Beranda / Lain / PESUGIHAN GUNUNG SEMERU / Dua lelaki berbaju Prajurit

Share

Dua lelaki berbaju Prajurit

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zaki terpelanting. Tiba-tiba saja lelaki bertubuh tegap itu menghujani Zaki dengan tinjuan.

"Zaki!" Hanum yang melihat segera berhambur menolong kekasihnya. Bagitu juga dengan Rani dan Siska yang terkejut.

"Apa maksud kamu, Angga?" Zaki meradang, menyeka sudut bibirnya yang terasa perih.

"Siapa yang menyuruh kamu mengambil ikan di Ranu Kumbolo?" Angga meradang menatap tajam pada Zaki.

"Ikan!" Zaki mengeryitkan dahi menatap keheranan pada Angga.

Angga mendengus berat, "Tolong! Tolong, berapa kali aku mengingatkan pada kalian untuk mematuhi peraturan yang ada di tempat ini. Ini bukan tempat kita, bersikaplah sopan dan jangan pernah mengusik apapun milik mereka," cetus Angga menaikkan ada suaranya dengan penuh penekanan. Netranya memicing pada Zaki.

Mendengar keramaian yang sedang terjadi Dimas dan Yuda pun keluar dari dalam tenda.

"Tapi aku

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sunglon
cerita nya jadi gak seru. tokoh utama yang menjadi ikon cerita ini sudah gak ada.. malah ngelantur ke mana2.. kalo emang udah tamat si pemuja iblis itu ya udah jangan di perpanjang melebar ke mana2............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kesurupan Arwah

    "Memangnya apa yang kamu lihat, Yuda?" Angga menatap penasaran kepada Yuda yang berdiri di belakang punggung Dimas.Wajah pemuda dengan gaya rambut belah pinggir itu tercekat untuk sesaat. "Aku melihat po-pohon!" ucapnya dengan nada terbata.Angga menghela nafas panjang, bagitu juga dengan Siska dan Rani."Sudah-sudah! Ayo kita lanjutkan perjalanan lagi!" seru Angga.Tubuh Dimas semakin bergetar, dengan berat, lelaki itu melangkahkan kakinya mengikuti rombongan pendaki. Kedua lelaki yang mengenakan baju kerajaan itu terus mengawasinya saat Dimas melintasinya. Sorot matanya tajam melihat pada Dimas dan Yuda."Sudah, ayo jalan!" seru Yuda yang berada di belakang Dimas, sedikit memberikan dorongan kecil pada Dimas untuk mempercepat langkah kakinya._____Kampung Ranu Pani tidak seramai dulu. Semenjak pembunuhan masal Lastri yang dilakukan oleh pada warga. Hanya ada beberapa kepala keluarga yang masih tetap tinggal di kampung itu. Rumah-rum

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kampung Mati

    Dimas sudah terbaring di atas ranjang. Mungkin saja lelaki berkacamata itu sedang tertidur saat ini atau bahkan tidak sadarkan diri. Sementara Rani hanya mematung di ambang pintu dengan wajah ketakutan."Biarkan dia beristirahat. Sepertinya ada hantu dari hutan yang iseng mengikuti teman kalian ini." Pak Parlin menyapu pandangannya pada Angga dan Zaki yang masih mematung di samping ranjang tempat Dimas di baringkan. Pak Parlin kemudian beringsut berjalan menuju ke arah pintu.Dengan cepat Rani menggeser tubuhnya menjauh dari ambang pintu. Sesaat lelaki berkumis tebal itu meleparkan senyuman kepada Rani saat melewati depan gadis itu."Huf!" Rani menghela nafas panjang setelah kepergian Pak Parlin."Kenapa Ran?" tanya Hanum yang sedari tadi berdiri di dalam pintu melihat pada Rani."Enggak apa-apa, kok!" balas Rani dengan wajah lega, kemudian menoleh kepada Dimas dengan wajah iba.

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Tersesat

    Senja nampak menguning di langit barat. Birunya langit perlahan menghilang di tepi langit. Rani, Hanum dan Angga sudah kembali ke tempat penginapan. Warung Pak Parlin pun juga sudah dibuka. Tapi Siska, Zaki dan Yuda belum juga kembali.Hanum bergegas menuju pintu kamar. Setelah beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor ponsel Zaki yang tidak aktif."Mau kemana, Hanum?" tanya Rani yang baru menyelesaikan sholat magrib."Nomor Zaki tidak bisa dihubungi!" Wajah Hanum terlihat khawatir.Rani melepaskan mukenah yang ia kenakan. "Benarkah?" tanya Rani."Iya!" seru Hanum, dengan cepat keluar dari dalam kamar.Rani masih tidak bergeming melihat pada kepergian Hanum. Gadis dengan kerudung berwarna biru itu duduk di bibir ranjang dengan wajah berpikir. Ia masih teringat dengan kejadian yang dialaminya saat melakukan observasi di kampung Ranupani.&n

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kampung Misterius

    Hanum bergegas masuk ke dalam kamar. Menyembunyikan dirinya di balik selimut. Dari balik selimut tubuh Hanum nampak menggigil ketakutan."Hanum, apa yang kamu lihat!" tanya Rani mengekori, penasaran. Gadis itu duduk tepat di bibir ranjang Hanum."Su-sudah, Ran, lupakan saja!" seloroh Hanum tanpa membuka sedikitpun selimut yang menutupi tubuhnya."Tapi aku ingin tahu, apa yang kamu lihat, Hanum!" desak Rani."Besok saja, Ran! Aku takut," sahut Hanum.Rani terdiam dengan wajah berpikir. Sesaat kemudian gadis itu beringsut bangkit dari bibir ranjang Hanum dan kembali ke ranjangnya yang terletak bersebelahan dengan ranjang Hanum._____Rani tidak lagi menanyakan tentang kejadian semalam kepada Hanum. Gadis itu lebih pura-pura diam dan membiarkan Hanum sendiri untuk menceritakannya."Ran, kami tahu nggak semalaman itu ada apa?" Wajah Ha

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Cerita Pengabdi Iblis

    "Maksud bapak, apa?" decak Hanum penasaran."Bukan kampung mati sih, hanya tidak terlalu banyak penduduk yang tinggal di tempat itu. Tapi masih ada kok beberapa penduduk yang tinggal di sana," seloroh pemilik toko seketika membuat wajah Hanum dan Rani terlihat lega."Iya Pak, memang di kampung itu sangat sepi sekali. Bahkan jarang sekali ada kendaraan yang melintas di sana. Mungkin tempatnya yang terlalu pelosok juga," ucap Hanum seraya memilah eletronik yang akan ia beli."Dulu kampung Ranu Pani itu adalah desa yang sangat padat penduduk. Tapi itu dulu, sebelum kejadian pembunuhan itu terjadi.""Pembunuhan?" sergah Rani dengan wajah tercekat. Hanum yang sedang memilih barang elektronik pun seketika menoleh pada pemilik toko.Pemilik toko itu mengalihkan tatapannya kepada Rani. "Iya, dulu ada seorang pemuja iblis yang tinggal di kampung itu dan konon katanya wanita itu samp

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Desahan Di kamar Siska

    Perlahan Rani turun dari atas ranjang, saat suara ketukan yang terdengar memburu itu berhenti. Jantung Rani seperti hampir terlepas dari tempatnya. Dengan berat, Rani melangkahkan kakinya menuju pintu dan perlahan menarik gagang pintu kamar."Hanum!"Rani terkejut melihat Hanum sudah berdiri di luar pintu kamar. Membawa sebuah mangkuk di tangannya dengan kepulan asap putih di udara."Mau kemana, Ran?" Hanum buru-buru menyerobot masuk, tangannya merasa sangat kepanasan."Aku- tidak! Aku hanya ingin melihat kamu saja, kenapa lama sekali!" jawab Rani seperti orang yang sedang kebingungan kemudian mengakhiri kalimatnya dengan wajah meringis. Rani memutar tubuhnya mengikuti langkah Hanum menuju nakas."Kamu tahu, selain Pak Parlin itu baik, dia juga dermawan loh. Lihatlah, dia memberikan aku gratis nasi dan semangkuk mie rebus," ucap Hanum berbinar. Ia mengaduk-aduk makanan yang

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Belatung Di Dalam Mangkok

    Rani dan Dimas melangkahkan kakinya semakin mendekat ke arah pintu kamar Siska yang tertutup. Suara desahan itu semakin keras terdengar.Tangan Rani menyentuh gagang pintu kamar. Sorot matanya menatap kepada Dimas seperti meminta dukungan. Perlahan Rani hendak memutar gagang pintu kamar itu dan ...."Kalian!" cetus suara seseorang.Dimas dan Rani tergeragap saat melihat Pak Parlin tiba-tiba muncul di belakang punggung mereka."Bapak!" cetus Rani dengan jantung berdegup sangat kencang.Dug! Dug!"Apa yang sedang kalian lakukan?" seloroh Pak Parlin menjatuhkan tatapan penasaran pada Rani dan Dimas secara bergantian. Seketika itu juga suara desahan yang berasal dari kamar Siska pun menghilang."Kami, kami hanya ingin meminjam buku catatan milik Siska," dusta Dimas, keringat dingin bercucuran membasahi tubuh Dimas yang menggigil karena

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Hanum Sekarat

    "Kamu merasa aneh nggak dengan sikap Mas Angga?" tanya Rani dengan nada berbisik kepada Dinas saat mereka berjalan menuju ke rumah Pak Parlin.Dimas sekilas melirik pada lelaki bertubuh tinggi besar yang berjalan mendahului mereka. "Iya sih, tidak seperti biasanya Angga bersiap manis sama Siska. Apalagi saat tahu jika Siska bukalah wanita baik-baik."Sttt!Rani meletakkan jari telunjuknya ke dekat bibir. Netranya membulat pada Dimas, takut jika Angga mendengar pembicaraan mereka. Sesaat Rani dan Dimas mendengus lega, melihat Angga sepertinya tidak mendengar percakapannya mereka."Ran, apa jangan-jangan lelaki yang berada di kamar Siska semalam itu adalah Angga ya, Ran?" Wajah Dimas menatap curiga kepada Rani.Rani tidak bergeming, membalas tatapan Dimas dengan wajah berpikir. "Apa mungkin ya, Dimas," seloroh Rani setelah beberapa saat terdiam."Bisa jadi, Ran

Bab terbaru

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 143

    Langkah Zaki seketika terhenti, saat lirih suara Indah memanggil namanya. Begitu juga dengan Angga dan Dimas yang nampak terkejut melihat tatapan Indah hampir sama dengan Sekar."Dek, kamu manggil, Mas Zaki?" Prapto yang hendak beranjak kembali terduduk menatap serius pada Indah."Zaki!" lirih Indah lagi.Perlahan Zaki menyeret langkah kakinya berat menghampiri Indah. Tatapannya menerawang pada wanita yang duduk di hadapannya."Hati-hati di jalan! Jaga teman-teman!" lirih Indah dengan suara berat, seperti sedang menahan tangis.Tubuh Zaki gemetaran, ia merasa jika seseorang yang berada dalam diri wanita gila itu bukanlah Indah lagi."Siapa kamu?" lirih Zaki.Indah yang sempat menjatuhkan tatapan pada Zaki, kini kembali terdiam dengan tatapan kosong. Sorot mata itu seketika berubah."Jawab siapa kamu?" Zaki menai

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 142

    Zaki menerobos tubuh Angga dan Dimas. Mendekat pada wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum, netranya yang jeli begitu juga dengan suaranya."Hanum! Apakah itu kamu?" lirih Zaki menyentuh pada kedua bahu wanita yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh atletis itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan kerinduan dan kesedihannya pada kekasihnya yang sudah meninggal."Dek, siapa?"Deg!Wajah Zaki seketika berubah pias saat mendengar suara lelaki dari dalam rumah. Sepertinya panggilan itu di tunjukkan pada wanita di hadapan Zaki. Dimas menyambar tangan Zaki dan menarik tubuh lelaki itu sedikit menjauh dari wanita yang berada di dalam pintu. Wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum itu nampak tercengang."Maaf, mbak!" ucap Dimas menyungingkan senyuman."Siapa, dek?" Lelaki berkulit sawo matang itu muncul dari dalam rumah. "Oh, kalian!" Semburat

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 141

    Zaki tergeragap, menoleh pada pria berseragam petugas kebersihan yang berdiri di belakang punggungnya menenteng ember dan alat pel di tangannya."Itu Mas, ehm ... Tadi saya mendengar ada orang menangis di dalam kamar ini!" ucap Zaki gugup."Menangis?" Lelaki yang mengenakan seragam kebersihan itu mengeryitkan dahi, menjatuhkan tatapan heran pada Zaki."Mas, yakin ngak salah dengar kan?" cetus petugas kebersihan nampak ragu dengan ucapan Zaki."Iya, Mas, benar, saya mendengar orang menangis dari dalam, makanya saya ingin melihatnya," ucap Zaki penuh keyakinan.Wajah petugas kebersihan itu seketika berubah menjadi takut. "Mas, jangan nakut-nakutin saya deh!" protesnya."Tidak, Mas, saya tidak tahu nakutin Mas," seloroh Zaki. "Tadi saya benar-benar mendengar orang sedang menangis dari dalam situ," imbuhnya."Tapi Mas, di dalam kamar itu suda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 140

    Dimas dan Zaki mendengarkan cerita Angga dengan seksama. Mereka nampak tenggelam dengan cerita yang Angga sampaikan."Lalu siapa wanita buruk rupa itu?" celetuk Dimas dengan wajah penasaran."Dia adalah ibu Yuda,"jawab Angga melirik pada Zaki."Apa?" Lagi-lagi Dimas dan Zaki terhenyak serentak. Mereka menggeleng bersama."Iya, wanita yang aku lihat saat aku berusia tujuh tahun itu adalah ibu Yuda," tegas Angga dengan sorot mata menerawang jauh."Jadi ibu kamu adalah istri nomor ...?" Dimas kelepasan, satu tangannya segera membungkam mulutnya menghentikan ucapannya. Wajahnya meringis saat Angga menoleh padanya."Ternyata ibuku adalah istri kedua ayahku. Jadi aku dan Yuda miliki ayah yang sama dengan ibu yang berbeda. Semenjak itu aku tinggal bersama Yuda, tapi entah mengapa Ayah lebih perhatian padaku, semua ayah lakukan untuk aku. Seolah Yuda dan ibunya tidak

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 139

    Wajah Yuda yang meradang tidak tinggal diam. Hati yang sakit dengan dendam yang menguasai membuat pemuda itu menjadi lepas kendali. Yuda melompati meja, menjatuhkan tinjauan tepat pada hidung Angga.Bruk!Tubuh Angga hampir terjatuh, beruntungnya ada Zaki yang menopang tubuh pemuda tampan itu. Meskipun hidungnya tetap saja terasa sakit sekali."Hay ... Apa yang kamu lakukan!" sentak seorang lelaki.Petugas penjaga segera menghampiri Yuda. Ia menarik tubuh lelaki itu menjauh dari Angga.Satu tangan Angga memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah segar. Wajahnya meringis menahan sakit. Sementara Yuda, netranya memicing pada Angga dengan dada bergerak naik turun."Angga, kamu nggak apa-apa, kan?" sergah Zaki panik.Beberapa saat Angga tidak menjawab. Hidungnya terasa sangat pedih sekali. "Aku baik-baik saja!" lirih Angga menatap pada telap

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 138

    "Zak, ada apa?" seloroh Dimas membuat Zaki tergeragap."Tidak!" balas Zaki mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Suara yang tidak asing itu masih terus mendengung dalam indera pendengarannya."Kamu mencari apa, Zaki?" ucap Dimas menatap aneh pada sikap Zaki yang ada di belakang punggungnya.Zaki nampak gelisah. "Tidak, aku tidak sedang mencari apapun. Mungkin aku tadi hanya salah dengar saja!" imbuh Zaki menarik sebelah sudut bibirnya. "Ayo masuk!" ajak Zaki melingkarkan tangannya pada bahu Dimas masuk ke dalam ruangan Angga.____Jangan pernah menanyakan sinar matahari di lereng Semeru. Sekalipun ia menampakkan cahayanya, ia tidak akan pernah membuatmu terasa panas. Justru yang ada ia akan memberi kehangatan dalam dinginnya udara yang membekukan. Semejak semalam, gerimis masih turun seperti biasa, soalnya hujan tidak memiliki jeda di daerah pegunungan itu. Beberapa kali Dimas berjalan monda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 137

    Zaki beranjak bangun karena terkejut, sesaat lelaki yang mengenakan topeng itupun juga menatap ke arahnya. Dengan gerakan cepat lelaki yang mengenakan topeng itu berhambur lari menuju ke arah pintu."Angga!" teriak Dimas terkejut melihat Angga tengah sekarat bersimbah dengan darah.Zaki bingung, hendak menyelamatkan Angga atau menangkap lelaki bertopeng itu. Zaki memutuskan untuk mengejar lelaki yang mengenakan topeng itu hingga menuju pintu keluar rumah Pak Samsul.Lengan kekar Zaki menyambar jaket kupluk yang lelaki itu kenakan. Tubuh lelaki terpelanting dan terjatuh."Ough!" Suara lelaki yang mengenakan topeng itu mengaduh kesakitan, karena benturan yang cukup keras.Zaki segera mengambil kesempatan untuk menangkap tubuh lelaki itu. Sayangnya lelaki itu menendang tubuh Zaki hingga terjatuh. Saat Zaki hendak melakukan penyerang padanya. Tubuh Zaki tersungkur dengan wajah mering

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 136

    "Hey, tunggu!" teriak Angga dari ambang jendela.Menyadari jika Angga dan Zaki melihat kehadirannya. Lelaki yang bersembunyi di balik pohon pisang itu segera berlari masuk ke dalam kebun pisang."Tunggu!" teriak Zaki terus mempercepat langkah kakinya mengejar lelaki yang mengenakan jaket hitam dan berlari sangat cepat sekali.Mantan jawara beladiri itu tidak kesulitan untuk menangkap lelaki yang mengintai rumah Pak Samsul. Satu tangannya menyambar jaket yang lelaki itu kenakan hingga terjatuh. Secepatnya Zaki, mengunci tubuh lelaki itu, dengan kaki yang menindih pada bagian perut dan tangan yang mencengkeram kuat pada kedua pergelangan tangan lelaki tersebut."Ampun Mas, ampun!" lirih lelaki itu dengan wajah ketakutan."Apa?" Seketika Zaki terkesiap. Melihat sosok lelaki yang berada di bawah tubuhnya bukanlah Yuda. Sahabat yang ia kira sedang mengintai rumah Pak Samsul.&n

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 135

    Lelaki yang mengenakan topeng itu terus menyerang Dimas. Dimas tidak bisa berkutik, karena lelaki itu menindih tubuh Dimas dari belakang punggungnya."Le-lepaskan!" lirih Dimas, satu tangannya hendak meraih penutup topeng yang lelaki itu kenakan.Plak!Lelaki yang menindih tubuh Dimas itu memberikan tamparan tepat pada pipi Dimas. Seketika wajah Dimas pun berpaling hingga kacamata yang ia kenakan pun terlepas. Saat itu juga meramunlah penglihatan Dimas. Ia tidak bisa lagi melihat siapa yang sudah menyerangnya, apalagi gelap malam semakin membuatnya hampir seperti orang buta.Dimas semakin panik, ia tahu lelaki itu bisa leluasa menyakitinya karena kini dirinya hampir tidak dapat melihat sama sekali."Tolong!" teriak Dimas memberontak. Sayangnya tenaga lelaki itu jauh lebih kuat. Beberapa kali lelaki itu menjatuhkan tinjuan pada Dimas."Hentikan!"&n

DMCA.com Protection Status