Beranda / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt 18. Masih Marah

Share

Chapt 18. Masih Marah

Penulis: Rezquila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Nai, Kamu dipanggil sama pelanggan meja 4.” Salah satu rekan kerjanya memberi tahu Naima. Chef Adi menaikkan alisnya tanda ingin tahu, Naima hanya mengangkkat kedua tangannya tanda belum tahu kenapa.

“Ok, sebentar.” Naima mengangkat Croffle dari panggangan dan menaruhnya di piring saji.

“Biar aku yang plating.” Reno menawarkan bantuan, Naima tersenyum berterima kasih. Melepaskan sarung tangannya dan mencuci tangan, Naima keluar menuju meja nomor 4. Pelanggan yang memanggilnya, menatap Naima dengan pandangan mengintimidasi. Duduk dengan posisi tegap, kedua tangan dilipat di depan dada dan pandangan tajam tanpa senyum. Naima tidak takut, dengan santai Naima mendekat.

“Apakah bapak memanggil saya?” Naima bertanya setelah berdiri di samping meja pria tersebut.

“Kamu yang membuat Croffle ini?” Pria yang akhir-akhir mengganggu kewarasan Naima, bertanya dengan sorot mata tajam.

“Benar Pak, apakah ada yang kurang dari pesanan Bapak?” Naima balas menatap mata Albe dengan tak kalah tajam,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Jangan di jawab Naima.... Nanti bisa salah paham,....gawaaat.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   CHAP 19. Bukan Wanita Murahan

    “Setan!” Jawab Naima singkat, membuat Albe tertawa. Naima menatap ke jalan, entahlah Albe membawanya kemana. Lampu merah dengan detik yang lumayan panjang tertera di display. “Setan melawan setan menang siapa?” Albe mendekatkan wajahnya, reflek Naima mendorong wajah Albe menjauh. Buaya mesum ini membuat Naima harus waspada. “Yang mau diganggu sama setannya dong!” Albe mengernyit. “Maksud kamu?” Albe menopang rahangnya dengan tangan memperhatikan Naima. “Setannya malah berantem sendiri. Orangnya jadi menang, gak ada yang gangguin lagi ...” jawabnya enteng, tersenyum penuh kemenangan. Naima menguap, ia menutup mulutnya merasa tidak elegan menguap di depan Albe, ia tak tahu pendapat orang asing. Matanya sayu dan memberat. “Baiklah sepertinya kamu mengantuk sekali, tidurlah nanti aku bangunkan saat sampai. Setan ini tidak akan menggagumu,”kerling Albe, mengusap kepala Naima dengan tangan kirinya. Naima hendak menganggkat tangan menepis, namun ternyata kalah dengan mimpi yang mulai m

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 20. Gold Digger

    “Ga usah pegang-pegang, Al, bukan mahrom.” Naima memperingatkan Albe. Mata gadis itu mendelik lucu, Albe hanya terkekeh. Semakin menatap gadis pujaannya dengan lekat. “Makasih Al, mienya enak.”Ucap Naima, lalu membawa piring yang sudah bersih ke wastafel dan mencuci. Albe menyandarkan pinggulnya di counter samping Naima. Memperhatikan gadis itu mencuci peralatan yang ia pakai tadi. “Itu bukan mie, Nai,”ralat Albe. Heran dengan pemilihan kata Naima, pandangannya tak bisa lepas dari gadis yang sejak pertemuan mereka sudah menelusup di palung terdalamnya tanpa permisi. “Sama aja lah, kalau di sini ya mie." Naima tidak mau kalah. Ia sengaja berkata asal, ia butuh tetap sadar, karena kegugupannya membuatnya merasa lemah di setiap sendi. “Itu spagheti, kamu bekerja di bidang kuliner harusnya tahu.”Albe membenarkan. “Aku sukanya bilang mie, gimana dong?”Sanggah Naima sengaja membuat Albe kesal. Mungkin dengan menunjukkan sisi menyebalkan, Albe akan berhenti modus kepadanya. Lelaki itu me

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 21. Fakta baru

    "Aku antar boleh? Apa kabarmu?” tawar Albe, iris hijau itu memancarkan kilat kerinduan, Naima mengusap lehernya gugup, setelah beberapa hari tidak bertemu pria tampan itu rasa rindunya kembali menyeruak dengan tak tau malu. “Baik Al, kamu apa kabar? Aku sudah memesan taksi.” Naima mencoba tetap ramah, ia melempar senyum gugup. Albe menyadari itu, gadis dengan blouse warna pastel itu terlihat manis, cocok dengan kulit Naima yang kuning langsat dan terlihat lembut. Sesuatu di bawah sana menegang, Albe menggeram dan memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam dan menghembuskan secara pelan. “Baiklah, aku ingin menanyakan sesuatu. Hadiah yang aku titip kepada Jaka apakah kamu sudah menerima?”Albe sengaja mengatakan itu, reaksi Naima yang kembali terkejut membuat Albe terkekeh. Permaianan apa ini? “Hadiah dari Jaka atau dari kamu, Al?”tanya Naima kebingungan. Ia mencoba menghilangkan kegugupannya, tiba-tiba bulunya meremang. Ada apa ini? “Infinity, kamu tahu symbol itu?” ucap Albe menc

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   chapt 22. Persaingan

    Albe terkekeh, tidak menyangka sahabatnya mencintai gadis yang juga dia cintai. Jika orang lain mungkin Albe akan menghajar orang itu saat ini. Namun dengan sahabatnya? “Aku yang pertama kali bertemu Naima Al, di Café ini. Namun setelah aku melihatmu di kost Naima, aku sadar pesaingku sahabatku sendiri. Dan semakin aku sadar, bagaimana Naima menatapmu, cara dia bicara padamu dan padaku berbeda. Kalau boleh jujur, aku ga rela ngelepas Naima buat kamu. Aku takut dia sakit hati dan menderita.” Lanjut Jaka. Albe mengepalkan tangannya, apa Jaka ada di balik sikap Naima kepadanya? “Apa kamu tahu yang aku berikan untuk Naima apa?” Tanya Albe, Jaka menggeleng. “Aku tidak mau tahu Al, Naima menerima itu sudah menunjukkan dia menyukai hadiahmu. Walaupun memang salah karena aku mengakui itu dari aku.” Jaka memijit pelipisnya yang terasa pening, di hari ulang tahunnya malah mendapat kado seperti ini. “Mari kita bersaing secara adil. Jika Naima memilihmu aku akan ikhlas, Namun jika Naima mencin

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 23. Gila karena rindu

    Bug .. bug … bug ... bugbugbug …bug ..bug Albe meninju samsak dengan penuh emosi, ingin meluapkan semua kekesalan dan keresahan di hati. Egonya tertampar, benar kata Jaka Naima pasti takut dia akan menyakitinya. Gadis itu pasti memikirkan berbagai cara untuk menjauh darinya. Namun bodohnya dia percaya begitu saja, jika Naima memang menyukai kekayaan pasti dia akan mendekat bukan semakin menjauh. Albe kembali memukul samsak dengan lebih brutal, besok dia akan menemui Naima apapun caranya. Keesokan harinya Naima yang sedang off memutuskan untuk berolahraga di stadion yang tak jauh dari tempatnya menurut map yang dia baca, dia tidak ingin seharian di kamar dan hanya mengingat Albe. Naima merasa bersalah mendapatkan hadiah dari Albe, tapi berterima kasih kepada Jaka, perasaan pria asing itu mungkin terluka dan itu membuatnya juga merasakan hal yang sama. Ia mengambil kotak pemberian Albe, mengambil kalung dengan bandul infinity itu dan memakainya, sangat cantik dan pas di leher jenjang

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 24. Menguji kekuatan Iman

    Naima hanya bisa pasrah, memegang pinggiran kaos tipis yang Albe pakai. Jujur dia gugup, kerinduannya pada pria ini memang terbayar lunas, tapi seperti ada yang salah. Tinggi Naima yang hanya sebatas dada pria tinggi besar itu membuat Naima terkurung dalam pelukan lelaki berbadan tegap dan kekar ini. Naima bisa mendengar debaran jantung Albe yang menggila pun juga dirinya. Semburat merah di pipinya pasti sangat kentara, ada rasa bangga di relung hati. Bahwa pria ini mempunyai perasaan yang dalam padanya. “Terima kasih Nai kamu mau datang,”Albe mengecup kepala Naima berulang kali, gadis dengan rambut di kuncir kuda itu mendorong pelan, mencoba memberi jarak. “Kamu sudah makan?" Naima memalingkan muka mencoba menghindari tatapan Albe yang begitu dalam. “Aku sudah memesan Nai, duduklah.” Albe menarik tangan Naima membawa ke living room dan menarik gadis yang terlihat gugup itu hingga terduduk di pangkuan Albe, Naima menjerit kaget walaupun sakit, ternyat

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 25. Belum Berpengalaman

    "Arrrghhhh “ Albe mengerang memegang senjatanya yang disiksa Naima. Bukan prihatin, gadis itu tertawa terbahak-bahak. “Makanya jangan nakal, Al!” Naima memperingatkan, melipat tangannya di dada. Memperhatikan Albe yang meringkuk dan mengaduh, dalam hati Naima kasihan tidak tahu sesakit apa, apakah nanti berpengaruh? Namun, Naima tidak boleh lemah, dia belum menjadi kekasih Albe, tapi pria itu dengan seenaknya mencium dan mencumbunya. Walaupun memang menikmati, tapi ia bukan gadis murahan, dia memang menyukai Albe bukan berarti mau menyerahkan dirinya dengan mudah. “Nai, kamu harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada singaku.” Albe masih melindungi dan menutupi aera senditifnya. Naima menggelengkan kepala. “Kamu harus bisa menahan diri, Al. Aku belum menjadi kekasihmu, jangan kamu samakan aku dengan wanita-wanitamu di luar sana,”ujar Naima tegas. Albe mendesah menyadari sikapnya mungkin memang keterlaluan, salahkan Naima dengan pesonanya yang membuat pria itu hilang kendali.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 26. Beda Cinta dan Nafsu

    Albe tercengang, garansi? Apakah perlu hati Naima dia asuransikan juga? “Anything you want, Baby,” Albe mengedipkan sebelah matanya, Naima memutar mata malas. “Kamu harus minum obat Al, supaya demammu mereda,“ kata Naima, membereskan makanan Albe dan membuang ke tempat sampah di pantry. “Obatnya di sisi kanan Nai,“ seru Albe memberitahu, Naima mengikuti instruksi lelaki yang sedang bersandar nyaman pada sofa, gadis itu mencari obat penurun panas dan multivitamin juga mengambil beberapa botol air mineral pada kulkas Albe. Lalu memberikan kepada Albe, setelah Albe meminum obatnya Naima berniat untuk pulang. “Istirahatlah Al, aku pulang ya? Aku butuh mandi dan mengganti bajuku.”Naima melihat penampilannya. Albe menggeleng pelan, memijit pelipisnya yang sedikit pusing. “Di sini saja Nai, aku akan memesankan pakaian ganti untukmu. Atau kamu bisa menggunakan pakaianku dulu,” Albe memberi usul. “Tidak Al, nanti aku akan kesini lagi kalau kamu

Bab terbaru

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 200. MENGSEDU

    Naima jatuh di atas tubuh suaminya, beberapa orang yang lewat membantu Naima untuk bangkit, baru setelahnya Albe. Jalanan licin sedikit menyuitkan pria itu untuk berdiri. Pemuda yang kehilangan kendali saat berseluncur dengan skateboardnya berlari dengan panik. “Apa kalian terluka?” tanya pemuda itu dengan menenteng papan kayu di sebelah tangannya. “Kuharap tidak, lain kali berhati-hatilah. Atau kau akan mendapatkan hukuman,” ucap Albe menepuk pundak pemuda tadi. “Kau tidak apa-apa, Baby?” tanya Albe pada Naima yang terlihat syok, ia masih bersandar di dinding toko yang sudah tutup. Naima menutup mukanya dengan tangan, perutnya sedikit tegang tadi dan itu sangat tak nyaman. Naima meraih tangan Albe lalu memasukkan pada mantel tebal yang ia gunakan. Albe paham dan mengelus perut istrinya beberapa kali. Wanita it menyandarkan keningnya di dada Albe, dia dan calon anakknya sudah mengalami beberapa lagi tragedi dan itu membuatnya sedikit trauma. “Apa kau mau aku panggilkan Daddy su

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 199. GAUN

    “Tidak bisa, Dad! Uang yang dia pakai sangat banyak, aku tak bisa merelakan begitu saja. Aku harus mendatangkan alat gym termutakhir untuk cabang di Pluit. Gedungnya sudah siap, hanya untuk mendatangkan alatnya saja. Uangnya masih kurang.” Tolakan Albe yang menggebu membuat Albert memicing, Moma mengedip pada Naima. Perempuan hamil itu paham, lalu mengikuti mertuanya untuk masuk ke dalam ruangan kerja yang sedikit ke arah depan. “Mereka akan sangat lama dan membosankan jika membahas soal -BISNIS-, kita di sini saja. Bagaimana kalau kita mencari gaun untuk acara kalian, aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin, Sayang.” Moma mengambil tabletnya yang berukuran besar. Membawa ke arah sofa di mana Naima duduk dan menyandarkan punggungnya. “Apa saudara Moma banyak? Atau rekan juga kerabat?” tanya Naima, iris beningnya mengikuti gerakan sang mertua.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 198. KEPUTUSAN

    "Aku tidak tahu, Hun. Bagaimana kalau kita ikuti kemauan Moma aja? Aku takut mengecewakannya," usul Naima. Albe hanya mengendik, lalu menarik jemari istrinya. “Sebaiknya kita bicarakan bersama, supaya yang menjadi resepsi impianmu juga bisa terwujud, Baby. Ini pesta untuk kita bukan? Aku ingin kau juga mengutarakan keinginanmu. Hilangkanlah rasa sungkanmu itu, Sweetheart. Kadang aku tidak nyaman dengan sifatmu itu,” ucap Albe mengecup jari istrinya. Naima menghela napas, bukan maksudnya untuk membuat Albe tidak nyaman. Tapi, bagaimana keinginan hatinya bahkan Naima tidak mengerti. Ia menerima apa yang

DMCA.com Protection Status