Share

Berebut Rumah

Sepanjang malam mataku tak bisa terpejam. Ingin sekali kubangunkan Sintya untuk meminta penjelasan. Kini yang kurasa luka ini bak disiram air garam. Perih. Sangat perih.

Malam terasa begitu lamban. Aku hanya bisa menatap langit-langit dengan dibayangi berbagai pikiran buruk. Tentang ibu, Sintya dan semua orang yang ada di sekitarku. Sebodoh inikah aku? Hingga tak menyadari bahwa mereka semua selama ini hanya bersandiwara. Ibu, bahkan hingga beliau menutup mata membawa kebohongan ini sampai ke alamnya.

Adzan subuh menggema. Pelan kubangunkan Sintya. Aku tak sabar untuk mendengarkan penjelasan darinya. Sungguh dadaku bergemuruh terasa panas hingga ubun-ibunku.

"Sin, subuh, Sin. Bangun!"

Sintya menggeliat kemudian mengucek matanya. Gadis itu menatapku yang sudah menggunakan mukena.

"Mba Mayang pagi sekali bangunnya," ucapnya.

"Sudah sana ambil wudu terus solat sama-sama!" pintaku.

Sempoyongan gadis itu keluar dari kamar. Aku menunaikan solat sunah sebelum melaksanakan solat subuh. Tak l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
Ilham eror jangan" anak Riana bukan anak ilham
goodnovel comment avatar
Mis Laini
bonus saya banyak tp knp ttp nggak bisa buka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status