Share

Pernikahan?

Penulis: Srirama Adafi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"No problem, Yud. Silahkan duduk!" ucap Mas Gani seraya tersenyum ramah.

Mas Yudis duduk di samping Delia. Kemudian di sebelahnya ada Mas Gani, di sebelahnya lagi ada Hilda, aku dan Clara.

Hilda tersenyum lebar dengan tatapan aneh ke arahku. Memberi kode yang aku sendiri tak mengerti. Sesuatu banget itu orang. Aku jadi merasa kurang nyaman.

"Ini, Om, daftar menunya. Silahkan Om Yudis pilih menunya dulu!" ucap Delia membuatku terkejut. Kapan Delia kenal sama Mas Yudis? Ketemu juga tak pernah.

"Makasih ya." Yudis menerima buku menu yang diberikan Delia seraya tersenyum.

"Kamu sudah pesan, Del?" tanya Mas Yudis.

"Sudah dong."

Aku heran kenapa mereka bisa seakrab ini. Delia benar-benar deh.

"Heran ya, May, Delia kenal sama Yudis?" tanya Mas Gani.

Aku jadi malu ternyata Mas Gani mengamatiku. Aku mengangguk sambil tersenyum sungkan menjawab pertanyaan Mas Gani.

"Jawab nanti ya? Tuh makanannya udah datang," ucap Mas Gani sambil menunjuk karyawan resto yang berjalan menuju meja kami.

"Mas, ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Riana

    Delia bergegas membuka pintu pagar. Tanpa meminta persetujuanku. Aku tahu anak itu pasti sangat merindukan ayahnya. "Ayah!" panggilnya.Mas Ilham masih terpaku dan membisu menatap Delia. Kaca-kaca terlihat jelas di matanya. Mas Ilham pun pasti sangat merindukan Delia.Delia menatap intens laki-laki di depannya. Pasti Delia sangat sedih melihat penampilan ayahnya kini. Mas Ilham masih mengenakan sendal jepit lusuh yang sama dengan kemarin. Kemejanya juga warnanya sudah pudar. Celananya pun tak jauh beda. Tubuh Mas Ilham terlihat kurus. Tulang pipiya sampai menonjol dan kulitnya terlihat gelap. Mas Ilham tampan yang dulu dielu-elukan teman-temanku kini telah berubah."Ayah!" panggil Delia lagi. Kemudian anak itu langsung memeluk laki-laki di depannya. Lama sekali. Mereka tergugu. Hanyut dalam lautan kerinduan.Mereka menguraikan pelukan. Mas Ilham memegangi lengan Delia. Masih berdiri di tempat yang sama dan saling mengamati satu sama lain."Kamu sudah besar, Sayang. Anak Ayah cantik s

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Kejutan

    Mak Jum menggeser posisi duduknya. Aku pun melakukan hal yang sama. Berada di dekat kaki Riana. Sedang Mas Ilham berada di dekat kepalanya.Lelaki itu memberi kode pada empat temannya. Sejurus kemudian keempat lelaki tadi mendekat ke arah kami. Yang satu menempatkan diri di atas kepala Riana, yang satu di kaki dan di sisi kanan kiri.Lelaki pertama menengadahkan kedua telapak tangannya. Berdoa. Setelahnya mengusap wajah Riana. Kemudian meraba bagian diantara kedua alis Riana. Menekan-nekan bagian itu. Dalam hati aku bertanya-tanya, "Apa yang sedang dilakukan lelaki itu?"Dan aku sangat terkejut melihat benda keemasan keluar dari sana. Hal serupa dia lakukan di kedua pipi Riana beserta hidung dan dagunya. Setelah itu kebagian dadanya. Aku benar-benar tidak menyangka. "Itukah yang dinamakan susuk?" tanyaku dalam hati.Selesai bagian dada lelaki itu beralih ke bagian bawah Riana. Aku benar-benar tak percaya, gadis yang dulu terlihat begitu polos seperti Riana. Memiliki benda-benda sepe

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Bunda, Kamu Dimana?

    Kuhapus air mata yang membasahi pipi, kemudian menatap mata sendu Delia. Meminta persetujuannya. Aku tak bisa memutuskan ini sendiri seperti saat masih gadis. Kini ada Delia yang harus aku jaga perasaannya.Gadisku tersenyum dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Dengan mantap ia mengangguk meyakinkan bundanya. Bersamaan dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.Ekspresi Hilda juga sama, yang tadinya begitu ceria kini matanya pun berkaca-kaca dengan ujung hidung yang sudah memerah. Sahabatku pun mengangguk mantap mendukungku.Aku menunduk menarik nafas panjang kemudian perlahan-lahan menghembuskannya. Sedikit kuangakat wajah menatap Mas Yudis dan berkata, "sebelum saya jawab, saya ingin bertanya, Mas.""Ya, silahkan," jawab Mas Yudis."Usia saya kan sudah tak muda lagi. Sedang Mas Yudis baru kali ini akan berumah tangga. Nah, kalau nantinya ternyata saya sudah tidak diberi kepercayaan lagi untuk mendapatkan buah hati bagaimana?"Mas Yudis menatapku. Tak ada sorot keraguan di

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Aku Harus Bagaimana?

    "Ayah!" panggil Delia lagi sembari mendekati tubuh kurus Mas Ilham.Delia memeluk ayahnya sambil menangis. "Ayah kenapa sakit seperti ini? Ayah cepat sembuh ya!" pinta Delia dalam tangisnya."Maafin Ayah, Sayang. Maafin Ayah!" pinta Mas Ilham menangis memeluk putrinya."Iya, Yah. Ayah harus segera sembuh.""Ayah kangen banget, Sayang. Rasanya seperti bertahun-tahun kita enggak bertemu. Ayah kangen banget!" ungkap Mas Ilham."Iya, Yah. Delia juga kangen banget sama Ayah. Ayah harus sembuh ya, biar nanti kita bisa jalan-jalan sama-sama lagi," bujuk putriku."Iya, Nak. Ayah sayang sekali sama Delia. Maafin sikap Ayah selama ini ya!""Iya, Yah. Delia juga sayang banget sama Ayah. Ayah cepat sembuh ya!""Iya, Sayang."Mereka kembali berpelukan dalam lautan kerinduan. Putriku kembali menangis. Begitu juga dengan Mas Ilham. Aku kembali merasakan cinta Mas Ilham untuk Delia. Seperti dulu lagi.Delia dan Mas Ilham mengurai pelukan mereka. Kini Mas Ilham menatap lurus kepadaku. Mata itu menyoro

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Takdirnya

    "Kok kaya galau, Buk? Bukannya seneng besok mau dilamar?" tegur Hilda saat aku duduk di kantor menatap layar laptop.Mataku beralih menatap Hilda. Kemudian menghembuskan nafas kasar."Delia enggak mau ikut, Hil," ucapku kemudian menjatuhkan dagu bertumpu pada punggung tanganku."Kenapa? Bukannya dia yang semangat banget ngejodohin kamu sama Mas Yudis?" tanya Hilda heran."Mas Ilham di rumah sakit," jelasku."Masih belum baikan juga dia?"Aku mngedikkan bahu. Moodku hancur. Tak punya semangat lagi. Tujuanku melakukan apapun adalah untuk Delia, tapi sepertinya anak itu mulai tak membutuhkanku."Coba nanti aku bilang sama Delia ya?" lanjut Hilda."Enggak usah dipaksa kalau enggak mau." Aku mengingatkan Hilda."Ya Allah, kagak, kagak. Terus kalau dia enggak mau kamu mau batalin rencana kita?" tanya Hilda sambil memajukan kepalanya."Aku bingung, Hil. Tanpa Delia semua yang kulakukan ini untuk siapa?" ucapku lemas."Yaelah, ya untuk kamu sendiri dong, May. Kamu tuh gimana sih! May, dengark

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Bakso Berkuah Barokah

    Semua mata kini tertuju pada Mas Gani. Tampak lelaki berwibawa itu menatap Mas Yudis. Senyum penuh arti mengembang di bibirnya. Diikuti anggukan Mas Yudis. Kemudian tangan suami Hilda memegang bahu Mas Yudis."Dia sahabatku, Mas," jawabnya kemudian.Mas Ilham mengangguk sambil tersenyum pada Mas Yudis. Aku bernapas lega. Bukan ingin menutupi kenyataan dari Mas Ilham tapi aku takut kondisinya akan semakin buruk. Mengingat cerita Delia soal ayahnya."Gimana kondisimu, Mas?" tanya Mas Gani."Alhamdulillah ini sudah mendingan," jawab Mas Ilham."Istirahat dan makan yang cukup, Mas, biar cepat pulih." Kali ini Mas Yudis yang berbicara."Iya, terima kasih." Mas Ilham tersenyum tulus pada Mas Yudis. Dari sorot matanya aku lihat Mas Ilham ingin mengungkapkan sesuatu. Tapi ditahannya."Betul tuh yang dibilang Yudis," sambung Mas Gani.Mas Yudis tampak mengamati mantan suamiku saat Mas Ilham ngobrol dengan Mas Gani. Entah apa yang ada di pikirannya. Dalam hati lembut sekali menyusup rasa takut.

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Hatiku Condong Padanya

    "Oh, Mas Yudis, silahkan, silahkan!" sapa Mas Ilham seraya tersenyum lebar dan beranjak dari tempat duduknya."Duduk aja, Mas Ilham. Maaf nih malah mengganggu acaranya," ungkap Mas Yudis. Aku bisa menangkap raut wajahnya yang tegang meski dia buat sebiasa mungkin."Ah, enggak kok. Mas Yudis dari mana nih?" tanya Mas Ilham."Sengaja ke sini, Mas. Adista yang ngajak. Katanya ada warung bakso yang enak."Aku tersenyum kaku pada Adista. Begitupun sebaliknya. Aku benar-benar seperti seorang pesakitan. Entah seperti apa wajahku saat ini. Rasa malu, rasa bersalah dan marah bercampur menjadi satu.Kenapa bisa seceroboh ini aku tak menanyakan dengan jelas tujuan Delia? Kalau sudah seperti ini perasaan orang jadi tersakiti. Aku yakin Mas Yudis tak suka melihatku bersama Mas Ilham. Bagaimanapun dia berusaha menutupinya."Ah, bisa aja Mas Yudis ini. Ya sudah, silahkan duduk dulu. Atau mau gabung sama Dek Mayang dan Delia?" tanya Mas Ilham polos dengan menjauh dari tempat duduk.Dahi Mas Yudis men

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Malu Tapi Mau

    Sekilas aku menatap wajah teduh Mas Yudis kemudian kembali menekuri meja. Kutautkan kedua jemari. Menata hati untuk menjawab pertanyaannya."Sebelumnya saya minta maaf, Mas. Jika selama ini ada perbuatan saya yang kurang berkenan di hati Mas Yudis sehingga menimbulkan prasangka-prasangka mengenai diri saya."Aku menghirup udara dengan rakus. Terlalu nerves untuk menjawab pertanyaan Mas Yudis tentang perasaanku."Tentang Mas Ilham, bagi saya dia adalah masa lalu. Semua tentangnya sudah kukubur dalam-dalam. Tak mungkin untuk kugali lagi. Saya sudah memaafkannya dan bagi saya semua sudah berakhir. Jika terpaksa saya harus berinteraksi dengannya, itu tak lain karena Delia. Karena bagaimanapun Mas Ilham adalah ayah Delia."Aku memberi jeda. Debar di dada semakin menggelora kala mata teduh itu kini menatapku."Untuk selanjutnya Mas Yudis mau melanjutkan pinangan terhadap saya atau tidak, semua keputusan ada pada Mas Yudis. Saya tak bisa memaksa. Jika mau dilanjutkan saya sangat bersyukur, j

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Ending

    Ada rasa nyeri di dalam sini. Mataku kini bahkan sudah dipenuhi kaca-kaca mendengar bentakan Mas Yudis. Semudah itukah dia membenciku? Percaya pada Tantenya yang bicaranya pun tidak seratus persen benar.Ingin kusegera pergi dari ruangan itu kalau tidak mengingat seringai kemenangan Tante Desi. Tidak. Akan kutunjukkan pada Tante Desi. Tak semudah itu dia mengusirku dari kehidupan Mas Yudis."Mas Yudis!" seru Adista. Sejak tadi adik Mas Yudis ini memegangi lenganku."Kalau Mas ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sejak awal sampai detik ini, tanya sama aku. Aku yang paling tahu semuanya, Mas.""Maksud kamu?" tanya Mas Yudis. Aku paham, dia pasti tak mengerti.Melihat kebingungan di wajah Mas Yudis kini aku mengerti. Kenapa dia bisa langsung emosi seperti tadi. Bagaimana tidak, dia yang tak tahu apa-apa. Bahkan sejak sadar dari koma dia buta. Tiba-tiba mendengar berita seperti yang Tante Desi katakan. Apalagi selama ini Tante Desi ibaratnya pengganti ibu baginya.Perlahan panas yang t

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Provokasi Tante Desi

    "Sintya, maaf, mas memilih jalan ini. Mas sudah bingung tak tahu lagi harus bagaimana. Mendengarmu berkali-kali didatangi orang BANK. Bahkan mereka mengancam mau menyita rumah ibu. Mas cuma bisa bingung sendiri karena tak bisa berbuat apa-apa. Mas tak ingin rumah ibu sampai disita BANK.Mas kira sebelumnya, suami Mayang yang katanya kaya itu nyuruh mas datang ke rumahnya, mau bantuin bayar hutang. Ternyata cuma omong kosong doang. Sok-sokan ngajari masmu ini buat nego ke BANK. Dia pikir pihak BANK mau tahu dengan kesusahan mas? Omong kosong doang bisanya. Belagu!Makanya mas akhirnya menerima perintah Daniel. Dia bilang mau lunasin hutang-hutang mas kalau mas berhasil melenyapkan Yudis yang belagu itu.Sialnya dia enggak mati. Malah tambah nyusahin pakai acara buta segala.Sintya, kalau mas meninggal, otomatis hutang di BANK lunas ditanggung pihak asuransi. Kamu tinggal urus surat kematian mas aja. Terus diajuin ke BANKnya. Sekarang kalian bisa hidup tenang. Tanpa dikejar-kejar penagi

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Remasan Kertas

    Telingaku masih berdenging terngiang ucapan Delia. Sehingga saat Bi Sumi mengangsurkan secangkir teh yang asapnya masih mengepul ke hadapanku beberapa saat hanya kuabaikan. Kabar yang baru saja aku dengar benar-benar seperti mencabut paksa nyawaku."Mas Ilham bunuh diri?" gumamku bertanya pada diri sendiri.Kurasakan punggungku diusap-usap. Aku menoleh. Hilda yang melakukannya."Kamu tenang, May! Mungkin sudah garis takdirnya seperti itu," ucapnya berusaha menenangkanku. Mangangsurkan secangkir teh yang tadi dipegang Bi Sumi. Kusesap sedikit. Tetapi tetap saja, hati ini rasanya tak ikhlas mendengar akhir hayat dari orang yang belasan tahun pernah membersamaiku setragis ini. Bahkan orang itu adalah ayah dari anakku.Bagaimanapun sungguh, meskipun ia telah sedemikian parah melukaiku, aku ingin saat kita telah berpisah seperti ini, entah aku ataupun dia bisa hidup bahagia ke depannya. Bersama-sama berperan serta dalam tumbuh kembang Delia putri kami. Tetapi ini ....? Oh, Tuhan, apa yan

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Tak Akan Tenang di Sana

    "Bunda!" Suara Delia terdengar serak dan lirih saat aku mengangkat teleponnya."Iya, Sayang. Ada apa? Apa yang terjadi?" cecarku karena begitu khawatir mendengarnya menangis.Delia tak menjawab. Hanya terdengar suara sedu sedannya saja."Del?" panggilku seraya beranjak dari kursi tunggu. Perasaanku jadi tak tenang. Apa yang terjadi pada putriku di rumah?Hilda yang duduk di sampingku menyentuh lenganku dengan tatapan penuh tanya. Aku hanya menggeleng sambil menajamkan pendengaran."Sayang, ada apa?" tanyaku lagi. Kakiku melangkah menjauh dari Hilda dan yang lainnya."Nda, Delia sudah jahat," ucapnya sambil menangis tersedu."Jahat kenapa, Sayang?" tanyaku dengan dahi mengernyit. Tak mengerti arah pembicaraan Delia.Lagi-lagi tak ada jawaban. Hanya sedu sedan Delia yang terdengar di ujung telepon. Tuhan, apa yang terjadi pada anakku?Hatiku berdebar tak karuan. Gelisah. Memikirkan berbagai hal buruk yang mungkin terjadi pada Delia. Ingin rasanya segera berlari ke rumah. Tetapi bagaima

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Bertubi Kabar Baik

    "Mana janda itu? Mana?"Terdengar teriakan seseorang di lantai bawah. Bergegas kuserahkan Farel pada Mba Kiki. Kemudian dengan langkah lebar menuju asal suara itu.Dari tangga kulihat Tante Desi berdiri berkacak pinggang. Mulutnya memaki dengan suara yang memekakan telinga."Di situ kamu rupanya. Turun!" teriaknya kepadaku saat aku menuruni tangga.Mau apalagi wanita itu memaki-maki di rumah ini?Dengan hati membara kupercepat langkah mendekati wanita paruh baya itu."Ada perlu apa Tante ke sini?" tanyaku tak kalah sengit. Aku tak suka orang lain seenaknya saja menghinaku. Padahal tak ada kesalahanku padanya."Kurang ajar memang kamu, ya! Gimana bisa Yudis ketemu wanita pembawa sial sepertimu!" makinya sambil telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arahku.Aku berdecih sambil membuang muka mendengar makiannya. Jika ada Mas Yudis di sini, masihkah wanita ini menghinaku begini?Kutarik nafas dalam-dalam kemudian kembali menatap wanita itu. "Tante, maaf, saya cape baru saja sampai rumah. Katakan

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Menyeaallah Sampai Mati

    "Kenapa Bunda enggak jujur sama aku?" Delia menatapku dengan kaca-kaca di mata saat aku baru saja memasuki kamar.Aku tertegun memandangnya. Mungkinkah Delia tahu tentang Mas Ilham?"Kenapa, Nda?" Kaca-kaca bening itu kini luruh mengaliri pipinya."Sayang!" Hanya itu yang terucap dari bibirku. Tak tahu harus berkata apa."Kenapa Bunda enggak bilang sama Delia?" Tubuh putriku bergetar oleh tangis.Kurengkuh dia dalam pelukan. Kuusap lembut rambut yang memanjang sampai punggungnya."Kenapa, Nda? Kenapa Delia harus punya Ayah jahat seperti dia? Kenapa, Nda?" Delia tergugu dalam pelukanku."Delia enggak mau punya Ayah seperti dia, Nda! Delia enggak mau!"Hatiku pedih. Mas Ilham tak henti-hentinya membuat anaknya terluka. Kenapa putriku harus terluka berkali-kali seperti ini, Tuhan? Dia tak salah apa-apa."Nda, tolong buat Delia bukan lagi anak dari penjahat seperti dia, Nda!"Hatiku sakit melihat anakku terluka begini. Ibu mana yang tak terluka melihat nasib anaknya begini menderita."Ma

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Bisa Gila

    "Aku buta, Dek. Apa kamu enggak malu punya suami sepertiku?" tanya Mas Yudis serak.Aku menggeleng tegas seolah Mas Yudis melihatku. "Enggak, Mas. Mas jangan berpikir seperti itu!""Tapi bagaimana aku bisa menjaga kalian? Sedang menjaga diriku saja sekarang aku enggak bisa." Suara Mas Yudis terdengar bergetar.Kuhela nafas panjang. Mengeratkan genggaman tangan Mas Yudis. "Kita akan saling menjaga, Mas. Aku akan jadi matamu. Kita pasti mampu melalui ini.""Maafkan aku, Dek. Aku pasti akan banyak sekali merepotkanmu." Air mata Mas Yudis semakin deras."Enggak, Mas. Itu memang kewajibanku sebagai istri. Mas enggak usah banyak pikiran, ya! Sekarang yang terpenting Mas sehat dulu." Kupaksa bibir ini mengulas senyum padahal Mas Yudis tak melihatnya.Mas Yudis mengangguk. Kemudian kami saling diam. Aku benar-benar marah pada Mas Ilham, Daniel dan Nirmala. Sungguh mereka bukan manusia. Tega mereka mencelakakan orang lain. Aku bertekad besok akan menemui mereka."Dek!" panggil Mas Yudis memec

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Kalian Harus Membayarnya

    Lututku lemas menyaksikan layar monitor dengan garis naik turun tak beraturan. Tanganku memegang erat besi brankar Mas Yudis. Menahan tubuh agar tidak ambruk."Selamatkan suamiku, Ya Allah! Jangan dulu Kau ambil dia!" lirihku diiringi derai air mata.Waktu berlalu begitu lambat. Jantungku seperti dicengkeram kuat oleh ketakutan yang teramat sangat."Bangun, Mas!" lirihku.Dokter dan perawat masih sibuk melakukan berbagai tindakan pada suamiku. Seunur hidup ini pertama kali aku begitu merasa takut kehilangan.Apa Mas Yudis dikirim Tuhan dalam hidupku untuk mengobati luka di hatiku? Kemudian setelah sembuh Dia mengambil Mas Yudis kembali?Jangan, Tuhan! Aku tak siap kehilangannya. Baru sekejap kebahagiaan ini aku rasa. Jangan ambil dia dulu!Entah berapa menit waktu berlalu. Berangsur garis-garis di layar monitor kembali stabil. Dokter terlihat menghela nafas lega.Hari terus berlalu. Mas Yudis masih belum menunjukkan perkembangan kondisinya. Setiap hari rutinitasku masih sama. Masih te

  • PERNIKAHAN YANG TERNODA    Selamatkan Suamiku

    Wajahnya langsung menunduk saat mata kami bertemu. Entah malu atau merasa bersalah. Tubuhku segera bangkit mendekati pria dengan bekas luka bakar di wajahnya."Mas Ilham?" tanyaku dengan perasaan marah membuncah.Mataku tajam menguliti pria dengan kedua tangan disatukan dengan borgol itu. Ingin kubunuh pria di depanku ini rasanya. Apa masalahnya sampai tega mencelakai Mas Yudis?Hilda memegangi lenganku yang menegang. Sahabatku pasti takut aku kalap. Sedang kita berada di kantor polisi."Kenapa, Mas? Kenapa kamu tega mencelakakan suamiku?" seruku.Mas Ilham hanya tertunduk diam."Jawab, Baj*ngan!" bentakku. "Belum puas dengan semua yang sudah kamu lakukan padaku dan Delia?"Kodorong kasar pundak Mas Ilham. Membuat tubuhnya itu terhuyung. Wajah penuh dengan bekas luka bakar itu masih terus menunduk."Jawab, Mas!" bentakku lagi."M ... maaf, Dek. Aku terpaksa. Aku ... aku butuh uang," akunya."Begini caramu mencari uang sekarang?" tanyaku geram. "Kurang baik apa selama ini Mas Yudis sam

DMCA.com Protection Status