"Aku juga," keluh Arya tapi tetap menuruti perintah Endrea, jika tidak dirinya tidak tahu jurus apalagi yang akan dikeluarkan oleh gadis satu ini
"Tidak susah mengeluh ini juga buat perut kamu," omel Endrea kemudian tangannya dengan cekatan meniriskan ayam yang sudah matang.
Lalu mulai menumis bumbu yang sudah dihalusnya tidak lama kemudian aroma wangi bumbu langsung memenuhi seluruh ruangan, membuat Arya terbatuk.
"Nyalakan mesin yang ada diatas kompor biar baunya tidak kemana-mana," perintah Arya.
Endrea ingin menyalakannya tapi tubuhnya yang pendek tidak sampai, Endrea meloncat-locat seperti anak kecil yang sedang meminta jajan, Arya yang melihat itu langsung menggendong pinggang Endrea.
Membuat Endrea berteriak, tapi terdiam saat Arya memerintahkannya untuk menyalakan mesin penyedot asap dengan cepat.
"Ya ngga perlu gendong juga, kamu kan bisa bantu nyalakan," ujar Endrea dengan memajukan bibirnya.
"Kamu ti
Arya tidak tahu kenapa saat berkata seperti itu hatinya seperti tersentuh dan jantungnya berdetak lebih cepat, Endrea juga tidak tahu Arya jujur atau tidak tetapi saat berada dalam pelukan Arya, Endrea merasa sangat nyaman.Apakah dirinya sedang jatuh cinta, Arya sendiri juga bingung selama ini dirinya tidak pernah lagi tertarik dengan lawan jenis, tetapi berbeda sekali saat dirinya dekat dengan Endrea, ada rasa ingin melindungi dan tidak rela saat Endrea berjalan dengan pria lain."Jam satu nanti aku mau ke kantor," ucap Arya."Apakah aku boleh ikut?" tanya Endrea jujur dirinya ingin sekali bertemu dengan Yuana, apakah dirinya sudah mendapatkan asisten kembali atau malah bekerja sendiri."Tentu saja, kalau begitu aku cuci muka terlebih dahulu," pamit Arya.Jam satu lebih sepuluh menit mereka berangkat ke kantor, saat sampai di kantor seperti biasa karyawan menatap Endrea tidak suka, tetapi Arya malah memeluk pinggang Endrea
Bahkan Kevin juga menjadi saudara tirinya karena Papa Kevin menikah dengan Bibi Liana, Endrea memijat pangkal hidungnya bingung memikirkan jalan hidupnya yang rumit.Endrea berjalan ke arah Arya, yang setia menunggunya di depan pintu masuk keruangan Arya."Kenapa tidak masuk dulu?" tanya Endrea kemudian masuk setelah Arya membuka pintunya."Tidak apa-apa, apa yang dibicarakan bocah tadi?" tanya Arya yang sudah duduk dikursi miliknya."Kamu tahu ternyata aku memiliki begitu banyak saudara tiri," ucap Endrea kemudian memadangi tempat kerja Arya.Arya belum tahu kemana arah pembicaraan Endrea jadi Arya kembali bertanya "Jadi?"."Jadi Yuda itu adalah anak Bibi Liana, entah siapa ayah Yuda tapi dia menjadi saudara tiriku," ucap Endrea."Ngomong-ngomong kamu merubah semua tempat kerja Papa ya, tidak ada kenangan yang disisakan," ucap Endrea dengan nada sedih."Kamu kayanya harus ikut aku," ucap
"Tidak perlu ini semua juga untuk istriku, aku bekerja juga buat kamu nanti," bisik Arya ditelinga Endrea membuat bulu kuduk Endrea berdiri."Bahkan kita belum tentu menikah, bukannya aku belum memberikan jawaban," jawab Endrea, kemudian menerima bag dan kartu milik Arya yang diberikan oleh kasir.'Aku akan membuatmu nyaman berada di dekatku, karena kamulah satu-satunya senjataku untuk menghancurkan Jack, dan keluarganya,' batin Arya dengan tersenyum miring, Arya berlari menyusul Endrea yang sudah jauh."Kamu tidak mau beli makan malam sekalian?" tanya Arya dengan melihat jam dipergelangan tangannya, yang sudah menunjukkan pukul delapan belas tiga puluh menit."Tidak, aku akan memasak nanti di rumah, kamu tidak perlu khawatir soal makanan," jawab Endrea kemudian mengajak Arya untuk pulang karena barang yang dia butuhkan sudah berada ditangannya.Hanya butuh waktu lima belas menit mereka sudah sampa di apartemen Arya, Arya me
"Kita tidur satu ranjang," ujar Arya kemudian memeluk tubuh Endrea sangat erat."Iya baiklah aku akan tidur disini, tapi lepaskan terlebih dahulu," perintah Endrea karena dirinya merasa sangat kekurangan oksigen.Aeya langsung melepaskan pelukannya dan membiarkan Endrea duduk, setelah itu Endrea berpindah kesamping Arya dan meletakkan bantal guling ditengah-tengah mereka.'Ma, Pa bantu Endrea menemukan surat aslinya ya, Endrea tidak rela orang-orang itu menikmati jerih payah kalian,' do'a Endrea sebelum tidur, Perlahan-lahan mata Endrea mulai mengantuk.Saat mata Endrea sudah terpejam bukan Arya namanya kalau tidak jahil, Arya membuang bantal yang menghalangi mereka ke bawah ranjang samping Endrea, kemudian Arya mendekatkan tubuhnya ke Endrea dan memeluknya.Perlahan-lahan mata Arya juga terpejam, dirinya mendapatkan rasa nyaman dan suka dengan aroma rambut Endrea yang harum.Endrea merasakan ada sesuatu benda berat m
'Apa gadis ini minta dicium,' batin Arya kemudian tersenyum dan mulai melahap bibir mungil Endrea, yang terasa begitu manis berbeda dengan kekasihnya dulu sungguh bibir ini akan membuatnya candu.Endrea tidak bisa menolak sentuhan dibibirnya, justru Endrea malah membalasnya tubuh Endrea mulai menuntuk agar Arya melakukan lebih dari itu, Arya juga merasakannya karena takut mengingkari ucapannya Arya melepaskan ciumannya.Endrea menghela nafas kecewa dirinya merasa kehilangan kehangatan itu, Endrea menatap ke arah Arya dengan tatapan sendu, Arya mencium sekilas bibir mungil Endrea."Aku tidak akan mengingkari ucapanku," ucap Arya kemudian masuk ke dalam kamar mandi, untuk mengendalikan hawa nasfunya.Endrea tersenyum setelah Arya tidak terlihat lagi, tangan mungilnya memegang bibir yang terasa sedikit bengkak dan perih, padahal dirinya hanya berciuman sebentar pikir Endrea.Endrea hanya mengantar Arya sampai di depan pintu apartemen, kare
"Iya Pak, nanti jam tujuh kita akan berangkat dari sini," Endrea mendengar ucapan Arya, jantungnya langsung berdetak sangat kencang, meski tidak mudah mendapatkannya tapi Endrea merasa yakin bahwa surat itu masih ada di rumah yang sekarang ditempati Bibi Liana."Siapa?" tanya Endrea ketika Arya kembali duduk disampingnya."Pak Irawan, dia bilang jam tujuh sudah bisa untuk membantu kita mengambil surat yang asli jika kamu sudah yakin," jawab Arya tangannya masih sibuk dengan ponsel."Baiklah Aku merasa sangat yakin kalau surat itu masih berada di rumah itu, tapi aku merasa kalau Bibi Liana belum mengetahuinya," ucap Endrea jujur."Kamu benar, tadi Pak Irawan bilang Liana baru datang ke kantornya dan memaki-maki Pak Irawan, Bibi Liana menuduh kalau Pak Irawan dan istrinya yang menyembunyikan suratnya," jelas Arya."Memalukan," gumam Endrea dengan menggelengkan kepalanya, tentu Mamanya akan menyembunyikan di tempat yang aman, tapi bukan ju
"Hah," Endrea melebarkan mulutnya merasa heran kenapa Arya tahu, Endrea memutarkan kepalanya mencari siapa tahu ada cctv diruangan ini tapi Endrea tidak menemukan apa-apa."Kamu sedang mencari siapa?" tanya Arya membuat Endrea semakin kebingungan."Ti... Tidak mencari siapa-siapa," jawab Endrea dengan gugup.Sebenarnya Arya memang memasang beberapa cctv tersembunyi untuk mengawasi setiap pekerja yang akan membersihkan rumahnya.tetapi tidak disangka sekarang malah Arya gunakan untuk mengawasi setiap gerak gerik Endrea, Arya tidak ingin Endrea meninggalkannya untuk saat ini, meski mungkin kedepannya Arya sendiri yang akan meninggalkan Endrea."Kalau begitu tidak susah lagi beres-beres, untuk apa saya membayar mereka kalau kamu ikut membersihkan," Arya memperingatkan Endrea kemudian mematikan sambungan teleponnya.Endrea mencebik lalu meletakkan ponselnya dengan kasar, Endrea mulai terserang kantuk dan dirinya tidur disofa, jam setengah
"Ini tidak adil," teriak Bibi Liana dengan berapi-api bahkan dirinya sampai bangun dan menunjuk-nunjuk ke arah Pak Irawan."Tolong tenang dulu Bu Lin, biar saya jelaskan semuanya terlebih dahulu," perintah Pak Irawan dengan nada tenang."Ngga bisa Pak, ini semua harus menjadi milikku dan anak-anakku," jawab Bibi Liana.Pak Irawan memberi isyarat kepada salah satu polisi untuk memegangi Bibi Liana, takutnya Bibi Liana akan membuat hal diluar dugaan."Ngga bisa Pak, ini semua milikku, bukan milik anak sialan itu, aku tidak iklas Pak," racau Bibi Liana saat dibawa ke dalam.Tidak lama kemudian Bibi Liana kembali dengan keadaan yang lebih tenang, Pak Irawan mulai menjelaskan poin-poin yang ada di dalamnya.Bibi Liana menghampiri Endrea dengan menatap tajam kearahnya, tetapi Endrea tidak takut sudah tanggung sampai disini maka dirinya akan menyelami sekalian batin Endrea.Endrea membalas tatapan tajam Bibi Lia
Endrea dan Semuel duduk berdampingan, Tuan Wu memerintahkan mereka untuk makan Endrea sedikit ragu saat ingin memasukan makanannya ke dalam mulut takutnya makanan itu sudah diberi racun."Makanlah," perintah Tuan Wu kembali. Kemudian mereka mulai menikmati makan malam dengan diam, setelah makan malam Tuan Wu mengajak Endrea dan Semuel untuk ke ruang keluarga ada sesuatu yang ingin Tuan Wu sampaikan."Sem...." panggil Tuan Wu."Iya Kek," jawab Semuel kemudian membenarkan duduknya melihat ke arah Kakeknya."Intan sudah lama meninggalkan kita bersama disini, apa kamu belum bisa muve on darinya?" tanya Tuan Wu."Maksud Kakek apa?" tanya Semuel."Hehe... Kakek tahu kamu sudah bisa melupakan Intan dan kamu juga sudah menemukan calon penggantinya, jangan kira Kakek tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan," Tuan Wu menghentikkan ucapannya."Jadi kapan kali
Kevin masuk dan berjalan ke arah Yuana yang sedang bermain dengan Ardan di ruang keluarga, Kevin duduk di depan Ardan dan ikut bermain."Dik, Aku mau ke kantor sebentar setelah itu aku akan kembali lagi kesini," pamit Kevin kepada Yuana."Iya hati-hati di jalan Mas, kamu tenang saja disini ada aku," jawab Yuana.Kemudian Kevin berjalan ke arah kamar yang semalam digunakan oleh Yuana tidur, untung dirinya membawa baju ganti untuk ke kantor.Tiga puluh menit kemudian Kevin keluar dari kamar setelah berbicara dengan Yuana, Kevin keluar dari rumah dan membawa mobilnya menuju ke kantor.Tiga hari berlalu sekarang keadaan Endrea sudah membaik dan sudah bisa bekerja seperti biasa, saat ini Endrea, Kevin dan Yuana sedang menikmati udara segar dilantai atas rumah Endrea."Aku senang akhirnya kamu kembali seperti sedia kala lagi," ujar Kevin."Hanya sakit seperti itu saja, kenapa kalian khawatir sekali," jawan
"Ngga aku mau pulang saja, kasian Ardan di rumah sendirian," ucap Endrea dengan nada lemas"Iya sudah nanti aku antarkan ke rumah ya," ucap Semuel kemudian menyiapkan barang bawaan Endrea dan juga dirinya.Semuel mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelepon Kevin, dipanggilan Kedua teleponnya baru diangkat."Halo, Vin kamu tolong jagain Ardan dulu sampai kami pulang ya," perintah Semuel kepada Kevin."Memangnya kalian dimana sih, dari semalam ngga pulang?" tanya Kevin diseberang sana."Nanti juga kamu tahu, sudah dulu ya," ucap Semuel kemudian mematikan sambungan teleponnya.Semuel membantu Endrea memakaikan sendalnya, kemudian memapah Endrea keluar dari kamsr hotel, Semuel mengantar Endrea ke kursi samping kemudi.Tidak lupa Semuel memasangkan sabuk pengaman, setelah itu Semuel menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Endrea."Kamu tidak mau periksa dulu En?" tanya Semuel kepada Endrea,
Selanjutnya mereka melakukan adegan yang seharusnya belum mereka lalukan sekarang, keduanya tenggelam dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Satu jam kemudian Semuel membaringkan tubuhnya disamping Endrea, kemudian memeluk Endrea dengan sangat erat dibalik selimut.Endrea hanya terdiam memadangi langit-langit kamar, memikirkan apa yang baru saja dirinya lalukan bersama Semuel."Bagaimana kalau aku hamil?" celetuk Endrea, Semuel mencium pipi Endrea."Aku akan menikahimu segera, kamu tidak perlu khawatir," bisik Semuel ditelinga Endrea."Sekarang mandi ya setelah itu kita makan malam," perintah Semuel kepada Endrea."Tetapi aku tidak membawa baju ganti," ujar Endrea dengan melihat ke arah Semuel.Semuel keluar dari selimut dan berjalan ke arah sofa, kemudian kembali ke ranjang dan memberikan satu bag kepada Endrea."Ini aku sudah menyiapkannya tadi, tapi aku tidak tahu itu muat atau
"Sudah selesai, sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Semuel ketika sudah berada di depan Endrea, Endrea menatap mata Semuel kemudian menghela nafasnya. "Pulang dulu ya, aku mau ketemu sama Ardan setelah itu baru," jawab Endrea. "Baru apa kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Semuel. "Baru kita ke hotel," jawab Endrea dengan berbisik ditelinga Semuel, Semuel tersenyum kemudian mengusap telinganya yang terasa geli. "Cepat buka mobilnya panas ini," perintah Endrea. "Perintahnya yang bener dong sayang," pinta Semuel, Endrea mendengus kemudian memalingkam wajahnya ke arah lain. "Buka mobilnya Mas panas ini," perintah Endrea, dengan tertawa Semuel membuka kunci mobilnya. Jam setengah dua siang Endrea baru sampai di rumah, tadi dirinya sudah makan siang bersama Semuel, tidak lupa Endrea membeli kue untuk Ardan. "Ardan," teriak Endrea saat masuk ke dalam rumah, Endrea melihat Ardan sedang menonton televisi.
"Kamu harus bertangung jawab Endrea, kamu sudah berkali-kali membuat kepalaku sakit," gumam Semuel, Endrea melototkan matanya apa maksud yang dipikirkan calon suaminya pikir Endrea."Maksudnya bagaimana daritadi aku diam saja?" tanya Endrea dengan nada kebingungan."Kamu tahu dengan sikapmu yang seperti itu mampu membangunkan sesuatu ditubuhku," celetuk Semuel."Ya terus aku harus apa?" tanya Endrea yang belum tahu apa maksud perkataan calon suaminya."Malam ini aku mau kamu menginap dihotel bersamaku, tapi tidak dengan anak-anak," pinta Semuel."Gila apa ngga aku ngga mau, kita itu baru calon suami istri aku ngga mau melakukan itu," ujar Endrea yang sekarang sudah tahu apa maksud Semuel."Aku tidak akan memaksanya, tapi aku mohon untuk malam ini saja," pinta Semuel dengan nada memohon."Ya sudah, malam ini dihotel tapi jangan macam-macam," ancam Endrea."Iya sayang," jawab Semuel kemudian me
Endrea berbalik ingin memukul Kevin tapi Kevin menghindar, Endrea mengejar Kevin dengan berkata "Bisa diam ngga sih,"."Mami lagi apa?" tanya Ardan yang baru turun dari kamarnya dan melihat Mami dan Omnya sedang berlarian."Ngga sayang, itu si Om nakal," jawab Endrea kemudian menggendong Ardan dan membawanya ke meja makan, Yuana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya dan Endrea.Sebentar lagi Kevin sudah mau menjari seorang Ayah tapi tingkahnya masih seperti anak kecil saat bertemu dengan Endrea, tapi Yuana tidak pernah melarangnya selagi itu membuat suaminya bahagia."Makan yuk ini semuanya sudah siap," ajak Yuana kemudian mereka bertiga jalan ke arah meha makan dan mulai menikmati soto ayam buatan Yuana.Selesai sarapan Yuana dan Kevin pamit pulang karena mereka harus berangkat ke kantor, begitu juga Endrea harus bersiap untuk bekerja.Endrea mengantarkan Kevin sampai di depan rumahnya, Endrea kembali
"Lain kali jangan memaksa orang yang sedang hamil, itu tidak baik," gerutu Endrea, Kevin hanya bisa memamerkan giginya yang putih dan tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Jam sebelas malam mereka baru selesai makan malam, Kevin dan Yuan pulang terlebih dahulu malam ini mereka aka menginap di rumah Endrea.Sedangkan Endrea dan Semuel masih ingin menikmati malam berdua, Semuel memerintahkan Endrea untuk menatap ke arahnya."Coba lihat ke arahku dan tatap mataku," perintah Semuel kepada Endrea.Endrea menurut dan langsung menatap mata Kevin, mereka saling bertatap kemudian Semuel memalingkan wajahnya ke arah lain."Kamu cantik, aku tidak menyangka kamu mau menerima cintaku," ujar Semuel dengan menggengam tangan Endrea."Tugas kita masih satu lagi," ujar Semuel.Endrea melihat ke arah Semuel dengan menaikan sebelah alisnya kemudian bertanya "Apa?"."Kita harus mendapatkam restu Kakek, setelah itu kita b
"Seperti anak remaja saja yang mudah tersingung," gumam Endrea kemudian dirinya tersenyum dan mematikan ponselnya dan meletakan kembali ke meja kamar.Siang ini Endrea berencana ingin pergi ke mal untuk berbelanja barang yang sudah habis, karena Ardan baru saja tertidur jadi Endrea menitipkan Ardan kepada Lia, agar dirinya bisa leluasa belanja.Endrea berjalan ke arah garasi dan memgeluarkan mobil pajero putihnya, Endrea membawa dengan perlahan mobil itu ke mal.Semuel yang sedang berada dibalkon kamarnya melihat mobil Endrea keluar, Semuel menghembuskan nafas lega kemudian tersenyum itu artinya Endrea sudah tidak lagi marah dengan ucapan Kakeknya.Hari berganti hari tidak terasa sudah satu minggu sejak pernyataan cinta Semuel waktu itu, sekarang waktunya Endrea memberikan jawaban kepada Semuel.Dan selama satu minggu itu juga hubungan mereka semakim dekat, Ardan dan juga Qila juga terlihat sangat dekat Qila sudah mengangap