Share

Bab 48

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-11 13:53:30
Langit yang indah melingkupi panti asuhan ketika Kaisar tiba di sana. Kepala Pengurus Panti, seorang pria tua dengan rambut putih melingkar di kepalanya, terkejut melihat kehadiran Kaisar. Mata tua itu memandang dengan keraguan dan ketidakpercayaan.

"Ka…Kaisar?" gumam Kepala Pengurus Panti dengan suara gemetar, seolah-olah tidak percaya dengan mata dan telinganya. “Tidak mungkin!”

Kaisar tersenyum lembut, mencoba meredakan keraguan yang membayangi wajah pria tua itu. "Ya, aku Kaisar. Aku datang ke sini untuk alasan yang mungkin sulit dipercaya, tapi aku butuh bantuanmu."

Kepala Pengurus Panti masih tampak ragu. "Tapi, Kaisar, aku tahu Kaisar sudah mati. Itu adalah berita yang telah tersebar di seluruh negeri."

Kaisar mengangguk paham, kemudian menjelaskan dengan penuh kesabaran, "Aku memahami kebingunganmu. Yang mati bukan aku, tapi saudara kembarku di negara Taruma. Musuhku, mereka salah sasaran. Mereka membunuh saudaraku yang tak bersalah."

Wajah Kepala Pengurus Panti perlahan b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 49

    Terik matahari masih menyelimuti istana Menteri Pertahanan dengan kegelapan yang misterius. Dua penjaga yang berdiri tegak di depan pintu gerbang tidak percaya pada pandangan mereka. Lelaki di hadapan mereka memiliki ciri-ciri yang sangat mirip dengan Kaisar yang baru saja dimakamkan. Kaisar sekarang berada di ambang pintu gerbang, berdiri dengan penuh kepercayaan, meskipun dua penjaga itu menatapnya dengan rasa skeptis.“Saya Kaisar,” ucap Kaisar sekali lagi."Kaisar telah mati! Kami baru saja menguburnya," ujar salah satu penjaga dengan nada ketidakpercayaan.Kaisar tersenyum, mencoba meyakinkan mereka. "Saya tahu ini sulit dipercaya, tapi saya adalah Kaisar yang sebenarnya. Ada hal-hal yang harus saya jelaskan kepada Menteri Pertahanan dan saya tidak bisa menjelaskan pada kalian. Jadi tolong izinkan saya masuk untuk menemui Pak Menteri."Namun, dua penjaga tetap tidak percaya. Mereka meminta Kaisar menunjukkan kartu identitasnya sebagai bukti. Kaisar meraba saku seragamnya dan meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 50

    Kaisar merasa napasnya terasa sesak ketika pintu ruangan Menteri Pertahanan tertutup rapat. Tentara yang mengepungnya masih menahan napas, menatap Kaisar dengan ketegangan yang sulit dijelaskan. Menteri Pertahanan, duduk di hadapannya, tampak seperti sosok yang memiliki kendali penuh atas situasi ini. Suasana tegang mewarnai ruangan, hanya bisikan angin luar yang terdengar melalui celah pintu yang tertutup.Menteri Pertahanan menatap Kaisar dengan tatapan tajam, dan akhirnya, dia memberi perintah pada para tentara di sekelilingnya untuk menurunkan senjata. Suasana tegang kian mereda, tetapi raut wajah tentara masih penuh kecurigaan. Menteri Pertahanan memerintahkan mereka untuk meninggalkan ruangan, satu persatu mereka melangkah keluar dengan ragu.Ketika ruangan akhirnya hanya diisi oleh Kaisar, Menteri Pertahanan, dan penjaga pintu yang setia, Menteri Pertahanan mengangguk pada penjaga untuk menutup pintu dari luar. Sebuah langkah strategis untuk menghindari kemungkinan gangguan dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 51

    Di dalam ruangan itu, Kaisar masih dikelilingi oleh pasukan bersenjata. Dengan kedua tangannya yang diangkat tinggi, ia berdiri di hadapan Menteri Pertahanan yang masih memegang erat pistolnya. Wajahnya yang gagah berani kini dipenuhi kebingungan dan kecemasan."Saya Kaisar, Pak Menteri. Saya bukanlah seorang pengacau," ucap Kaisar dengan suara yang berusaha tetap tegar.Menteri Pertahanan menatap Kaisar dengan pandangan tajam, tidak terpengaruh oleh kata-kata sang Kaisar. "Anda memiliki bukti apa yang menyatakan bahwa Anda benar-benar Kaisar? Bagaimana saya bisa yakin bahwa Anda tidak sekadar seorang peniru yang berbahaya?"Dalam usahanya untuk membersihkan namanya, Kaisar memandang Pengurus Panti yang hadir di sana. "Beritahu dia, Pak! Katakan padanya bahwa saya adalah Kaisar, dan yang mati itu adalah saudara kembarku, Reno!"Pengurus Panti, yang selama ini selalu percaya padanya, malah terdiam. Ekspresinya bingung, seolah terjebak dalam pertarungan antara kepercayaan dan keraguan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 52

    Menteri Pertahanan sedang sibuk di ruang kerjanya ketika teleponnya berdering dengan keras. Dengan cepat, ia mengangkat telepon dan mendengar laporan dari salah satu Sang Letnan."Pak, tahanan nomor 347 melarikan diri!" ujar salah satu Sang Letnan yang bertanggung jawab membawa Kaisar ke tahanan militer dengan nada gugup.Menteri Pertahanan, yang tengah mengecek berkas-berkas penting di mejanya, menoleh dengan tatapan kaget. "Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Di mana lokasinya sekarang?"Sang Letnan itu memberikan informasi terkini tentang lokasi tahanan yang kabur. "Dia terakhir terlihat di wilayah hutan belantara di sebelah barat, Pak."Menteri Pertahanan mengangguk, "Bersiaplah untuk mengirimkan pasukan segera. Saya ingin kita menemukan dia sebelum masalah ini semakin besar."“Baik, Pak!" jawab Sang Letnan dengan hormat sebelum menutup panggilan.Setelah sambungan telepon berakhir, Menteri Pertahanan mengambil langkah cepat menuju peta strategis yang terpajang di dinding ruangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 53

    Perempuan tua itu masih duduk di ruang tamu yang sederhana, menatap Kaisar dengan tatapan tajam. Kaisar yang duduk di seberangnya merasa tegang. Perempuan tua akhirnya memecah keheningan."Kenapa istrimu tidak mengangkat juga?" tanyanya dengan nada prihatin.Kaisar menggelengkan kepalanya. "Saya sudah mengirim pesan, memintanya untuk menelepon ke nomor ini jika dia sudah bangun.""Tidak apa-apa, coba miscall lagi," usul perempuan tua sambil tersenyum.Kaisar mengikuti saran itu dan memencet tombol untuk menelepon Elena. Namun, telepon itu tetap tak diangkat. Kaisar menjelaskan, "Dia suka membuat handphonenya silent saat tidur."Perempuan tua tersenyum penuh pengertian. "Sabar, tunggu saja."Kaisar mengangguk, mencoba menenangkan diri. Rasa cemas mulai menyelimuti hatinya."Kalau boleh tahu, mengapa ibu tinggal sendirian?" tanya Kaisar, mencoba mengalihkan perhatian dari kekhawatiran tentang Elena.Perempuan tua, yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Doroti, menatap ke luar jend

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 54

    Elena menatap layar ponselnya, ragu-ragu antara memilih untuk menghubungi nomor tidak dikenal atau melupakan sepenuhnya. Keputusan ini menjadi lebih sulit ketika ponselnya bergetar lagi, kali ini dengan panggilan dari Damian."Hallo?" jawab Elena dengan suara yang masih dipenuhi keraguan.Damian dari sisi lain meneruskan percakapan, "Elena, mana nomor tidak dikenal itu? Apa sudah kamu kirimkan atau belum?"Elena menyadari bahwa dia lupa untuk memberikan informasi tersebut. "Oh, maafkan aku, Damian. Aku akan segera mengirimkannya. Sedang ada sesuatu yang penting, tapi kita bisa bicara nanti, oke?"Damian mengiyakan dan mengakhiri panggilannya. Elena, sambil memegang ponselnya, berpikir keras apakah sebaiknya dia memberikan nomor tersebut atau tidak. Namun, sebelum dia bisa mengambil keputusan, ponselnya berdering kembali, kali ini nomor tak dikenal itu lagi yang menghubunginya.Tanpa ragu, Elena segera mengangkat teleponnya, "Halo, siapa ini?"Suara di ujung telepon tampaknya bergetar

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 55

    Elena melangkah masuk ke kamarnya, suasana di kastil terasa semakin tegang. Dia merasa terjebak di dalam ruangan mewah yang seharusnya memberikan kenyamanan, namun sekarang menjadi penjara bagi dirinya. Hatinya gelisah ketika ia menyadari bahwa paman Lionel telah menyewa seorang bodyguard untuk menjaganya.Dengan gemetar, Elena mengambil ponselnya dan mencari nomor Kaisar. Setelah menekan beberapa tombol, suara Kaisar terdengar di seberang sana."Elena, kau sudah berangkat?" tanya Kaisar dengan cemas.Elena menjelaskan bahwa dia tidak dapat keluar dari kastil karena paman Lionel telah mengambil langkah-langkah ekstra untuk menjaganya. Pamannya tersebut sepertinya sangat tidak ingin Elena meninggalkan kastil itu.Kaisar merespon dengan tenang, "Jangan khawatir, Elena. Aku akan mencari cara untuk membantumu keluar dari situ. Kamu hanya perlu menjaga dirimu sendiri sebaik mungkin."Elena menghela nafas lega mendengar suara Kaisar yang penuh keyakinan. "Aku akan berusaha, Kaisar. Aku hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 56

    Damian melihat sekeliling hutan yang lebat dengan pohon-pohon tua dan semak belukar yang menyelimuti setiap sudut. Damian harus menyelamatkan Kaisar yang sekarang dia yakin masih berada di sekitar hutan itu. Dia pun berpikir dan akhirnya berpura-pura heran pada beberapa pasukannya yang kini berada di dekatnya agar keputusan Damian nantinya yang akan mengikuti permintaan Kaisar tidak curigai oleh mereka."Dia harus berada di sini," ucap Damian kepada sebagian pasukannya, matanya seolah terus memindai sekelilingnya. Pasukannya pun masih melihat sekitar di kegelapan malam dengan bermodalkan lampu senter dan berbagai teknologi militer lainnya, namun tak seorang pun dari pasukannya yang bisa menemukan jejak Kaisar.Damian berhenti melangkah, terlihat akan mengambil keputusan yang sulit di hadapan pasukannya. "Kita kembali ke markas. Kaisar tidak berada di dalam hutan ini," ujarnya dengan suara yang tegas kepada para prajuritnya.Pasukan segera bergerak dengan sigap, meninggalkan hutan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 126

    Keheningan malam terpecah oleh suara gemuruh di sekitar villa yang terpencil. Tentara-tentara setia menjaga pos mereka dengan teliti, meraba setiap bayangan yang melintas di bawah sinar bulan. Namun, kehadiran yang tak diundang telah menyusup, mengubah ketenangan menjadi kekacauan.Tiba-tiba, suara keras membelah udara. "Ada penyusup!" teriak salah satu tentara yang berjaga, memecah kesunyian malam. Serentak, rekan-rekannya bersiap, senjata teracung, siap menghadapi ancaman yang tak terlihat.Namun, di sisi lain bangunan villa, Jenderal Kaisar merasa jantungnya berdegup kencang. Ia bersembunyi di balik tembok batu, menatap kegelapan dengan mata tajamnya. Pikirannya berputar, mencari cara terbaik untuk melindungi diri terlebih dahulu karena ada sebuah rencana yang akan dia lakukan untuk Jenderal Paul.Sementara itu, Damian merasakan getaran tegang melintas di udara. Bersama pasukannya, ia merapatkan barisan, menunggu tanda untuk bertindak. Mereka telah menunggu saat ini dengan sabar, d

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 125

    Debi dan Nadi merunduk di balik semak-semak, mata mereka terfokus pada villa yang terletak di tengah hutan. Suara angin sepoi-sepoi berbisik di antara pepohonan, menciptakan atmosfer ketegangan yang mendalam."Tidak lama lagi, Nadi," bisik Debi, matanya tetap terjaga untuk melihat setiap perubahan di sekitar mereka.Nadi mengangguk, tangannya menggenggam erat panah di busurnya. "Kita harus siap. Jenderal Kaisar pasti tidak akan lagi Jenderal Kaisar akan tiba ke sini.”Tiba-tiba, ponsel Debi memecah keheningan. Dia menarik keluar perangkatnya dan melihat panggilan masuk dari Jenderal Kaisar. "Ini dia," gumamnya, menjawab panggilan dengan hati-hati."Debi," suara berat Jenderal Kaisar terdengar di seberang sana, "bagaimana situasinya?"Debi menatap layar ponselnya, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati. "Situasi masih aman, Jenderal. Kami masih di luar villa. Jenderal Paul masih di dalam."Jenderal Kaisar menghela nafas, suaranya penuh dengan ketenangan. "Dia tidak akan bisa bersem

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 124

    Jenderal Paul keluar dari ruang kerjanya dengan langkah mantap, diikuti oleh dua ajudannya yang selalu setia mendampinginya. Sambil menghubungi pengurus villa melalui ponselnya, dia tersenyum, "Saya akan ke sana, mohon persiapkan segalanya karena saya ingin bersantai di sana."Pengurus villa dengan sigap menjawab, "Baik, Tuan Jenderal. Kami akan menyiapkan semuanya segera."Saat Jenderal Paul dan ajudannya tiba di depan lobby, seorang petugas pengamanan membuka pintu mobil, memberi hormat sambil memberikan salam. Jenderal Paul, yang senantiasa rendah hati, menyapa kembali. Bersama dengan dua ajudannya, mereka naik ke dalam mobil yang telah disiapkan dengan rapi di depan pintu.Mobil bergerak lancar melalui gerbang menuju arah villa. Jenderal Paul melihat sekelilingnya dengan senyuman tenang. Pemandangan pegunungan yang hijau dan langit biru yang cerah memberikan kontras yang memukau.Jenderal Paul memutar kepala ke arah sopir, "Mengantar ke Villa, Pak."Supir mengangguk mengiyakan dan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 123

    Dinginnya udara malam menyambut kedatangan Kaisar, Damian, Rudi, Nadi, dan pasukan khususnya di bandara negara Taruma. Mereka menyamar sebagai warga biasa, menyelinap masuk tanpa menimbulkan kecurigaan sekalipun. Langkah mereka seolah-olah tidak meninggalkan jejak, tetapi kenyataannya, perjalanan mereka penuh perhitungan dan ketenangan.Sesaat setelah melewati pintu kedatangan, suasana kembali normal. Para penumpang berhamburan menuju bagian keluar bandara dengan perasaan lega. Kaisar memandang sekeliling dengan tatapan tajam, memastikan bahwa mereka berhasil meloloskan diri tanpa terdeteksi.Namun, ketenangan itu tiba-tiba terguncang saat seorang petugas keamanan memanggil mereka dari kejauhan. "Tunggu!" seru petugas tersebut sambil melambaikan tangan.Kaisar, Damian, Rudi, Nadi, dan pasukan khususnya memandang satu sama lain dengan raut wajah tegang. Mereka bergerak menuju petugas dengan langkah hati-hati. Petugas tersebut tampak serius, sambil memegang sebuah jam tangan.Kaisar yan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 122

    Kaisar duduk di kursi belakang mobil mewahnya, tangan kanannya menekan erat-erat ponsel pintarnya sementara supir setia dan ajudan pribadinya mengemudi dengan hati-hati melalui jalanan yang ramai di ibu kota New Taraka. Kaisar berbicara dengan serius, "Yusa, saya dan tim akan segera tiba di negara Taruma. Pastikan semuanya siap dan awasi bandara serta jalanan menuju rumah rahasia. Laporkan segera jika ada kejanggalan."Yusa, seorang agen rahasia yang bertanggung jawab atas keamanan Kaisar, menjawab, "Baik, Jenderal Kaisar. Kami akan memastikan semuanya berjalan lancar dan aman. Semoga perjalanan Anda sampai di sini tanpa hambatan."Dengan tekad bulat, Kaisar menambahkan, "Saya tahu risikonya tinggi, tetapi ini adalah langkah yang harus kita ambil."Yusa mengangguk seraya menyampaikan doanya, "Kami akan berdoa untuk keselamatan Jenderal dan seluruh tim. Semoga misi ini berhasil tanpa ada korban jiwa."Setelah menutup teleponnya, Yusa segera memberitahu tim agennya yang sedang berkumpul

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 121

    Dalam keheningan kediaman sewaannya di negara Taruma, Yusa merogoh kantongnya untuk mengambil sebuah alat komunikasi. Dengan gerakan cepat, dia menekan beberapa tombol dan menunggu sambungan.Jenderal Kaisar duduk di ruang komandonya yang megah. Ketika teleponnya berdering, dia segera mengangkatnya dengan penuh kehati-hatian."Halo," sapanya tegas, menandakan kesiapan untuk menerima laporan apa pun.Yusa, dengan napasnya yang cepat, memberikan laporan pada Jenderal Kaisar, "Jenderal, kami telah menemukan jejak Jenderal Paul. Kami memetakan tempat-tempat yang sering dia kunjungi."Jenderal Kaisar menahan nafasnya sejenak, matanya berbinar dalam sorot cahaya lampu ruangan yang redup. "Bagus. Bagaimana kondisinya?"Yusa menjawab dengan tegas, "Kami sudah siap untuk melanjutkan rencana berikutnya, Jenderal. Kami hanya menunggu arahan dari Anda."Jenderal Kaisar menarik napas lega, melihat kesempatan untuk mengakhiri ancaman yang disebabkan oleh Jenderal Paul."Segera kirimkan lokasi-lokas

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 120

    Di ruang istana yang megah, Jenderal Kaisar duduk di seberang meja dari Elena, istrinya. Suasana ruangan itu dipenuhi ketegangan yang mendalam. Kaisar menatap Elena dengan ekspresi serius, dan Elena dapat merasakan ada sesuatu yang sangat penting yang ingin diungkapkan suaminya."Sayang," ucap Kaisar dengan suara yang dalam, "ada sesuatu yang perlu kusampaikan padamu."Elena mengangguk, matanya penuh dengan rasa penasaran dan kekhawatiran. "Apa yang terjadi, Kaisar?"Jenderal Kaisar mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Para peretas yang telah mengancam keamanan negara kita adalah agen mata-mata dari negara Taruma."Elena merasakan kejutan melintas di wajahnya. "Negara Taruma? Bagaimana bisa?"Kaisar menjelaskan dengan penuh ketegasan, "Kami telah melakukan penyelidikan, dan berdasarkan bukti yang kami temukan, kami berhasil menghabisi beberapa dari mereka. Bahkan, seorang dari mereka sudah kami tangkap."Elena merasa campur aduk antara kelegaan dan kecemasan. "Apakah ancaman

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 119

    Ruang rawat inap rumah sakit militer itu terasa hening, hanya terdengar suara mesin-mesin alat medis yang terus berdenyut. Kaisar duduk di kursi di sebelah tempat tidur yang ditempati oleh Bara, salah satu agen rahasia dari pihak musuh yang berhasil mereka sandera. Damian berdiri di sampingnya sambil memperhatikan dengan serius.Dokter yang berkemeja putih memeriksa luka tembakan yang melukai Bara. Kaisar dan Damian menyimak setiap kata yang diucapkan dokter dengan ketegangan yang menggelayuti hati mereka."Dia harus istirahat dan pulih selama beberapa minggu. Luka tembaknya cukup serius, tapi kami melakukan yang terbaik untuk memperbaiki kerusakan," ujar dokter dengan suara lembut.Kaisar menundukkan kepalanya sejenak, lalu menatap Bara yang terbaring tak berdaya. "Lakukan apa pun yang diperlukan untuk kesembuhannya, dokter."Damian menarik napas panjang. "Jenderal, apakah Anda yakin kita harus meninggalkannya di sini? Bagaimana jika ada pihak lawan yang mencoba menyusup ke sini dan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 118

    Di dalam kamar hotel, Bara dan tim agennya sedang sibuk mengatur strategi mereka. Keheningan di kamar itu terputus ketika salah satu agen mendapat laporan penting."Apa yang terjadi di lobby?" tanya Bara dengan ekspresi serius.Salah satu agen menjawab dengan ketidakpastian, "Ada banyak pasukan tentara di sana, Bara. CCTV menunjukkan gerakan yang mencurigakan."Bara segera memeriksa layar laptop, matanya meneliti setiap sudut ruang hotel yang ditampilkan oleh kamera pengawas. Benar saja, tentara-tentara bersenjata berjaga di sekitar lobby."Sepertinya kita telah diintai," kata Bara dengan suara tegas. "Pihak musuh mungkin sudah mengetahui keberadaan kita di sini."Ketegangan menyelimuti kamar, dan Bara segera memberikan perintah, "Bersiaplah untuk segala kemungkinan. Keluarkan senjata dan siapkan diri untuk perlawanan. Jika mereka benar-benar menyerang, kita harus siap menghadapinya."Semua anggota tim segera bergerak dengan sigap. Senjata-senjata ditarik, dan wajah-wajah mereka mence

DMCA.com Protection Status