kbar menatap kertas berwarna putih yang ada di tangannya, lalu balik menatap wajah istrinya. Wanita yang sudah lima tahun ia nikahi tiba-tiba menggugat cerai hanya gara-gara masalah sepele. Akbar tidak menyangka jika Aretha akan pulang dan datang ke acara resepsi pernikahannya.
"Aretha kamu jangan bercanda, ini enggak lucu." Akbar menggeleng, berharap Aretha mau mencabut gugatan cerainya. Akbar tidak akan sanggup jika harus berpisah dengan istrinya."Siapa yang bercanda, ini kenyataan, mas. Aku tidak sedang mengajakmu untuk bercanda," ucap Aretha. Sejujurnya sangat menyakitkan melihat suaminya bersanding dengan wanita lain. Namun hati Aretha seketika mati ketika mengetahui kelakuan asli suami dan ibu mertuanya.Aretha pikir Akbar adalah laki-laki baik, tapi kenyataan tak beda dengan lelaki di luar sana. Demi membantu perekonomian keluarga, Aretha rela berjuang dan membanting tulang di negeri orang. Namun ternyata, apa yang ia lakukan dimanfaatkan oleh suami dan ibu mertuanya. Istri mana yang tidak sakit hati, setelah tahu perjuangannya selama ini sia-sia."Sayang, aku bisa menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kita bisa bicara baik-baik." Akbar berusaha untuk meyakinkan istrinya jika apa yang terjadi dan apa yang dilihat oleh istrinya, masih bisa untuk dijelaskan. Akbar benar-benar takut jika harus kehilangan Aretha, orang yang menghasilkan uang selama ini."Sudahlah, mas. Semuanya sudah jelas kok, sangat jelas malahan. Tidak ada yang perlu kamu tutup-tutupi lagi, karena semuanya sudah terbongkar," ujar Aretha. Wanita itu memandang rendah lelaki di hadapannya.Suasana semakin tidak karuan, sekarang mulai terdengar bisikan demi bisikan dari tamu undangan yang datang. Banyak yang merasa kasihan dengan nasib Aretha, tetapi ada juga yang lebih setuju atas sikap Akbar dan ibunya. Namun Aretha sama sekali tidak peduli dengan bisikan itu, kedatangannya hanya berniat untuk memberikan kejutan pada suaminya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengabulkan permintaan kamu untuk bercerai, tidak akan pernah Aretha. Selamanya kamu akan tetap menjadi milikku," ungkap Akbar. Jika perpisahan itu sampai terjadi, itu artinya Akbar harus kehilangan orang yang bisa diandalkan untuk mendapatkan uang. Dan ia tidak akan membiarkan itu terjadi.Selain Akbar juga sangat mencintai Aretha, ia juga tidak ingin kehilangan sumber uang. Aretha adalah sumber uang untuk Akbar serta ibunya, bahkan untuk istri keduanya juga. Itu sebabnya Akbar harus bisa mempertahankan Aretha.***Hingga hampir menjelang siang suasana masih sama, justru semakin panas. Lidya mulai terlihat kesal, wanita itu juga tidak ingin kehilangan menantunya begitu saja. Karena berkat kerja keras Aretha, rumah impiannya kini sudah berhasil ia miliki. Bukan itu saja, Lidya juga bisa merasakan hidup enak, punya banyak perhiasan dan masih banyak lagi.Namun meski begitu, Lidya ingin Akbar menikah dengan wanita pilihannya, karena sejak pertama ia tidak pernah merestui pernikahan Aretha dengan putranya. Lidya hanya butuh uang Aretha saja, itu sebabnya setelah ada kesempatan. Ia tidak akan menyia-nyiakannya, yaitu menikahkan Akbar dengan Wanda."Terima saja nasibmu yang dimadu oleh Akbar, masih untung putraku tidak menceraikan kamu. Dan perlu kamu ketahui, Akbar menikah lagi karena tahu kamu selingkuh di tempat kerjamu itu. Itu sebabnya Akbar memutuskan untuk menikah lagi." Setelah cukup lama, akhirnya Lidya buka suara. Seketika semuanya terkejut mendengar apa yang Lidya ucapkan.Aretha tersenyum miris. "Aku selingkuh, mana buktinya kalau aku selingkuh. Seharusnya, ibu sadar, tanpa kerja kerasku ibu tidak akan bisa merasakan kemewahan ini. Anak ibu pengangguran, dan aku masih mau menerimanya, bahkan aku rela kerja di negeri orang demi bisa membantu perekonomian keluarga. Tapi ini balasan yang aku dapat.""Aretha." Akbar menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya itu. Merasa tidak suka dengan apa yang diucapkannya."Kenapa, mas? Memang seperti itu kenyataannya kan. Sejak kamu menjadi pengangguran karena di PHK, aku yang bekerja keras untuk keluarga kita. Dan puncaknya aku memutuskan untuk pergi ke luar negeri, berharap bisa merubah nasib menjadi lebih baik lagi," ungkap Aretha. Hatinya terasa semakin panas dan juga sakit ketika mengingat perjuangannya yang tak dihargai itu."Akbar tidak pernah memaksamu untuk pergi ke luar negeri, kamu aja yang ngotot. Karena memang kamu berencana untuk selingkuh, mencari laki-laki yang lebih kaya dari Akbar." Lidya kembali bersuara. Dan kali ini membuat dada Aretha tambah bergemuruh, karena apa yang ibu mertuanya katakan sama saja dengan fitnah."Ibu jangan fitnah ya, di sini yang selingkuh aku atau mas Akbar. Mana bukti kalau aku selingkuh," tantang Aretha. Ibu mertuanya memang harus dikasih pelajaran."Ada kok, kamu di luar negeri selain jadi baby sitter. Kamu juga merangkap sebagai simpanan laki-laki, itu sebabnya gajimu banyak. Sekarang kamu pulang karena sudah terkena penyakit kel*min, dan itu yang menyebabkan kamu tidak bisa hamil," tuduhnya. Aretha menggeleng mendengar tuduhan dari ibu mertuanya, sedetik kemudian para tamu undangan heboh. Mungkin mereka percaya dengan apa yang Lidya katakan."Putar sekarang," titah Aretha. Ia sudah tidak tahan mendengar fitnah yang ibu mertuanya katakan itu.Selang beberapa menit, layar besar yang tadinya menayangkan sebuah foto praweding antara Akbar dengan Wanda. Kini sudah berubah, dan layar itu kini menjadi pusat perhatian semua orang. Sebuah video kini sedang berlangsung, video antara Akbar dan Wanda yang tengah memadu kasih layaknya sepasang suami-istri.Bukan itu saja, di layar juga terdapat video percakapan antara Akbar, Wanda dan Lidya yang berencana untuk menjadikan Aretha sebagai mesin ATM. Mata Akbar melotot melihat video itu, mereka benar-benar terkejut. Sedangkan para tamu yang awalnya percaya dengan ucapan Lidya, kini mereka justru saling berbisik."Kini sudah terbukti, siapa yang selingkuh dan siapa yang bersalah," ucap Aretha. Seketika Lidya menatap menantunya dengan tatapan yang sangat tajam.uasana benar-benar semakin kacau, banyak tamu undangan yang mengatai Akbar, Wanda dan juga Lidya. Rasanya Aretha puas melihat wajah tegang dan juga ketakutan mereka. Tapi ini belum seberapa, Aretha masih punya banyak kejutan untuk para benalu seperti mereka."Aretha kamu apa-apaan sih, matiin nggak video itu." Akbar mendekat, tatapannya tajam. Dari raut wajahnya, Aretha dapat melihat jika Akbar tengah menahan emosi. Jujur, baru sekarang Aretha melihat lelaki yang telah menjadi suaminya selama lima tahun ini marah."Kamu kenapa, mas? Marah atau malu." Aretha menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan remeh.Tanpa menjawab ucapan istrinya, Akbar melangkah menuju ke belakang, untuk mematikan video yang sedang berputar itu. Aretha hanya diam, pandangan matanya beralih pada wanita yang kini telah sah menjadi istri kedua suaminya. "Selamat ya, karena kamu berhasil menikah dengan mas Akbar. Tapi setelah ini, aku minta kamu jangan syok, karena apa yang mas Akbar miliki tidak akan bertahan l
kbar terdiam, lelaki itu memijat pelipisnya cukup lama. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa, otak Akbar rasanya buntu untuk berpikir. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Akbar menemukan solusinya, meski ia khawatir kalau nantinya akan gagal. Namun ia harus mencobanya terlebih dahulu."Baik, dalam waktu dua hari saya akan melunasinya," ujar Akbar dengan begitu mantap. Mendengar itu seketika Lidya menatap putranya, dari mana Akbar akan mendapatkan uang sebanyak itu."Ya sudah, kalau begitu kami pergi dulu." Setelah berpamitan, dua pria itu segera pergi. Akbar menghela napas, lalu melangkah masuk ke dalam dan tentunya diikuti oleh ibunya."Akbar, kenapa kamu tadi bilang sanggup untuk melunasi hutang. Memangnya kamu punya uang, istrimu kan nggak jadi transfer," ujar Lidya, lalu mengenyahkan bokongnya di sofa."Ibu tenang dulu, soalnya Akbar punya rencana. Akbar akan datang ke rumah Aretha dan meminta sertifikat rumahnya. Sertifikat itu bisa kita gadaikan untuk mendapatkan uang," un
"Aku tidak mau." Akbar menggeleng, ia juga menolak untuk bercerai dengan Aretha."Terserah kamu, mas. Tapi keputusan aku sudah bulat untuk bercerai, tidak ada yang perlu dipertahankan lagi," ujar Aretha. Baginya apa yang suami dan ibu mertuanya lakukan sudah tidak ada maaf lagi."Tapi aku tetep tidak mau cerai, Aretha kita menikah sudah lama. Apa nggak sayang kalau tiba-tiba kita bercerai hanya gara-gara masalah sepele," ujar Akbar. Aretha menyipitkan matanya, suaminya bilang masalah sepele. Tidak ada masalah sepele jika sudah menyangkut tentang perselingkuhan dan penghianatan."Kamu bilang masalah sepele, mas. Mungkin kalau hanya masalah ibumu yang memakai uangku untuk membangun rumah, masih bisa dipertimbangkan. Tapi yang kamu lakukan sudah sangat keterlaluan, mas. Kamu sudah berbohong, dan yang membuatku memilih untuk berpisah, karena kamu sudah menghianati pernikahan kita," ungkap Aretha. Seketika Akbar bungkam, ia menikah dengan Wanda karena permintaan ibunya. Sejujurnya Akbar ma
Wanda memegangi pipinya yang terasa panas, akibat tamparan dari Aretha. Ia tidak menyangka jika wanita di hadapannya akan seberani itu, Wanda pikir Aretha akan diam, tapi kenyataannya tidak. Wanda masih memegangi pipinya, rasa panas yang langsung menjalar, membuatnya merasa kesakitan."Sekali lagi kamu memfitnahku seperti itu, kamu akan tahu sendiri akibatnya. Bahkan aku tidak segan-segan untuk melemparmu ke penjara," ucap Aretha, yang mungkin lebih tepatnya sebagai ancaman. Seketika mata Wanda melotot, ia tidak ingin masuk penjara hanya gara-gara masalah sepele."Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, rumahku bisa kotor kalau sampai diinjak oleh wanita sepertimu." Aretha mengusir Wanda, bahkan melarang wanita itu untuk masuk dan menginjakkan kaki di rumahnya."Kamu lihat saja nanti, kamu akan menyesal." Setelah mengatakan itu Wanda meninggalkan rumah Aretha. Wanita itu melangkah seraya terus memegangi pipinya yang masih terasa sakit.Aretha menghela napas, rupanya ia tidak bisa di
"Aretha, kamu jangan keterlaluan seperti itu. Rumah ini sudah aku bangun susah-susah dan kamu akan menghancurkannya begitu saja, aku tidak terima," ucap Akbar dengan nada sedikit emosi. Istrinya yang dulunya lugu dan pendiam, kini berubah total semenjak bekerja di luar negeri."Di sini yang keterlaluan itu siapa, mas. Aku apa kalian, aku bekerja keras di negeri orang, tapi kalian enak-enakan di rumah. Kalian memanfaatkan uang yang setiap bulan aku kirim," sahut Aretha. Dadanya terasa sakit ketika mendengar ucapan suaminya."Seharusnya kamu lebih mementingkan kebutuhan kita, kamu bilang ingin merenovasi rumah kita. Tapi kenyataannya apa, justru kamu menggunakan uang itu untuk membangun rumah ibu, dan kamu melakukannya tanpa meminta ijin dariku." Aretha menatap suaminya dengan tatapan yang tajam."Jadi kamu tidak ikhlas melakukan semuanya, kamu tidak ikhlas membantu ibu untuk membangun rumah. Aku berencana untuk mengajakmu tinggal di sini, itu sebabnya aku lebih memilih untuk membangun
Aretha sangat terkejut mendengar ucapan majikannya, tega-teganya Akbar membakar rumahnya. Apa gara-gara ancaman yang Aretha tujukan, sehingga suaminya tega melakukan hal tersebut. Aretha menggeleng, seperti tidak percaya, namun semua itu kenyataan, jika Akbar sudah melakukan kejahatan.Selang beberapa menit, ponsel Aretha bergetar, wanita itu sedikit tersentak. Aretha melirik benda pipih miliknya, lalu mengambilnya. Saat dicek, tertera nama ibu Nurul pada layar ponsel, dengan segera Aretha membuka pesan yang dikirim oleh tetangganya itu.@Ibu Nurul[Aretha, rumahmu kebakaran. Hampir semuanya dilalap oleh api]Aretha terdiam usai membaca pesan yang tetangganya itu kirim. Bukan hanya pesan, tetapi ada beberapa foto dan juga video. Banyak tetangga yang membantu untuk memadamkannya, bahkan terlihat jika sudah ada petugas pemadam kebakaran yang menanganinya.@Aretha[Astaghfirullah, kenapa bisa sampai kebakaran. Apa, ibu tahu penyebab atau pelakunya]@Ibu Nurul[Ibu belum tahu, tapi polisi
Mobil yang membawa Akbar sudah melaju pergi, begitu juga dengan mobil yang membawa Aretha. Ia memang datang bersama majikannya, namun Reynand memilih untuk menunggu di mobil. Jika ikut keluar khawatir akan menambah masalah untuk Aretha. Setelah mereka pergi, Wanda dan Lidya mondar-mandir tak jelas di ruang tamu. Mereka tidak mau jika harus angkat kaki dari rumah tersebut."Bu, bagaimana ini. Kalau Aretha benar-benar akan mengusir kita. Lalu kita akan tinggal di mana?" tanya Wanda dengan raut wajah khawatir."Ibu juga tidak tahu, ibu bingung." Lidya menggeleng. Apa mungkin ini balasan untuk perbuatannya yang sudah dzolim terhadap menantunya sendiri.Lidya menjatuhkan bobotnya di sofa ruang tamu, wanita itu memijit pelipisnya yang terasa pusing. Kalau Akbar benar-benar ditahan, lalu bagaimana dengan nasib dirinya dan juga Wanda. Bukan itu saja, Lidya juga khawatir jika nantinya Aretha benar-benar datang dan mengusirnya. Ia tidak mau kalau harus meninggalkan rumah mewahnya itu."Bu, apa
"Aretha, kamu sudah gil* ya. Kamu mau membuat ibu mertuamu sendiri jadi gelandangan." Lidya menatap tajam ke arah menantunya itu. Ia sangat berharap agar Aretha mau mengurungkan niatnya itu."Kalau begitu silahkan kalian angkat kaki dari rumah ini," ujar Aretha. Orang seperti ibu mertuanya memang harus diberi pelajaran. Gertakan saja ternyata tidak cukup, tapi harus dengan tindakan."Saya tidak mau pergi dari rumah ini, ini rumah saya. Saya yang sudah membangunnya, jadi kamu jangan seenaknya mengusir saya," ujar Lidya dengan nada suara naik satu oktaf. Mendengar itu Aretha justru mengerutkan keningnya."Aretha, kalau kami pergi dari rumah ini, lalu kami mau tinggal di mana. Kamu jangan sembarangan dong jadi orang, dan asal kamu tahu. Ibu itu masih menjadi ibu mertua kamu." Wanda angkat bicara, sedari tadi wanita itu diam dan akhirnya sekarang bersuara."Ya kamu memang benar, karena aku dan mas Akbar belum resmi bercerai. Tapi tidak lama lagi, pengadilan akan memutuskannya," ujar Areth
Dua bulan sudah setelah kejadian di mana Lidya kecelakaan, wanita itu harus menerima kenyataan jika dirinya lumpuh. Beruntung selama ini kehidupannya ditanggung oleh keponakannya. Karena sudah dua bulan juga Akbar berhenti bekerja, setelah usahanya untuk membujuk Aretha gagal. Lelaki itu sering menyendiri dan mengurung diri di kamar.Awalnya Rani, sebagai keponakan Lidya hendak membawa mereka pulang ke Bandung, kota kelahiran Lidya. Namun wanita itu menolak, ia berniat untuk meminta maaf kepada Aretha. Tetapi sampai detik ini Lidya belum bertemu dengan mantan menantunya itu. Rani sudah berusaha membantu untuk mencari keberadaan Aretha, tapi hasilnya nihil."Bagaimana, Ran? Apa sudah ada kabar tentang Aretha." Lidya melontarkan pertanyaan, mereka baru saja selesai menyantap sarapan pagi bersama."Belum, tante. Rani sudah mencoba untuk mencarinya, tapi sampai sekarang belum ada hasilnya," jawab Rani. Mendengar itu Lidya hanya menghela napas, entah sampai kapan ia harus bersabar."Ya sud
"Mas Akbar seperti orang yang sudah tidak waras, permintaannya benar-benar aneh," gumamnya. Aretha tidak menyangka jika mantan suaminya akan datang dan meminta hal teraneh seperti itu."Maaf, tapi aku tidak bisa. Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, karena usahamu akan sia-sia," ungkap Aretha. Mendengar itu senyum Akbar seketika memudar, lelaki itu menggeleng. Tak percaya jika usahanya untuk membujuk mantan istrinya akan gagal."Sekarang kamu berubah sombong ya, kamu bukan Aretha yang dulu," ucap Akbar seraya menatap tak percaya ke arah mantan istrinya itu. Sementara itu Aretha hanya diam, tak peduli dengan ucapan mantan suaminya."Aku menjadi seperti ini juga karena ulahmu sendiri ... sudahlah. Lebih baik sekarang kamu pulang, soalnya aku masih punya banyak urusan," sahut Aretha. Ia tidak ingin terlalu lama melayani perbincangannya dengan Akbar."Aku tidak akan pergi sebelum kamu mau menuruti keinginanku," ujar Akbar seraya menatap wajah mantan istrinya. Jujur, ingin rasanya ia
Kabar Yudha kecelakaan telah sampai di telinga Rosa, ia tidak menyangka jika suaminya akan meninggal dengan cara seperti itu. Mungkin ini karma untuk seorang penghianat, selama ini Yudha tidak pernah bermain api di belakang Rosa. Namun sekali bermain justru langsung mendapatkan karma yang begitu setimpal.Jujur, Rosa merasa sedih karena harus kehilangan suaminya untuk selamanya. Namun ia akan lebih bersedih ketika melihat suaminya hidup dengan wanita lain,mungkin ini jalan yang terbaik. Hanya saja yang ada di pikiran Rosa bagaimana nasib anaknya kelak saat tahu jika ayahnya telah tiada.Saat ini putri yang Rosa lahirkan baru berusia satu tahun, sejak Yudha berselingkuh. Lelaki itu jarang pulang dan juga jarang menanyakan tentang anaknya. Rosa hanya bisa berharap, semoga putrinya tumbuh menjadi anak yang berguna. Karena sekarang Rosa memang harus benar-benar berjuang sendiri untuk membesarkan putrinya itu.Sementara itu, Akbar yang mendengar kabar tentang kematian mantan istrinya hanya
"Rosa kamu tidak bisa berbuat seperti itu, surat perjanjian yang mana." Yudha berusaha mengelak. Ia tidak ingin kehilangan hartanya yang kini telah dikuasai oleh Rosa."Kamu tidak usah mengelak, mas. Karena semuanya sudah ada buktinya, dan perbuatan kamu juga ada buktinya. Walaupun kamu seorang pengacara, jangan seenaknya saja berbuat tanpa memikirkan resikonya," ujar Rosa. Rasanya ia sudah muak melihat wajah suaminya itu."Sampai ketemu di pengadilan nanti." Setelah mengatakan itu Rosa memilih untuk pergi. Keputusannya untuk berpisah sudah bulat, untuk apa mempertahankan pernikahan yang sudah tak sehat lagi. Karena akan sangat percuma, bertahan tetapi dihianati."Rosa tunggu, kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik. Kamu tahu kan resikonya kalau sampai kedua orang tuaku tahu." Yudha mencekal pergelangan tangan istrinya. Ia tak akan rela jika sampai perpisahan itu terjadi."Itu urusan kamu, mas. Bukan urusanku, salah kamu sendiri berbuat kesalahan. Kamu kan laki-laki, jadi harus sia
Setelah itu Akbar dan Wanda memutuskan untuk pulang. Jujur, Akbar cukup kecewa dengan hasilnya, tapi berbeda dengan Wanda. Karena anak yang ia kandung terbukti benih Yudha, itu artinya lelaki yang sudah menjalin hubungan dengannya akan menikahinya nanti."Setelah ini kamu harus pergi dari rumah," ucap Akbar ketika mereka masih dalam perjalanan."Kamu ngusir aku, mas." Wanda menoleh, menatap lelaki yang duduk di sebelahnya itu."Iya, lagi pula kita sudah bukan suami istri. Dan satu lagi, anak yang kamu kandung itu bukan anakku," ungkap Akbar. Mendengar itu Wanda terdiam, ia memang harus menerima resikonya. Karena terbukti anak yang dikandungnya bukan darah daging Akbar, itu artinya Wanda harus pergi."Ok tidak masalah, dari pada kamu mandul. Setelah ini tidak akan ada wanita yang mau denganmu." Wanda menatap sinis ke arah mantan suaminya. Mendengar hal itu dada Akbar terasa bergemuruh, tetapi sebisa mungkin ia tahan.Tidak butuh waktu lama, kini mereka sudah sampai di rumah. Keduanya
Sedari tadi Aretha hanya diam, meski dalam hati ia merasa panik dan juga khawatir, tetapi ia tidak ingin ikut campur urusan mereka. Sedangkan Reynand hanya tersenyum mendengar ancaman dari mantan istrinya itu. Reynand sudah sangat paham dengan sifat mantan istrinya itu."Kamu pikir aku akan takut, apa kamu lupa saat pergi dulu." Reynand menatap wajah Rena yang tiba-tiba menegang. Seketika bayangan masa lalunya berputar di benaknya."Kamu lupa ketika pergi meninggalkan Alice yang saat itu masih sangat membutuhkan seorang ibu." Reynand terus menatap wajah Rena."Kamu lebih memilih laki-laki lain ketimbang anakmu yang saat itu masih bayi merah. Bahkan kamu terbukti hendak mencelakainya, jika saja aku datang terlambat mungkin nyawanya akan melayang." Reynand kembali mengingatkan kejadian dulu di masa lalu, hal tersebut membuat wajah Rena memucat."Entah apa kurangnya aku, padahal semua kebutuhan aku penuhi, fasilitas, uang bulanan tercukupi, kasih sayang dan ... ah mungkin memang aku yang
"Mas tunggu." Wanda berlari mengejar Akbar."Mas tunggu, kamu tidak bisa menjatuhkan talak begitu saja." Wanda menarik bahu Akbar. Namun hati yang sudah dikuasai oleh api kemarahan membuat lelaki itu langsung mengibaskan tangan Wanda.Bruk, tubuh Wanda oleng dan terjatuh lantaran Akbar terlalu keras ketika mengibaskan tangan wanita itu. Wanda memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa sangat sakit. Akbar yang melihat itu seketika terdiam, ada rasa khawatir dalam hati dan juga pikirannya."Mas sakit." Wanda memegangi perutnya seraya terus merintih kesakitan."Akbar, Wanda kenapa." Lidya yang melihatnya seketika berlari menghampiri menantunya itu. Walaupun ia tahu bagaimana kelakuan Wanda, tetapi Lidya tetap merasa kasihan."Bu, perut aku sakit banget." Wanda terus merintih kesakitan."Akbar, ayo cepat bawa Wanda ke rumah sakit," titah Lidya. Dengan sedikit terpaksa Akbar menuruti perintah ibunya. Lelaki itu mengangkat tubuh Wanda dan membawanya ke luar.Kini mereka sudah dalam perjalanan
"Mas kamu kenapa?" tanya Wanda dengan raut wajah ketakutan. Tatapan mata suaminya bak singa kelaparan yang siap menerkam."Kamu tanya kenapa, apa kamu tidak bisa melihat ini." Akbar menunjukkan foto serta video tersebut tepat di hadapan istrinya."Ternyata benar apa yang Aretha katakan, kalau kamu menyewa pengacara dengan cara yang salah. Kamu membayarnya dengan ... tubuhmu," ujar Akbar. Sontak Wanda bungkam, ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Lidahnya tiba-tiba terasa kelu, tetapi hatinya terasa sakit ketika mendengar suaminya menyebut nama mantan istrinya."Aku nggak suka kamu nyebut-nyebut nama mantan istrimu itu, mas. Gara-gara dia hubungan kita jadi seperti ini, dia yang sudah menyebabkan .... ""Diam kamu! Seharusnya kamu introspeksi diri, bukannya menyalahkan orang lain. Lagi pula apa yang aku katakan benar kok, jika dibandingkan Aretha itu jauh lebih baik dari pada dengan kamu." Akbar memotong ucapan istrinya, seketika Wanda terkejut ketika mendengar hal tersebut. Terlebih
"Kamu pasti bingung, Mas. Kenapa aku bisa duduk di sini." Aretha membatin, sementara Akbar masih diam dengan raut wajah kebingungan. "Kamu sekarang berubah ya," ujar Akbar seraya menatap mantan istrinya dengan tatapan tak percaya. Bahkan lelaki itu kembali menggelengkan kepalanya, rasanya ia tidak percaya dengan apa yang Akbar lihat saat ini.Aretha menghela napas. "Tolong, di sini untuk membahas pekerjaan, bukan membahas masalah pribadi."Akbar membuang muka, kesal dan marah berubah menjadi satu. Setelah itu Akbar menghembuskan napas, berusaha untuk menahan sabar. Sementara Aretha menahan tawanya saat melihat ekpresi wajah mantan suaminya."Kamu memang sombong, ok mungkin sekarang kamu menang. Tapi aku akan buktikan kalau kamu akan hancur dan setelah itu kamu akan meminta kembali lagi padaku." Setelah mengatakan itu Akbar memutuskan untuk pergi. Malu rasanya jika harus bekerja satu kantor dengan mantan istri. Terlebih posisi Aretha yang sebagai pemimpin."Dasar sombong, mau dikasih