Keesokan harinya, usai sarapan di salah satu restorant yang ada di hotel, Basti, Raline dan Aksel memilih sebuah tempat tertutup untuk membicarakan tentang insiden pemerkosaan terhadap Raline.
Mereka bertiga sempat pro dan kontra untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Basti yang cuek memilih untuk mempercayakan semuanya kepada pihak kepolisian, tapi Aksel dan Raline justru tidak menyetujui hal itu. Sebab hal itu hanya akan menimbulkan masalah baru, begitu kata mereka.
Aksel yang tidak setuju jika hal ini harus sampai ke ranah hukum, karena dia tidak mau nama baik Basti nantinya bisa jadi rusak jika sampai ada wartawan yang tahu perihal hubungan pernikahan Raline dengan Basti.
Sementara Raline sendiri, tidak mau nama baiknya tercemar dan
Basti memarkirkan toyota rush silvernya di bibir pantai di daerah Banten. Tampaknya wajah Basti sudah mulai sedikit rileks. Mungkin karena faktor cuaca yang begitu sejuk dan indah hari ini. Kondisi langit yang tertutup awan mendung membuat matahari tak bisa menyinari bumi dengan terik dan panasnya siang ini. Dan membiarkan bumi itu kelabu untuk beberapa waktu. Sepoi-sepoi angin di sepanjang pantai terlihat mengayun-ayun rambut panjang Raline ke sembarang arah. Dengan sigap Basti menarik tubuh Raline mendekatinya di atas kap mobil saat Raline hendak melangkah menuju tepi pantai. Basti mengikat sembarang rambut Raline dengan ikat rambut yang melingkar di lengan kiri Raline. Lalu mendekap tubuh mungil itu dari belakang. Pinggul Basti masih bersandar nyaman di atas kap mobilnya Kepalanya dia benamkan dalam-dalam di pangkal leher Raline yang di penuhi oleh anak-anak rambut yang menjuntai tak beraturan. Basti menyingkirkannya dengan satu tangan supaya bisa mengecup
Raline sungguh di buat dongkol oleh tingkah Basti yang jahilnya kebangetan. Padahal Raline sudah sangat serius menanggapi semua kata-kata Basti saat laki-laki itu mengatakan dirinya sudah seringkali tidur dengan banyak wanita. Yang kenyataannya, semua wanita-wanita itu hanyalah bayangan semu tak berwujud nyata. Alias, fantasi gilanya Bastian sendiri, saat dia sange sendirian dan dalam tidurnya, dia mimpi basah bersama wanita-wanita yang memang tak sama sekali di kenalnya. Jadi, yang dikatakan Bastian tadi itu hanya sebuah kebohongan belaka. "BASTIII!!! RESEEEE!!!" teriak Raline saat Bastian kabur dari hadapannya sewaktu Raline henda
Basti sudah berpakaian lengkap begitu mereka selesai dengan kegiatan panas mereka di dalam mobil. Dia melirik ke arah Raline di sampingnya yang tubuhnya kini hanya berbalut selimut milik Basti yang biasa laki-laki itu gunakan saat dia tertidur di mobil jika sedang shooting tengah malam. Pakaian Raline basah semua. Jadilah Raline terpaksa bugil di mobil. Dia cemberut pada Basti, yang terus tersenyum di sepanjang perjalanan pulang. "Nanti kalau di depan ada toko pakaian kita mampir ya? Udah dong, jangan cemberut terus," ucap Basti memecah keheningan di antara mereka. Basti mengelus puncak kepala Raline dan sedikit mengacak-acak rambut istrinya. "Kita? Nggak salah? Jadi ma
"Nih, minum dulu Bas?" Aksel memberikan sekaleng heineken dingin untuk Basti. Kini mereka duduk di sofa ruang Tv, untuk membicarakan penyelidikan yang dilakukan Aksel hari ini. "Gue udah sewa detektif swasta untuk menyelidiki kasus lo sama Raline. Dan gue udah buat perjanjian di atas materai sama dia untuk nggak menyebarluaskan kasus ini ke media," terang Aksel. Dia menyulut sebatang rokok dan menghisapnya santai. Sama halnya seperti yang dilakukan Basti. "Penyelidikan hari ini, dia udah dapetin hasil copian rekaman cctv di setiap sudut hotel di hari kejadian. Dia bilang, awalnya sih nggak ada hal-hal yang mencurigakan. Semua terlihat normal dalam rekaman itu. Sampai akhirnya, dia menemukan kejanggalan waktu dan tempat dari beberapa rekaman
Entah harus bahagia atau sedih, Raline sungguh bingung dengan perasaannya malam ini, setelah dia mendengar pengakuan Helen di depan Mira dan Ibnu tadi. * "Saya sangat menyesal telah memperlakukan Raline dan keluarga Bapak Ibnu dengan perlakuan buruk selama ini. Saya ini pernah memiliki pengalaman buruk terhadap seorang wanita yang dulu pernah menghancurkan rumah tangga saya sampai akhirnya suami saya harus masuk penjara. Dan sekarang, apa yang menimpa Basti sama persis dengan tragedi yang dulu pernah menimpa suami saya. Dulu, saya lebih memilih percaya dengan wanita itu daripada suami saya sendiri hingga setelahnya saya justru menyesal. Itulah sebabnya, kini saya lebih memilih untuk percaya pada Basti, anak saya, daripada percaya pada Raline. Saya takut Raline itu tak jauh berbeda
Keesokan paginya, Raline baru saja selesai mandi. Dia keluar dari kamar setelah rapi dengan setelan seragam kerjanya. Hari ini, Raline masuk shift pagi. Semalam dia sudah menelefon Mak Lia, Spv nya di GHI mengenai statusnya sekarang, apakah Raline masih di perbolehkan untuk bekerja atau tidak, setelah insiden malam itu. Saat dirinya ditarik paksa oleh Basti untuk pergi meninggalkan salon padahal dia masih dalam posisi bekerja. Raline takut jika ternyata dia sudah tidak diperbolehkan untuk bekerja lagi alias di pecat. Tapi, setelah mendengar penjelasan Mak Lia di telepon Raline merasa sangat lega, karena dia masih di beri kesempatan untuk bekerja di salon itu. Langkah Raline ki
Dunia Jonas berguncang dan runtuh. Jonas linglung. Dia kehilangan pijakannya untuk berdiri. Hatinya sakit bak di rajam belati. Dadanya sesak seperti menghirup penuh gas beracun yang membuatnya bahkan ingin mati. Helen begitu tega mengkhianatinya. Dia main gila di belakang Jonas dengan Aldri, adik angkat Jonas sendiri. Bahkan tak tanggung-tanggung, pengkhianatan itu terus berlanjut sampai Helen hamil untuk yang ke dua kalinya, saat usia Basti menginjak lima tahun. Padahal, Jonas sudah berusaha untuk bungkam dan diam. Dia rela dikhianati asal Helen bahagia. Di
"Mas? Mas Jonas?" Helen mengguncang bahu suaminya tiga kali. Sepertinya, Jonas mulai melamun lagi. Dan Helen sudah tidak aneh lagi, dengan kebiasaan Jonas yang satu itu. Melamun tanpa sebab yang jelas. Dan jika ditanya ada apa, suaminya itu hanya menjawab dengan beberapa kali gelengan kepala. "Mas? Kenapa sih? Kok diem aja? Apa karena kamu habis melihat video Basti dan Raline tadi?" tanya Helen. Dia menyandarkan pinggulnya di meja. Di samping Jonas. Jonas tersenyum tipis. Dia mendongak dan menatap wajah Helen. "Aku malu, Len," ucapnya dengan suara yang sangat pelan. "Malu kenapa Mas?" tanya Helen tak mengerti. Dia bisa melihat raut cemas di wajah Jonas yang terlihat mulai keriput, tapi bagi Helen dia tetap tampan. "Nggak lama lagi aku bebas dan sampai saat ini aku masih merasa belum siap bertemu dengan anak-anak kita. Basti dan Bayu. Aku takut mereka m
Bastian DirgantaraSetelah keluar dari terik matahari yang membakar diri, aku tergelincir jatuh dari tempatku bernaung sebelum ini.Tempat di mana pertama kalinya kita bertemu.Saat itu, waktu seolah berhenti di sana.Aku masih berjalan pada jalur yang sama. Aku masih memandang pada titik yang sama.Langit di tepi pantai ini.Saat aku melihatnya lebih dalam, Langit itu melebur dan berubah menjadi kaca. Tapi setelahnya langit itu membeku dan berubah menjadi sebuah cermin.Langit itu membentuk bayangan wajahmu.Raline Septia Wulandari...Hanya wajahmu, tak ada yang lain.Aku memang berpura-pura telah melupakanmu selama ini, semua itu aku lakukan demi Stella, demi Aksel.Tapi sekarang, aku kembali sendirian. Tanpa mereka. Aksel m
"Bu, ayo dong Bu, cepetan! Ibu lama banget nih dandannya! Kita udah kelaperan tau, Bu..." panggil Delisha yang begitu bersemangat saat dia tahu sang Kakak Devano, mengajaknya ke resort yang dulu pernah jadi milik mereka. Katanya sih mau di undang makan malam sama orang kaya gitu. Terus ikutan nimbrung acara bakar ayam di tepi pantai. Pasti seru banget deh!"Aduh... Ibunya Devano udah kayak Abg aja deh, dandan pake lama daritadi, nanti kita keburu kehabisan makanannya, Bu," kali ini Devano yang protes. Pasalnya, dia sudah mati pegal daritadi harus gendong rindu yang nggak mau di taruh sama sekali."Iya, sabar... Nggak enakkan kalo dateng ke acara resmi Ibu keliatan kucel," Raline mempercepat kegiatan make upnya. Merapikan posisi pakaiannya sekali lagi, barulah setelah itu dia keluar dari dalam kamar.Devano sempat terpana melihat penampilan sang Ibu yang tidak seperti biasanya. Devano memang tidak memungkiri lagi, baginya, Raline adalah wanita tercantik di dunia.
Devano pulang ke rumah dengan wajah sumringah. Nyeri di sekujur tubuhnya seolah tak lagi dia rasa karena saat ini dia pulang dengan membawa berita gembira."Assalamualaikum, Bu, Ibu... Devano pulang, Bu..." teriaknya seraya berlari kecil ke dalam rumahnya yang terbilang sangat sederhana."Asik, Mas Dev bawa makanan," seru Delisha salah satu adik Devano. Delisha dengan sigap merogoh ke dalam kantong plastik yang di bawa sang Kakak. Dia terlihat sangat gembira."Ibu mana, Dek?" tanya Devano pada Delisha saat tak di dapatinya sang Ibu. Sementara ke dua adiknya yang lain, Rania yang baru berumur empat tahun dan Rindu yang berumur dua tahun, terlihat sedang tertidur pulas di kamar."Tadi, Pak De Kahfi ke sini jemput Ibu, katanya sih mau ajak Ibu ke rumah sakit, perginya buru-buru banget, terus Ibu titip Rania sama Rindu ke Delisha. Untung Rindu nggak rewel. Delisha cape daritadi, jagain mereka, Mas lama banget pulangnya, terus itu muka kenapa coba, biru-biru b
"Jangan bawa saya ke kantor polisi, Om. Kasihan Ibu di rumah, Om..." tangis bocah itu terdengar miris. Mengiris hati Basti."Sekarang, kamu tunggu dulu di mobil, Om. Om urus dulu masalahmu dengan orang-orang ini di dalam ya?"Basti mengajak bocah itu memasuki mobilnya di mana Aksel dan Keyra tengah menunggunya di dalam. Dan setelah itu, Basti beranjak kembali menuju resort tadi."Iyyuuuwwhh bauuu! Papah apa-apaan sih? Sampah dibawa masuk ke mobil! Idih!" Keyra berteriak dengan ekspresi jijiknya yang kelewat lebay. Dia menggerutu sendiri dan memilih keluar dari dalam mobil. Aksel pun jadi ikutan keluar. Masalahnya mereka sedang di pinggir jalan raya."Keyra, nggak boleh bicara seperti itu! Ayo masuk lagi, bahaya ini pinggir jalan," ajak Aksel yang mencoba menarik tangan anaknya untuk kembali masuk ke dalam mobil.Keyra menepis kasar tangan sang Bunda. Dia cemberut dan
Delapan tahun berlalu.Semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.Keyra tumbuh menjadi anak yang cantik, manis, pintar, enerjik dan sangat menggemaskan.Aksel menjelma menjadi sosok ibu yang baik dan sangat feminim. Dan hal itu jelas membuat Basti semakin tergila-gila padanya."Kenapa sih, liburan sekolah tahun ini kita cuma ke Jogya? Biasanya juga keluar negeri," gerutu Keyra di jok belakang. Bibir mungilnya terus cemberut di sepanjang perjalanan. Dia memilin kepang kudanya seraya memeluk boneka teddy bear coklat kesayangannya, yang dia beri nama, Devano, sama seperti nama aktor tampan asal malaysia, sahabat Tantenya Anggun, yang sangat dia idolakan."Ke luar negeri kemana lagi sih? Semua penjuru dunia udah kita datenginkan? Sekali-sekali kita liburan di dalam negerikan nggak apa-apa, cantik... Sekalian Papah bisa membantu meringankan pekerjaan Om Bayu,"
Hari berganti. Musim berubah. Waktu berputar pada porosnya. Detik demi detik berlalu. Menyisakan asa pilu yang menggerogoti diri pun mengikis nurani. Penyesalan itu pun datang kian bertubi-tubi.Laki-laki itu tetap diam tanpa kata. Tetap dengan tatapannya yang kosong dan menerawang jauh ke depan.Tubuhnya terlihat lebih kurus, wajahnya tirus dan tidak terawat, hingga di tumbuhi janggut-janggut tebal yang tumbuh tak beraturan di seputaran dagunya. Sinar bola mata coklat maroon itu meredup tak bercahaya bahkan selalu terlapisi oleh cairan bening yang berkaca-kaca. Rambutnya yang awut-awutan dan sudah memutih, terlihat seperti sarang burung yang kotor.Laki-laki itu terdiam dalam duduknya yang tepekur di lantai, di dalam sebuah panti rehabilitasi khusus lansia pengidap gangguan jiwa. Dia terlihat mengukir sebuah nama di lantai itu menggunakan jari telunjuknya.BASTIAN, anakku...Satu titik air matanya jatuh tanpa mampu lagi dia tahan.*
Khalid, Kamal dan Kahfi benar-benar mewujudkan kata-kata mereka.Yaitu, mengurus semua keperluan pernikahan Keanu dan Raline.Hanya dalam waktu satu bulan semuanya rampung secara sempurna.Dan inilah saatnya.Dimana sang adik bungsu mereka mengucap ikrar janji suci di hadapan sang maha pencipta.Acar ijab kabul itu berlangsung sederhana di kediaman Keanu yang dihadiri oleh beberapa kerabat dekat saja. Sebab acara hanya diadakan secara sederhana tanpa ada resepsi apapun.Raline terlihat cantik dalam balutan kebaya putihnya, pun Keanu yang terlihat sangat gagah dalam balutan jas hitamnya serta sebuah peci hitam di kepalanya.Wali hakim di tunjuk sebagai wali pernikahan Raline, sebab Raline tak memiliki sanak saudara laki-laki selain almarhum Ibnu.Acara pagi itu dimulai dengan pembacaan doa oleh penghulu, sebelum acara Ijab dan kabul terlaksana. Setelah lima belas menit pembacaan doa usai, penghulu pun melanjutkan prosesi acara k
Hari ini Raline libur bekerja, begitupun Keanu, yang memang sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Jadilah, seharian ini Keanu mengajak Raline berjalan-jalan dengan Vixion merah kesayangannya.Keanu mengajak Raline ke sebuah air terjun di daerah bogor.Curug Putri Kencana namanya.Curug yang berada di Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, ini aksesnya cukup mudah dengan kendaraan pribadi, seperti mobil dan motor.Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 15 ribu, pengunjung bisa seru-seruan menikmati segarnya air terjun hingga melompat dari jembatan bambu setinggi 10 meter. Bisa juga mendirikan tenda dengan membayar biaya tambahan Rp 15 ribu saja. Dan itulah yang Raline dan Keanu rencanakan. Mereka akan menginap satu malam dengan satu tenda yang telah mereka sewa sebelumnya. Tenda yang mereka dirikan tepat menghadap ke arah air terjun."Dingin banget, Mas airnya," seru Raline seraya mencipratkan air ke wajah Keanu. Membuat wajah Keanu menger
Kayla meninggal dunia.Keanu benar-benar terpukul atas kepergian Kayla, setelah perjuangan panjang dan pengorbanannya selama ini, ternyata Tuhan berkehendak lain.Raline terus menemani Keanu sepanjang prosesi pemakaman Kayla. Sampai laki-laki itu kembali ke rumahnya bersama ke tiga Kakak laki-lakinya.Khalid, Kamal dan Kahfi.Mereka terlihat sangat perhatian terhadap Keanu."Ikhlas, Nu. Kayla udah tenang sama Mamah dan Papah di sana. Dia sudah bahagia sekarang. Jangan di tangisi terus," ucap Khalid sang Kakak tertua. Dia duduk di sebelah Keanu seraya mengelus pelan bahu adiknya."Sekarang giliran lo perhatiin diri lo sendiri. Lo udah berjuang keras demi Kayla selama ini sampai-sampai lo nggak mikirin kehidupan lo. Udah waktunya lo berumah tangga, bahagia..." sambung Kahfi menambahi."Kayla juga pasti bakal seneng kalau liat lo bahagia, iyakan Mas?" kali ini suara Kamal yang terdengar, dia melirik Khalid dengan ke dua alisnya yang naik