus rokok beserta isi-isinya.Huda yang melihat itu, semakin penasaran sekaligus was-was. Dia merasa kalau yang akan dihadapinya bukan hanya tentang kekesalan si Sherly juga, tapi tentang rencana penghancuran pernikahan Anggara dan Naira."Gimana? Gimana tadi di sana? Si kunyuk Anggara itu, tidak bisa berkutik, 'kan? Dia mau menuruti maumu, 'kan?" Huda memajukan tubuhnya, menggeser kursinya, agar lebih dekat dengan Sherly.Sherly y

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Aku Sabar

    Pintu ruang kerja Anggara ditutup Sherly dari luar dengan bantingan yang amat sangat keras. Itu membuat sekretaris Anggara tersentak dan menatap Sherly dengan melongo. Dalam hati ada si sekretaris, ada kekaguman dengan kekuatan Sherly membanting pintu daun jati yang cukup tebal itu.Sherly tak langsung melangkah. Dia tetap berdiri di depan pintu yang tertutup, dengan napas naik turun yang tidak teratur. Satu dua kali, dia menyisir rambutnya dari depan ke belakang dengan kasar, hingga membuat si sekreatris khawatir rambut itu akan jebol dari akar kepala.Setelah dia bisa menguasai diri, Sherly melangkah menjauhi ruang kerja, menuju lift. Ekspresi wajahnya menyiratkan sesuatu yang buruk. Dia tidak menyapa apalagi menoleh ke meja sekreatris, melainkan menghubungi Huda.Di depan lift, barulah telepon Sherly diterima Huda."Brengsek kamu Huda! Ternyata deskripsimu tentang perempuan itu, salah! Sekarang, aku yang terjebak. Kalau ngomong itu yang bener!" cerocos Sherly tanpa menekan tombol a

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Jangan Mengujiku

    "Tidak, Nai." Cepat-cepat Anggara menanggapi. Khawatir istrinya akan salah tanggap."Aku tidak menyimpan foto-foto itu. Dia yang menunjukkan kepadaku tadi, sebagai bukti," lanjut Anggara."Foto apa?" Kali ini Naira menoleh ke Sherly. "Aku bisa lihat?""Gak perlu dilihat, Nai," cegah Anggara dengan suara lembut."Aku tetap mau melihatnya, Mas.""Aku tidak izinkan.""Kenapa?""Itu hanya akan membuatmu semakin berprasangka buruk terhadapku, sedangkan aku sendiri, tidak meyakini kalau foto itu mewakili apa yang sudah kuperbuat kepadanya," jelas Anggara."Kalau begitu, biarkan aku melihatnya dan menilainya sendiri."Anggara menatap ke dalam mata Naira yang memiliki keteguhan. "Aku tidak mau kamu terluka lebih banyak lagi, Nai.""Aku sudah terluka, Mas. Banyak atau sedikit, aku tetap terluka."Naira kembali menatap serius Sherly. Tangannya terulur dan meminta bukti foto itu."Biar aku melihat foto itu juga."Sherly tersenyum senang. Dengan gerakan gemulai, Sherly menyerahkan ponselnya."Ak

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Menghadapi Pelakor dengan Elegan

    Naira melotot tak terima. Bagaimana bisa ada perempuan tak tahu malu seperti itu. Tanpa ragu, wanita bergerak maju mendekati Sherly dan menjambak rambutnya hingga kepalanya tertarik ke belakang. "Au! Jalang! Lepaskan! Aku bisa melaporkanmu ke polisi!" ancam Sherly sambil berteriak kesakitan."Kamu pikir aku takut, hah?!" Naira melotot di depan wajah Sherly. Dulu mungkin dia tak bisa melawan fisik Rindi yang merebut Huda, tapi tidak sekarang. Anggara di sini untuknya, dia bukan tukang selingkuh seperti suami pertamanya.Anggara panik, ia tak mau kejadian ini heboh dan menarik perhatian yang lain. Rasanya kesabaran Anggara sudah sampai di batasnya. Ia tak mau diam saja. Naira bisa merasakan bagaimana tangan suaminya yang merangkul pinggangnya terasa mengetat, yang artinya Anggara sedang berada pada kemarahannya yang masih ditahan.Naira tentunya tidak ingin martabat suaminya buruk di mata banyak karyawannya. Itu tidak baik karena juga bisa mempengaruhi nama baik perusahaan. Naira harus

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Bukan lagi Pengecut

    Di luar ruang kerja Anggara, Naira dan seorang sekretaris, duduk gelisah di tempatnya masing-masing. Si sekretaris, beberapa kali mencuri pandang ke arah Naira dan juga ke pintu ruang kerja bosnya. Ingin sekali dirinya mendekati Naira, lalu mencoba menenangkan.Namun, ia sadar kalau itu pasti tidak akan bisa mengubah perasaan kalut seorang istri yang mengetahui suaminya berdua-duaan dengan wanita lain.Naira sendiri, sebenarnya tidak keberatan dengan kesendiriannya di sofa. Itu membuatnya leluasa berpikir antara tetap di kantor atau pulang, dan antara masuk menerobos ke ruang kerja Anggara atau sabar menunggu sampai tamu wanita bernama Sherly itu keluar.Sebenarnya Naira sangat ingin masuk, dan melabrak wanita itu serta Anggara bersamaan. Rasa kesal, marah, akibat merasa pernikahan ini tidak adil, adalah yang membuat Naira ingin meluapkan pada keduanya sekaligus. Seandai kata Anggara jujur sejak awal, sebelum menikah, atau Sherly datang menemuinya sebelum menikah, pastinya hidup Naira

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Berapa Banyak Pria yang Tidur denganmu

    Di kantornya, Anggara benar-benar tidak bisa konsentrasi. Pikirannya tidak bisa sepenuhnya fokus pada perusahaan yang dia bangun. Bercabang ke mana-mana. Dari memikirkan bagaimana menyelesaikan urusannya dengan Sherly, sampai tentang bagaimana dirinya bisa membuktikan kalau tidak pernah terjadi sesuatu antara mereka ke pada Naira. Lelaki yang mengenakan setelan jas berwarna Dongker itu berdiri mematung, menatap keluar melalui jendela kaca. Kedua tangannya terlipat di dada dengan kedua kaki terbuka. Sikapnya benar-benar seperti seorang ksatria yang sedang menatap ke arah medan perang.Di tengah pikirannya yang semakin kelam dan berkecamuk, Anggara dibuat terkejut dengan pintu yang dibuka dengan hentakan keras. Pria tinggi itu langsung berbalik, yang lalu terhenyak begitu melihat siapa yang berdiri di ambang pintu dengan wajah merengut.Sherly mengenakan pakaian yang membuat Anggara malu. Pakaian itu tidak tepat, begitu juga riasannya, dan semua yang menempel pada tubuh Sherly tidak ad

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Mertuaku Ternyata Baik

    "Mas Huda!" Naira panik sekaligus gelisah. Kemunculan Huda di rumahnya, bukanlah sesuatu yang diinginkan Naira."Aku ada meeting dengan seseorang di restoran dekat sini. Tapi, aku kepagian dan..., karena dekat dengan rumahmu, aku jadinya mampir dulu."Huda celingukan, melihat-lihat sekitar, seolah-olah sednag mencari-cari."Oh, ya, Anggara ada?" tanya Huda santai.Naira menelan air liurnya. Dia tahu kalau Huda bertanya basa-basi. Naira yakin kalau mantan suaminya itu tahu perginya Anggara ke tempat kerja. Itu karena selisih waktu yang tidak banyak."Suamiku kerja , Mas," jawab dingin Naira. Dengan nyata Naira menekankan kata 'suamiku'."Lho, gak libur? Kalian kan pengantin baru. Kita dulu aja, malah langsung bulan madu, kan," ucap Huda sambil terkekeh geli sendirian.Naira tak menanggapi. Dia tidak mau diseret ke masa lalu yang baginya sudah amat sangat tidak penting lagi."Nai, boleh minta minum, gak? Aku tadi buru-buru. Haus, nih." Huda mengelus tenggorokannya dengan wajah meringis.

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Tamu Meresahkan

    Bagaikan sebuah alarm yang memang sudha tertanam di dalam tubuh dan pikiran, tak lama setelah adzan subuh selesai berkumandang, Naira bangun dengan tersentak. Tubuhnya langsung bangun duduk dengan napas yang tercekat.Setelah berhasil mengatur napas, Naira pun mulai membangun ingatannya. Dia menunduk menatap kedua tangannya yang masih menggunakan perhiasan dan lukisan hena. Gaun pengantinnya pun belum lepas dari tubuhnya.Apa yang ada di dirinya masihlah sama seperti kemarin. Tak ada satu pun yang terlepas dari dirinya. Naira masihlah seorang yang mengenakan pakaian pengantin.Kini Naira melihat sekitar dirinya. Ingatannya mulai datang. Naira yakin kalau semalam dia duduk di tepian tempat tidur, mengagumi empuk juga lembutnya tempat tidur. Naira juga ingat tentang keinginannya untuk merebah, memastikan kalau tempat tidur itu memang benar-benar empuk.Dan setelahnya Naira tidak ingat apa-apa. Tapi, saat terbangun, dia tidur dengan posisi sangat baik. Seseorang telah memperbaiki posisi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status