Share

Bab 58

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa kamu tidak mengizinkan Akbar menikah sama Naima? Apa kamu bisa menjamin Akbar akan bahagia bersama kamu?"

"Aku memang tidak bisa menjamin Akbar akan bahagia sama aku, Bu, tetapi dia itu suami aku dan aku pantas untuk mempertahankannya. Sekali lagi, pa Ibu tidak akan mempertahankan Ayah kalau misalkan beliau yang menikah sama Naima?"

"Tentu saja bertahan. Kami saling mencintai, ayahmu tidak akan melakukan itu!" sanggah Bu Laila cepat.

"Aku menikah sama Akbar itu karena perjodohan, bukan karena memaksa dia menikah sama aku. Kenapa, sih, Ibu sama Ayah kelihatannya nggak suka banget sama aku? Bukannya waktu acara lamaran, kalian itu bilang nggak sabar punya menantu kayak aku? Atau aku punya salah sama kalian?"

Kesabaran Ayu sudah habis, dia sengaja menodong kedua mertua dengan banyak pertanyaan. Kedua tangannya ingin terkepal, tetapi khawatir suaminya tersinggung. Sayang sekali karena Bu Nur tidak tahu perkara yang sedang menimpa anaknya sampai saat ini.

"Ayu, kamu jangan ngomong
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 59

    "Sebenarnya Naima itu anak ayah sama ibu, anak kandung. Cuman ...." Pak Haris menjeda kalimatnya karena ingin mencari kata yang pas untuk disampaikan pada Akbar, khawatir dia salah paham."Ayah menukar kamu sama Naima dulu di rumah sakit karena kamu sakit-sakitan, orang tuamu kurang mampu dan tidak sanggup untuk membiayaimu. Ayah sama ibu sepakat untuk menukar kamu dengan Naima dan bukan karena kami nggak cinta sama anak sendiri, tetapi orang tua kamu juga tentu ingin menimang seorang bayi setelah menanti selama 20 tahun.""Ayah menyembunyikan ini bukan karena tidak sayang sama kamu, bukan karena ingin kamu hidup tanpa tahu siapa ayah kandung kamu, tetapi ini permintaan orang tua kamu sampai kami yakin kamu bisa menerima keadaan ini. Ayah kamu sendiri sebenarnya yang meminta kami untuk menikahkan kamu sama Naima sebagai bentuk terima kasih.""Dulu, mereka selalu menjenguk kamu sampai kamu sehat. Namun, mereka tidak bisa untuk mengambilmu kala itu karena kamu kalau melihat orang asing

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 60

    Mereka pulang dalam keadaan pikiran yang kacau. Akbar sebenarnya ingin menanyakan bukti kalau dia itu bukan anaknya Pak Haris, namun sepertinya kenyataan selalu membawa duka. Akbar tidak sanggup memikirkan itu, hatinya masih dalam keadaan rapuh.Apalagi mengingat pengakuan Naima tentang orang tuanya yang meninggal dalam keadaan tenggelam. Dia ingin bertanya, mereka berdua hendak ke mana? Tetapi sekali lagi kenyataan selalu terasa pahit. Ayu yang sejak tadi diam, sibuk memperhatikan sang suami.Dia merasa sangat bersalah karena membiarkan Akbar larut dalam kesedihan. Ingin menghibur juga tidak tahu bagaimana cara karena mereka bisa dibilang baru sedekat itu. "Kita ke toko baju tempat aku kerja dulu, yuk!""Kenapa?" tanya Akbar."Buat ketemu Mbak Rina, siapa tahu dia calon yang pas untuk Naima. Kamu nggak mau kan kalau dia selamanya mengharapkan kamu sebagai suaminya?"Akbar membuang napas berat. "Tentu saja aku enggak mau Naima berharap sejauh itu. Aku tidak pernah menyukainya apalagi

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 61

    Malam yang dinanti-nanti telah tiba, Ayu tidak pernah berhenti mengecek ponselnya. Dia selalu penasaran dengan jawaban dari Mbak Rina.Dalam rasa penasaran itu, dia tidak bisa makan atau sekadar minum. Akbar sampai khawatir padanya, tetapi Ayu berkata, "aku baik-baik saja. Nanti aku makan setelah dapat jawaban dari Mbak Rina.""Tapi kalau ternyata Mbak Rina nggak ngasih jawaban malam ini, gimana?" tanya Akbar begitu khawatir pada sang istri yang sejak tadi sibuk mondar-mandir."Enggak, pasti ngasih jawaban, kok. Kamu tenang aja ya. Insya Allah jawaban terbaik menurut-Nya." Jawaban itu refleks keluar dari mulut Ayu padahal dia sendiri belum yakin apakah kabar yang akan diberi Mbak Rina itu baik atau cukup melukai hatinya.Kalau bukan dengan masnya Mbak Rina, maka mungkin tidak ada pilihan lain selain memilih Gio untuk Naima. Sekalipun terkesan jahat karena ibarat melempar kotoran pada wajah orang yang tidak bersalah, tetapi tidak mungkin juga kalau membiarkan suaminya menikah lagi.Ayu

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 62

    Mbak Rina bukan langsung membalas tetapi menelepon Ayu biar lebih mudah bicaranya. Setelah panggilan terhubung, Mbak Rina langsung menyampaikan jawaban itu tanpa niat basa-basi lebih dulu. " Iya mas Rio mau menerima Naima. Dia sudah siap, bulan depan kalau perlu.""Serius, Mbak, mas Rio mau sama Naima?""Iya, Cah Ayu.""Ya udah, Mbak kalau gitu besok aku kabarin Naima. Terima kasih ya, mbak dan kalau bisa mbak juga hadir sama mas Rio-nya biar lebih jelas karena kalau Naima, dia tentu menerima mas Rio sebagai suaminya. Sekalian dibicarakan hari yang baik untuk mereka menikah.""Oke, oke. Besok kita ketemu di rumah mertua kamu aja. amu sharelock aja ya, aku menyusul entar sama mas Rio. Kebetulan besok kan masih hari minggu, jadi dia libur kerja. Mas Rio kan kerjanya di kantor ya cuma staf biasa sih, tapi bisalah menjamin istrinya. Dia juga punya tabungan untuk menikah kok.""Siap-siap, Mbak. Makasih ya Mbak udah nolongin Ayu.""Iya, iya, sama-sama. Ya udah kalau gitu mbak mau lanjut ker

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 63

    "Rasa kehilangan itu tidak pernah usai sebelum ada penggantinya. Memang sih aku sedang dekat dengan banyak perempuan, tetapi tidak ada yang berhasil membuat hatiku ingin menetap.""Kamu bisa bangkit tanpa orang baru, Gio. Sakitmu harus ditahan!" tegas Dani."Ternyata kamu secinta itu sama Ayu, Gio, tapi kenapa kamu tidak mau berjuang? Kenapa kamu membiarkannya sendiri berjuang dalam luka dan air mata? Apa kamu pikir hakikat cinta memang seperti itu? Tidak, Gio. Cinta itu harus saling mendukung.""Kamu nggak ngerti itu, Dian. Cinta butuh pengorbanan.""Kamu yang nggak ngerti tentang cinta. Cinta itu bukan hanya tentang pengorbanan, tetapi juga perjuangan yakni untuk mendapatkan restu sampai maut memisahkan. Kamu jangan mengira cinta tentang keindahan saja, tetapi juga luka. Namun, di antara keindahan itu ada perjuangan yang tidak bisa dibayar dengan uang, perjuangan yang beriring air mata.""Hentikan itu, Dian. Aku gak mau debat.""Kamu tahu bagaimana sakitnya Ayu ketika kamu pergi dan

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 64

    Ayu dan Akbar sudah tiba di depan rumah mertuanya. Mereka berdua masuk sambil menunggu mbak Rina dan kakaknya mas Rio di ruang tamu. Sudah ada mereka bertiga yakni Naima dan kedua orang tuanya.Akbar terpaksa ikut atas desakan Ayu dan saat itu pula dia teringat bahwa dirinya bukan anak kandung mereka. Luka menyeruak di dalam dada, tetapi Akbar tidak bisa berbuat lebih banyak"Gini, Bu, kami sudah menemukan calon yang tepat untuk Naima, namanya mas Rio dan sebentar lagi dia bakal sampai kok sama adiknya.""Serius? Dia udah tahu keadaan Naima?" tanya Bu Laila antusias."Iya, Bu. Mas Rio udah tahu kok keadaannya Naima.""Oh, kalau benar mereka bakal menikah, kamu nginep aja nanti malam di sini. Kita bikin acara syukuran gitu, kamu mau kan? Ya sekalian biar Naima akrab sama Akbar."Ayu menoleh ke samping meminta jawaban sang suami karena kalau dia menginap atau tidak itu sama saja asal suaminya nyaman. Namun, kalau masih kepikiran tentang kemarin, tentu Ayu tetap tidak mau menginap di rum

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 65

    "Enggak, enggak. Maksudnya aku mau mencoba merasakan hidup pisah dengan orang tua karena selama ini kan ...." Naima menggantung kalimatnya, dia menatap Haris yang menatap tajam kepadanya."Naima, kamu ngomong apa, sih?" tanya sang ibu."Eggak, Ma. Naima cuman anu–""Udah, yah. Intinya pernikahan kalian akan segera berlangsung. Bagaimana, Nak Rio?" Haris memotong pembicaraan Naima yang kelihatan gugup.Rio mengangguk cepat padahal laki-laki itu sedang berpikir keras apa yang terjadi pada Naima. Begitu juga dengan Rina, sekalipun bibir melukis senyum, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Namun, dia tetap ingin mencari tahu lebih lanjut tanpa sepengetahuan siapa pun.***Dua minggu berlalu, Ayu sudah tiga hari ini demam membuat Akbar harus mengambil cuti di hari senin. Lelaki itu khawatir melihat keadaan istrinya yang terus menolak makan.Meskipun Ayu bilang dia baik-baik saja, tetapi Akbar tidak mau percaya itu. Dia tidak ingin menyesal jika terjadi sesuatu yang buruk. "Ay, kita ke r

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 66

    "Iya?" Gio tersentak. Matanya melirik ke kanan dan kiri. "Kamu jangan salah faham, aku tadi gak sengaja lewat doang.""Gak sengaja?"Dian melipat kedua tangan di depan dada, ingin ikut campur juga takut menambah masalah. Lelaki pertama adalah sahabat karibnya, sementara yang ada di samping adalah suami sahabatnya pula.Belum lagi Gio menjawab, tiba-tiba Ayu keluar dengan setengah berlari sambil memegang ponsel di tangan. Dia tetap memakai selimut karena merasa sedikit dingin. Wanita itu menggigit bibir begitu melihat Akbar dan Dian juga ada di sana."Ayu? Kenapa kamu keluar?" Kini Akbar menatap sang istri yang masih pucat itu."Anu, By. T-tadi aku mau nyariin kamu soalnya kelamaan.""Kelamaan? Perasaan tadi aku perginya cuma sebentar, kamu bilang lama. Kenapa? Atau ada janji sama Gio?""Nggak, Akbar. Kamu jangan salah faham. Aku emang gak ada maksud apa-apa," sela Gio merasa tidak enak."Kalau gak janjian, kenapa bersamaan banget waktunya? Kalau saja tadi aku gak balik cepat sama Dian

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 126

    Sepuluh tahun berlalu, kini Ayu sudah berkepala tiga. Dia sedang duduk di sebuah kursi taman berwarna putih di belakang rumahnya. Wanita itu sibuk menyulam rindu untuk kedua orangtua yang kini telah tiada.Rasanya waktu bergulir begitu cepat, dia tidak lagi muda dan kuat seperti dulu. Meski usia tiga puluh tahun lebih belum termasuk menua, tetapi pada anak remaja saja sudah banyak yang mengeluh lutut sakit atau kekurangan pendengaran."Bunda!" teriak seorang anak lelaki yang begitu mirip dengan Akbar. Usianya baru menginjak tahun ke delapan dan saat ini masih duduk di bangku kelas dua SD.Di belakangnya menyusul lelaki tampan yang selalu membersamai Ayu selama ini. Dia menggendong seorang gadis kecil yang matanya seindah milik Ayu. Usianya baru menginjak dua tahun pada pekan lalu.Anak kedua mereka bernama Syafiq dan anak ketiganya bernama Aisha. Meski sudah ada dua pengganti atas kepergian Yafiq, tetapi Ayu selalu dipanggil sebagai Bunda Yafiq."Anak bunda sudah pulang?""Iya, Bun. T

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 125

    Tujuh bulan berlalu tanpa terasa dan proses pemulihan Ayu sudah selesai. Sekarang dia bisa bergerak sesuka hati meski Akbar selalu melarangnya untuk mengangkat beban berat. Selain karena dia perempuan, Akbar selalu takut terjadi sesuatu pada sang istri.Aktivitas mereka kembali seperti dulu sekalipun Ayu tetap banyak diam di rumah. Jika dulu ada Dian yang menemani, sekarang tidak lagi. Bahkan sahabatnya itu semakin jarang memberi kabar.Benar kata orang dahulu bahwa setelah menikah, mereka akan semakin jarang bertemu atau kumpul dengan sahabat karena kini prioritasnya berbeda. Terlebih jika dirinya bukan wanita karir maka akan semakin sedikit waktu untuk ketemu di luar.Selama tujuh bulan itu pula, Ayu selalu mendapat kebahagiaan dari perhatian penuh dari suami dan keluarganya. Dia juga dipanggil Bunda Yafiq oleh tetangga dan rekan kerja suaminya."Sayang, aku ada kabar gembira nih!" seru Akbar ketika baru pulang dari bekerja.Ayu yang sedang menonton televisi lantas berdiri dan mengh

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 124

    Ayu membuka mata perlahan. "Benarkah Steva sudah pulang?""Iya, dia minta maaf karena tidak bisa menghindar. Steva mengaku kalau dirinya betul-betul tidak sengaja."Wanita itu mengangguk lemah, dia tersenyum karena pada akhirnya keputusan yang Akbar pilih jauh lebih baik dan menenangkan hati. Ayu yakin kalau Steva sungguh-sungguh dalam meminta maaf.Akbar pun mengeluarkan ponsel dan menyalakan rekaman suara Steva. Dua menit setelahnya terdengar ketukan di pintu utama membuat lelaki itu beranjak cepat."Masuk dulu, Dan!""Gak usah, lebih baik istirahat dulu, yang penting sekarang kita sudah tahu kalau Steva meminta maaf. Motor Gio sudah aku kembalikan dan kalau ada apa-apa, kamu tinggal telepo aku, kali aja bisa ngebantu.""Ya udah, barangkali kamu juga sibuk."Dani mengacungkan kedua jempol sebelum menghilang dari pandangan Akbar. Lelaki itu bahagia karena ternyata kejadian yang menimpa sahabatnya tidak melibatkan Dian juga Gio. Akan tetapi, dia masih harus merahasiakan sesuatu.Dani

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 123

    Dani dengan gerak cepat turun dari motor dan menarik Steva. Motor Gio dibiarkan jatuh sementara gadis itu Dani tarik kasar masuk ke halaman rumah Ayu.Akbar dengan sigap menyalakan rekaman suara untuk menjadi bukti kalau gadis itu yang bersalah. Tidak lupa dia berlari masuk ke belakang rumah untuk mengambil tali dan mengikatnya di kursi depan rumah.Dia tidak lagi peduli apakah gadis itu akan merasakan malu atau tidak, satu hal yang pasti dia harus menyesali perbuatannya. Motor Gio diambil oleh Dani dan memarkirnya di depan rumah Ayu."Kenapa kalian mengikatku, hah?!" teriak Steva kemudian setelah sadar dengan apa yang terjadi."Katakan, Ste. Kamu sengaja menabrak Ayu hari selasa kemarin, kan?" Dani langsung mengintrogasinya. "Tidak perlu mengelak karena aku hadir sebagai saksi di sana.""Tidak, kamu salah!""Apa perlu kutunjukkan bukti CCTV di tempat kejadian itu?" Dani sengaja menyeringai tajam agar Steva ketakutan. "Rupanya kamu tidak kenal kata lelah untuk berbuat jahat, ya. Setah

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 122

    "By, jangan begitu. Entahlah, aku merasa terlalu kejam untuk memenjarakannya.""Terlalu kejam? Ayolah, Ay, ini bukan kejam. Mereka yang terlibat memang pantas mendapat hukumannya. Apa kamu pikir pembunuhan itu kesalahan kecil dan bukan dosa besar?""Sayang ... aku tahu itu kesalahan besar dan pelakunya wajib dipenjara, tapi apa kamu tahu kalau aku juga bersalah? Aku yang lari ngejer kamu di keramaian tanpa melihat ke kanan dan kiri jalan. Dia seperti gak sengaja nabrak aku, makanya lari begitu. Meskipun kita tahu Steva itu jahat, bisa jadi dia memang tidak sengaja. Aku yang salah dan kalau saja tidak lari ke jalan, dia gak bakal nabrak, kan?"Akbar menepuk jidatnya. "Kamu lari karena ada sebabnya, kan? Kalau aja laki-laki itu gak ada ngegoda kamu, mana mungkin kamu ngejer aku. Paling menunggu di tempat. Nah, di saat itu lah mereka kerja sama.""Tapi Bu Dania gak ada di sini, masa iya kerja sama. Mending daripada kita ikut disalahin sama pak polisi, gak usah usut perkara itu. Biar kita

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 121

    "Dan, kamu bisa ke sini gak?" tanya Akbar via telepon. Dia ingin meminta bantuan serta saran dari Dani berhubung sekarang hari minggu, jadi tentu sahabat istrinya itu memiliki waktu luang."Bisa. Jam sepuluh ya soalnya masih cuci motor ini. Tapi mau bahas apa?""Gak denger kabar Ayu, Dan?""Enggak, kenapa sama Ayu?" tanya Dani lagi masih di balik telepon.Akbar tidak menceritakannya sekarang, dia meminta Dani untuk datang saja karena cerita di telepon bisa membuat salah faham. Begitu telepon ditutup, lelaki itu langsung melangkah cepat ke kamar menemui istrinya.Ayu yang sudah selesai memakai jilbab mengulurkan tangannya. "Anter ke depan mau jemuran.""Eh gak boleh. Orang abis caesar gak boleh kena paparan sinar matahari langsung. Mending latihan jalan lagi atau gak makan tempe sama minum susu biar cepet kering lukanya.""Boleh.""Gak boleh, Ay.""Boleh.""Enggak, Sayang."Ayu cemberut karena kali ini keinginannya tidak dituruti. Akbar yang super peka langsung duduk di tepi ranjang me

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 120

    Jam sudah menunjuk angka empat sore. Tepat ketika Akbar selesai salat asar, dia langsung membantu sang istri untuk bangun. Mereka menuju ruang tengah dan latihan jalan di sana.Ayu memejamkan mata kuat karena perutnya sedikit merasakan nyeri. Namun, dia harus bertahan untuk sembuh karena kata dokter, semakin sering beraktivitas, maka mempercepat pemulihan.Akan tetapi, Ayu juga diingatkan untuk tidak bergerak lebih lama jangan sampai lelah atau melakukan aktivitas berat. Akbar pun terlihat tidak ingin melepas tangan istrinya walau sedetik."Susah, By. Susah geraknya.""Enggak, kok. Kita latihan lagi ya. Kamu ingat pesan ibu tadi siang, kan? Harus semangat untuk sembuh biar Allah kabulkan doa kita.""Kok ibu cepet pulangnya, By? Aku aja gak liat ibu pulang gara-gara ketiduran." Ayu sedikit memanyunkan bibir karena masih rindu pada ibunya."Loh kan ada aku di sini. Kemarin waktu aku kerja kan ibu lama nemenin kamu." Akbar menghela napas. "Lanjut lagi, Sayang."Perlahan Ayu mengangkat ka

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 119

    Lima hari di rumah sakit, Ayu sudah diperbolehkan pulang. Meski sudah bisa makan, tetapi rasa nyeri itu selalu ada terutama ketika mau buang air. Padahal sejak zaman gadis, dia selalu berprinsip untuk menghindari caesar.Bagaimana tidak, dia tahu bagaimana sakitnya setelah obat bius hilang dari cerita teman-temannya. Apalagi resiko yang sangat besar harus dia lalui termasuk banyaknya pantangan yang wajib dihindari.Ayu ingin membuang napas kasar, tetapi takut menimbulkan rasa nyeri lagi. Membayangkan saja sudah membuat wanita itu merasa ngilu. Sekarang pun dia harus membuka mulut untuk menerima suapan dari suami tercinta."Kamu harus banyak makan protein, Sayang, biar jahitannya cepat kering. Jangan nonton atau baca buku humor dulu, harus semangat untuk sembuh. Sore nanti kita latihan jalan lagi, ya?""Sakit.""Enggak, kok.""Enggak, enggak. Kamu mana tahu, aku yang ngalamin, By! Sakit asli kalau nyeri datang lagi, serasa dikoyak-koyak. Duh, ngilu."Akbar tersenyum membenarkan Ayu kal

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 118

    "Iya, kamu akan selalu salah di mata orang yang tidak suka atau tidak mengerti kamu. Tapi saya yakin kalau istrimu tidak akan menyalahkanmu," lanjut Pak Hatta."Benar begitu, Pak? Apa istriku gak bakal marah kalau dia sudah sadar?""Iya, benar. Satu yang perlu kamu ingat, Nak, bahwa sepahit apa pun hidup, kita tidak boleh berputus asa. Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup saat sedang depresi, sungguh istrimu saat ini begitu ingin untuk sembuh dan tertawa bersamamu lagi. Kamu percaya?""Bagaimana kalau aku sulit percaya, Pak? Mertuaku saja menyalahkan aku termasuk beberapa orang yang ada di lokasi kejadian tadi.""Maka paksa dirimu, paksa hatimu untuk percaya. Semua yang terjadi di muka bumi adalah takdir dari Tuhan. Mereka menyalahkanmu mungkin karena masih shock. Kalau saja istrimu kecelakaan saat bersama sahabatnya, kamu pasti refleks menyalahkannya juga, kan?"Akbar kembali menangis, ada amarah dalam hatinya untuk menghabisi lelaki yang berani menyentuh istrinya. Kalau saj

DMCA.com Protection Status