Share

3

Author: Tias Yuliana
last update Last Updated: 2021-05-19 02:17:10

Ini adalah hari ke tujuh dan jatuh pada hari minggu. Dari semalam Yana dibuat tak nyenyak tidur. Dia berusaha mati-matian menghindari Han, menghindari bertatap mata dengan suami yang begitu baik padanya. Entah saat makan malam bersama, menonton televisi, atau bahkan di ranjang mereka berdua. Selama seminggu ini Yana merasa seperti seorang pesakitan yang menjijikkan.

Yana begitu ketakutan. Dia merasa sang suami akan mampu mengetahui rahasianya, bahkan hanya dengan memandang mata atau sekadar menyentuh kulit tangan Yana. Perempuan bertubuh sekal semampai itu begidik dibuatnya.

“Ada yang ingin kau bicarakan denganku, Sayang?” selidik Han saat memperhatikan istrinya yang terus-menerus murung dan gelisah.

Yana terbelalak. Dia tak mungkin membicarakan masalah yang menimpa dirinya dengan sang suami. Siapa yang tahu bagaimana reaksi Han nanti? Yana bahkan masih belum mengenal Han terlalu dalam.

“Tapi, aku membutuhkan bantuan!” desah Yana dalam hati. “Aku bisa saja melaporkan ini kepada polisi sebagai kasus pemerasan dan ancaman, tapi ... Han tentu akan tahu, bahkan orang-orang akan tahu. Tidak!”

Yana kembali meremas-remas tangannya sambil menggigiti bibir.

“Yana?” Han mengguncang lembut bahu istrinya.

Yana berjengit dan menjauhkan diri dari tangan Han, membuat pria beralis lebat itu berkerut dan sedih.

“Ma-af,” ucap Yana lirih, “Aku ... sedang PMS! Aku butuh waktu untuk menenangkan gejolak hormonku yang kacau.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Suwati van Rooij
nice writing
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    4

    Rambut ikal sepunggung perempuan itu berterbangan karena terpaan angin kencang. Sebagian anak rambut terselip di antara bibir semerah darahnya yang bergetar. Dengan ponsel masih tergenggam di tangan, dia berputar-putar melihat awas ke sekitaran. Beberapa puncak gedung yang lebih tinggi dari tempatnya berpijak menjadi sasaran kecurigaan. Napas perempuan itu pendek-pendek dan cepat dengan wajah memucat. Gaun merah yang dikenakannya tampak koyak. Kaki telanjangnya menginjak lantai beton kasar yang mulai menghangat di atap gedung berlantai 29. “A-aku sudah sampai!” Dia gigit bibirnya hingga pecah, “Akan aku beri semua informasi yang kau butuhkan! To-long batalkan pengiriman lukisan itu ....” Dua orang pria yang mengenakan seragam merah dengan logo sebuah perusahaan pengiriman turun dari mobil box dan mengeluarkan sebuah lukisan yang terbungkus kertas cokelat. Setelah menyerahkan paket lukisan itu ke penanggung jawab pameran, salah satu kurir menyelinap ke toilet

    Last Updated : 2021-05-20
  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    5

    Perempuan berambut ikal kecokelatan dengan hidung bangir itu berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya sendiri. Dia lepas dan menjinjing sepatu hak tingginya di satu tangan. Tangan yang lain meraba-raba dalam kegelapan untuk mencari brankas di ruang kerja suaminya. “Kau baru pulang?” Han berdiri di ambang pintu dengan mata kantuknya. Ruangan itu menjadi terang, menampakkan Yana yang terkesiap dan memucat. Tanpa sengaja dia jatuhkan sepatunya ke permukaan karpet Turki yang empuk dan tebal di depan meja kerja Han. “A-aku ... mencari pena ... ya, pena!” ujar perempuan itu sambil membalik badan menghadapi suaminya. Han memicingkan mata. Dia tak bisa percaya begitu saja. Sudut matanya menangkap brankas yang tutupnya berusaha dibuka oleh Yana.

    Last Updated : 2021-05-22
  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    6

    Sebuah televisi layar datar berukuran besar tengah menayangkan berita terkait kasus bunuh diri di sebuah hotel terkenal di kota S. Kabar bunuh diri itu disangkutpautkan dengan kasus serupa di waktu yang hampir bersamaan, tetapi di lokasi yang berbeda. “Bagaskara, seniman muda jenius dan berbakat dekade ini ditemukan meninggal di rumah studionya pagi ini. Menurut hasil penyelidikan sementara, diduga kuat dia melakukan bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya di kamar mandi. Melalui surat wasiat yang ditinggalkan, diketahui Bagaskara patah hati karena perasaan cintanya terhadap perempuan berinisial YN ditolak. Di dalam surat yang sama, dia juga meminta maaf karena telah mengabadikan kecantikan YN dalam setiap karya-karyanya” ujar seorang reporter perempuan dari sebuah acara berita di televisi menggema di dalam ruangan gelap di sebuah mansion tua. “Polisi masih menyelidiki keterkaitan kasus bunuh diri Bagaskara dengan kasus bunuh diri yang dilakukan oleh YN di tem

    Last Updated : 2021-06-13
  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    7

    Pemuda berkaus Bonek berjalan terpincang-pincang mendekati perempuan yang ditabraknya. Perempuan itu terlihat tak mengalami cedera serius, meski roda depan motornya terlihat sedikit bengkok “Kau baik-baik saja? Aku rasa begitu! Seharusnya kau perhatikan jalanmu!” bentak sang pemuda dengan kesal. “Kau wartawan? Tak perlu menjawab karena terlihat dari kartu persmu!” Pemuda itu menangkap gerakan para pengejarnya yang semakin mendekat. Wartawan perempuan yang dikerumuni para pejalan kaki itu sudah bisa bangkit, bahkan bersiap memaki dan mengamuk pada sang pemuda. “Aku benci wartawan!” bisik sang pemuda sambil menegakkan kembali motor sport-nya dengan tergesa. Sebelum kembali memacu motor, dia sempat mengambil sebuah kamera Canon EOS 5DS R milik si wartawan perempuan yang terlempar tanpa sepengetahuan siapapun. “Kau harus membayar atas kelalaianmu dalam berkendara, Nona!” bisiknya penuh kemenangan sambil melaju meninggalkan lokasi tabrakan saat sirine mob

    Last Updated : 2021-06-13
  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    8

    Jun kembali mengendarai mobilnya sambil terus berusaha menghubungi sang klien yang akan ditemui hari ini. Saat membelokkan mobil ke tikungan, dia hampir ditabrak oleh mobil lain yang baru saja keluar dari salah satu gedung perkantoran yang lengang. Perempuan di dalam mobil itu adalah Kamiya Moriuchi, perempuan keturunan Jepang yang baru saja membuka cabang usahanya di kota S. Dia menawarkan bisnis baru pada perusahaan Baviaan untuk menjadi pemasok kalsium sebagai salah satu bahan baku pembuatan pupuk. Beberapa saat lalu, dia mendapat panggilan telepon yang tidak mungkin untuk diabaikannya. “Bisnis! Segala yang kau lakukan tak pernah jauh dari itu bukan? Aku mulai yakin kelahiranku juga hanya sekadar aset bisnis bagimu!” hardik Ben dengan kasar. “Semua yang kulakukan dan kubangun selama ini demi masa depanmu!” Herman mendesis, “Kau yang akan mewarisinya!” Ben mengabaikan ucapan sang ayah dan beralih pada laptop di meja belajarnya.

    Last Updated : 2021-06-15
  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    9

    Herman terlalu dibutakan oleh cinta dan harta. Dia pikir bisa menikahi putri seorang pengusaha properti terbesar dari kota J agar mudah mendapatkan suntikan dana untuk memperluas usahanya. Akan tetapi, Herman malah menjadi korban penipuan. Perusahaan properti milik istri mudanya ternyata hanyalah sebuah perusahaan fiktif. Istri dan ibu mertua barunya terlalu cerdik bahkan licik. Herman bukan orang sembarangan. Meski dia sudah menyelidiki perusahaan calon istrinya dengan seksama, nyatanya pria itu masih saja tertipu. Perusahaan properti yang disebut-sebut oleh istri muda dan ibu mertuanya itu ternyata perusahaan yang sudah hampir bangkrut. Herman dibujuk untuk berinvestasi besar-besaran. Saat seluruh asetnya diserahkan, sang istri kabur tanpa jejak meninggalkan kebangkrutan bagi perusahaan Herman sendiri. Akhir yang tragis bagi trah Herman Sugandi yang dibangunnya selama bertahun-tahun dengan merangkak dari bawah. Sejak itu, dia menghilang dan meninggalkan utang yang bertumpu

    Last Updated : 2021-06-29
  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    10

    Gedung pencakar langit yang menjadi pusat perkantoran di kota S tiba-tiba dihebohkan oleh sejumlah kerumunan wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik. Bahkan beberapa reporter tengah melakukan siaran langsung di halaman gedung tersebut. Para petugas keamanan kewalahan menghalau mereka yang penuh dengan pertanyaan dan rasa ingin tahu. Kerumunan bak lalat tersebut dibuyarkan oleh kedatangan sederetan mobil mewah bersama dengan pengawalan ketat. Satu persatu penumpang mobil-mobil itu keluar dan berjalan memasuki lobi gedung. Para wartawan tak satu pun yang diizinkan mendekat. Mobil terakhir yang datang adalah sebuah limosin hitam dengan seorang penumpang perempuan bersetelan mahal. Melihat kedatangan sosok yang mereka tunggu-tunggu itu, seluruh jajaran staf berdiri di depan lobi untuk menyambut kedatangannya dengan penuh takzim. Perempuan itu turun dari mobil dengan bantuan salah satu staf. Kacamata gelapnya bertengger di pangkal hidung menyamarkan kemarahan di

    Last Updated : 2021-06-29
  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    11

    Jun mengunjungi perusahaan Kamiya Moriuchi sesuai instruksi dari Baviaan. Kini, dia berada di tempat parkir bawah tanah dan berusaha menghubungi Baviaan melalui sambungan aman. “Bagaimana hasilnya?” tanya Baviaan yang terdengar sibuk di seberang saluran. “Sindikat!” jawab Jun singkat. “Informasi apa yang kamu dapatkan?” “Asisten pribadinya mengatakan Kamiya meninggalkan kantor kemarin siang untuk menghadiri janji temu denganku. Dan, ya, kami memang bertemu tapi tiba-tiba dia membatalkannya, lagi! Sang asisten mengatakan bahwa saat itu dia menghubungi Kamiya agar segera kembali ke kantor. Seorang pria datang membuat keributan. Pria itu mengaku sebagai kekasih Kamiya. Dia bercericau di depan seluruh karyawan Kamiya bahwa merasa sakit hati dan terluka. Karena Kamiya memutuskan hubungan pertunangan mereka secara sepihak. Sang asisten juga mengatakan, pria itu mengancam akan menggulingkan bisnis Kamiya jika perempuan itu tidak hadir saat itu juga.”

    Last Updated : 2021-06-29

Latest chapter

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    22. Remember Me

    “Siapa kau?” desis Baviaan sambil menguatkan todongan pistolnya ke arah kepala Kae yang duduk gemetar di sofa ruang tengah. Gadis muda itu membeliak ketakutan. Punggungnya tegak dan keringat dingin mulai membulir di keningnya. Dia berusaha mundur, tapi terhalang oleh sofa yang didudukinya. Embusan napas segar menguar dari samping kepala Kae. Bahunya dicengkeram lembut tapi mengancam oleh seseorang dari belakang. Gadis itu melirik sekilas siapa yang ada di belakangnya. Entah bagaimana Jun tiba-tiba berada di belakang sofa dan membungkuk hingga kepalanya berada di atas bahu Kae. Pria itu berbisik dengan penekanan suara yang menggoda. “Perhatikan pistol itu, Nona Muda. Pelurunya bisa menembus kepalamu dan memecahkan tengkorakmu. Tak!” Jun membentuk jempol dan telunjuk kanannya menyerupai pistol dan menekannya ke samping kepala Kae.

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    21. Masuk Perangkap

    Jun yang tersungkur ke lantai sambil melindungai Kae melihat para penembaknya datang dari sebuah mobil van hitam yang berhenti di depan minimarket. Mereka membuka pintu belakang mobil. Dua orang yang wajahnya tertutup topeng hitam mulai menembaki ke arah minimarket. Jun sedikit mendongak. Dia melihat pintu belakang van itu berusaha ditutup. Dia membidikkan tembakan pada salah satu sosok bertopeng hitam di dalam van. Tembakan itu mengenai lengannya sebelum mobil pergi dengan kecepatan penuh. Kaerunisa, gadis yang mengenakan seragam karyawan Kafe Morbeus itu hanya meringkuk gemetar di lantai minimarket. Dia tutupkan kedua tangan ke telinga untuk menghalau kerasnya suara tembakan. Ben yang bersembunyi di dekat pintu toilet, berusaha mendekati gadis itu dan menariknya pergi dari sana. “Hei, lihat aku!” bentak Ben pada Kae yang masih memejamkan mata dengan tubuh gemetar hebat. Gadis itu membuka mata perlahan dan mulai menangis. “Kau ingat aku, kan?

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    20. Pemuda Berjaket Merah

    Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan muncul dari salah satu tangga belakang sebuah minimarket yang berdekatan dengan Kafe Morbeus. Pemuda berambut merah itu mengenakan jaket olahraga merah dengan aksen garis putih pada karet lengannya dan kaus oblong putih di dalam jaket. Tangan dengan jemari panjang dan lentiknya menarik tangan Kae yang menggenggam botol kaca tajam. Kae menoleh pada pemuda yang tak dikenalnya itu. Tinggi badan mereka hampir sama. Pemuda itu hanya beberapa senti lebih tinggi dari Kae. Dia merebut botol kaca dari tangan Kae dan berjalan cepat menghampiri si pria berewok yang menendangi seorang perempuan di tengah gang gelap. Prang! Pemuda itu memukulkan botol kaca ke tengkuk leher sang pria berewok hingga sedikit terhuyung. “Brengsek!” umpat si berewok yang berbadan tinggi besar. Matanya melotot dengan pembuluh darah merah. Dia usap tengkuk lehernya yang berdarah. Pemuda berjaket merah itu berusaha mengangkat tubuh si perempuan yan

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    19. Kafe Morbeus

    Gadis itu meletakkan remote tv kembali ke tempatnya dan berujar lirih, “Siapa pun Anda, semoga Anda tenang dan bahagia di luar sana,” lalu, dia keluar dari apartemen tua milik Kunto itu. Di depan lift, dia melihat seorang pria duduk di kursi roda seorang diri. Tangan kiri pria itu menggapai-gapai tombol lift. Gadis itu sudah akan membantu, tapi pria berkacamata gelap itu sepertinya tak memerlukan bantuan. Dengan cekatan, dia meraba tombol dan menekan angka yang menuju lantai dasar. Gadis itu berdiri di sana. Dia melihat pria cacat itu memutar kursi roda dan berjalan mundur untuk memasuki lift saat pintu terbuka. “Kau tak akan masuk?” Suara pria itu Gadis itu gelagapan. “Ah, iya, maaf.” Mereka berada di dalam lift dengan sikap canggung. Gadis itu berdiri di samping kursi roda Baviaan sambil melirik ke arah pangkuan pria itu. “Apa Anda bermain biola?” Baviaan duduk tenang di kursi rodanya dengan wajah menatap lurus ke arah pintu lift yang bercer

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    18

    Berita ledakan di sebuah pulau terpencil itu dengan segera menemukan muaranya. Setiap reporter dan wartawan berlomba-lomba mencari kebenaran akan kabar burung yang tiba-tiba berembus dari sebuah portal berita online yang belum diketahui kevalidan sumbernya. Portal berita itu dengan gamblang menyebutkan bahwa CEO perusahaan pupuk terbesar di negeri ini dikabarkan meninggal dalam peristiwa ledakan di sebuah pulau terpencil tadi malam. Jun tiba di kantornya menggunakan porsche kesayangan. Di lobi kantor sudah berkerumun para wartawan dan repoter yang ingin memastikan kabar tersebut. Sebelum turun dari mobil, Jun menyambar kacamata hitam dan memasang wajah paling sedih yang bisa dia lakukan. Cahaya blitz kamera berulang-ulang menerpa wajah dan tubuhnya dari berbagai arah. Bermoncong-moncong mikrofon disodorkan dan menghalangi pergerakannya. Sejumlah petugas keamanan perusahaan berusaha menghalau kerumunan wartawan itu, tapi mereka terus saja berteriak-teriak mel

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    17

    Mereka bertiga terlantar di pelabuhan kota S. Kerlap-kerlip lampu dari perahu-perahu nelayan di kejauhan menambah muram suasana. Mereka bersembunyi tak jauh dari tempat bongkar muat kapal. Di sana, banyak kayu-kayu palet yang bisa mereka jadikan perlindungan. Baviaan duduk di kursi rodanya sambil merasakan kesiur angin laut yang semakin meremangkan kulit. Kunto terus saja mondar-mandir dan hampir setiap menit mendatangi Baviaan untuk menanyakan, “Apakah kau membutuhkan sesuatu? Apa kau baik-baik saja? Adakah yang terluka?” “Hei, Pak Tua! Tidakkah sikapmu itu terlalu berlebihan? Dia bukan bayi yang harus selalu kau khawatirkan!” pekik Ben yang tengah berbaring telentang di salah satu dek perahu nelayan yang tertambat. Kunto sudah akan melontarkan kemarahan tapi Baviaan memberikan tanda dengan satu lambaian tangan, “Cukup! Kinca benar, aku bukan bayi yang harus selalu kau khawatirkan, Paman.” Kunto menganga dan hampir menumpahkan air mata. “Astaga! Kau

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    16

    Ben sudah bersiap melambaikan tangan untuk meminta tumpangan saat mobil itu mendekat. Akan tetapi, begitu dia menyadari para penumpang mobil tersebut adalah gangster anak buah Apoy, Ben seketika mundur dan kembali bersembunyi di balik batang pohon trembesi tua di sisi jalan dengan tubuh yang bergetar hebat. “A-apa yang mereka lakukan di sini? Ba-bagaimana bisa?” resah Ben sambil terus-menerus memukul-mukulkan kepalan tangan kanan ke telapak kirinya. Berulang kali dia mendesah, berputar-putar, hingga akhirnya memutuskan untuk berlari meninggalkan tempat persembunyiannya sekarang. “Aku harus bisa mencapai dermaga dan pergi dari sini, entah dengan getek atau perahu nelayan! Jika mereka bisa masuk ke sini, artinya mudah juga bagiku untuk keluar meninggalkan tempat ini.” Ben mulai berlari hingga beberapa meter menuruni bukit tapi tiba-tiba dia berhenti dan berbalik arah. “Ah, sial! Kenapa aku tidak bisa membiarkan mereka begitu saja?” Ben sungguh-

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    15

    Bunga berjalan menuju rumah kontrakannya yang sederhana. Dia melepas jaket kulit hitam yang dikenakan setelah melemparkan helm sekenanya ke sofa usang. Dengan masih mengenakan pakaian lengkap, jin hitam dan kaus katun tanpa kerah, dia masuk ke kamar mandi membuka katup keran. Air panas dan air dingin dinyalakannya bersamaan hingga menimbulkan uap di seluruh partisi kaca. Bunga duduk di bak mandi, di bawah pancuran air, dan membiarkan sekujur tubuhnya basah. Kepalanya menengadah, merasakan guyuran air hangat dengan mulut sedikit terbuka. Perempuan itu menggeram dan memukulkan tinju kirinya ke partisi kaca terdekat. “Brengsek! Tunjukkan di mana dirimu berada, Baviaan Marais!” Pertaruhan Bunga hari ini cukup beresiko. “Jika memang Baviaan berada di dalam mansion terpencil itu, maka dia pasti tahu apa yang tertulis di dalam suratku. Jika tidak, maka siapa pun yang berada di sana pasti dengan segera akan menyebarkan keributan bahwa ada seorang wanita gila yang mencoba mel

  • PEWARIS DALAM BAYANGAN    14

    Ben duduk di sebuah kursi kayu berpolitur di ruang makan. Tubuhnya tertutup selimut katun dengan punggung yang melengkung. Di kedua tangannya yang gemetar, tergenggam erat secangkir cokelat hangat. Kedua lutut pemuda itu terus saja bergemeletuk, tak bisa berhenti dari bergerak-gerak. “Jadi, kau?” “Aku buta? Iya! Apalagi yang ingin kau tahu, Begundal?” Baviaan masih duduk di kursi roda elektriknya dengan kedua tangan tersilang di dada menghadapi Ben yang masih kebingungan dengan wajah pucat. Tak jauh dari mereka, Kunto duduk di sebuah sofa berlengan sambil bertopang kaki. Kedua tangannya tertaut ke lutut. Wajah kantuk kepala rumah tangga dengan rambut perak sedikit awut-awutan itu masih menampakkan keterkejutan. Pria yang biasa tampil sempurna itu, kini sampai melupakan untuk bersalin pakaian. Kaca mata Kunto tertambat di pangkal hidung dengan asal. Sesekali dia mendenguskan napas tertahan sambil memperhatikan kedua pria yang sedang bersitegang tersebut.

DMCA.com Protection Status