Yudistira melihat ibunya nampak kecewa dengan hasil masakan Keysha, Yudistira sendiri belum mencicipi bagaimana rasanya menu yang tersaji di meja makan. Ekor matanya melihat ke arah Keysha yang duduk di sebelahnya dan terlihat mata Keysha berkaca-kaca menahan tangis. “Dania, buatkan ibu sesuatu untuk di makan,” titah Rani pada Dania “Baik Bu,” jawab Dania seraya bangkit dari tempat ia duduk, di ikuti Rani. “Dania, nanti bawa ke kamar, Ibu mau makan di kamar, aku ndak selera lihat masakannya Keysha,” ujar Rani lagi, dengan ketus. Dania hanya mengangguk dan berjalan ke arah dapur. Sementara Keysha dan Yudistira masih duduk di kursi makan. Yudistira menatap hidangan yang tersaji di hadapanya, lalu ia ambil piring dan di isi dengan nasi dan ayam goreng berbalut tepung, juga ca brokoli, wortel dan udang. Berlahan ia menyuap makanan ke dalam mulutnya. Yudiatira merasakan hambar, Keysha mungkin lupa memberi garam dan penyedap rasa, tapi ia tetap mengunyah dan menelannya, suap dem
Keysha berdiri di depan jendela kantor, sambil menyesep secangkir kopi di tangannya, pemandangan kota Jakarta, gedung-gedung yang menjulang tinggi seakan saling bersaing untuk menyentuh langit, dari lantai 8 terlihat begitu jelas. Ingatan Keysha, melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu, ia merasa menjadi seorang istri yang tidak ada gunanya, pekerjaan yang harusnya mudah bagi seorang wanita, bagi Keysha itu hal sulit. Untunglah Yudistira menerima segala kekurangan Keysha. Tok..tok… suara pintu di ketok. ‘’Masuk,’’ ucap Keysha, sambil netranya melihat ke arah pintu. Sekretaris Haris yang bernama Nova, muncul di balik pintu, wanita muda, bertubuh sintal, kulit putih, rambut seleher, dengan baju pendek selutut itu, menghampiri Keysha seraya berkata. ‘’Bu Keysha, ini ada hadiah dari Pak Haris.’’ Nova, menyerahkan sebuah kunci mobil kepada Keysha, beserta surat-suratnya. Keysha, mengeryitkan dahi, ia ragu untuk menerima hadiah yang menurutnya terlalu berlebihan. Tapi Keysha
Berlahan mobil yang ditumpangi Yudistira dan Keysha memasuki perumahan elit, Amora Hill regency. Mobil berhenti setelah melewati pagar rumah Rama yang dijaga seorang security. Di depan pintu rumah, Rama dan Risma sudah berdiri menunggu kedatangan menantu dan putrinya. Keysha menuruni mobil diikuti dengan Yudistira, keduanya berjalan menghampiri Rama dan Risma . ‘’Assalamu’alaikum, Pah, Mah,’’ sapa Yudistira sambil memcium punggung tangan mertuanya. Diikuti Keysha. ‘’Waalaikumsalam,’’ jawab Risma seraya memeluk Keysha . ‘’Bagaimana kabarmu, Sha?” tanya Risma, mengurai pelukannya. ‘’Baik, Mah.’’ ‘’Baik kok kurus gitu tubuhmu, makanmu tidak teratur ya,’’ tukas Rama ‘’Ayo kita masuk,” ajak Risma, sebelum situasi memanas karena ucapan suaminya. Mereka berempat menuju ke ruang makan, lalu duduk di kursi, di atas meja sudah tersedia anekan macam menu masakan, buah dan minuman. ‘’Kamu pasti kangen ‘kan dengan masakan Bi Arum, ini semua kesukaanmu, ada gurami asam manis, sop iga
Yudistira melajukan motornya, menuju sebuah klinik laboratorium yang tidak terlalu besar. Yang kebetulan teman SMAnya bekerja di sana. Jadi dengan bantuan temannya, Yudistira akan melakukkan test DNA. Debar hati di dada semakin kuat, rasa ingin tahu, apakah Rama ayah biologisnya terus membayang dalam hidup Yudistira akhir-akhir ini, hingga membuatnya harus menjaga jarak dengan Keysha.Menahan segala rasa, hasrat untuk bercinta, Yudistira berharap Keysha tidak salah paham dengan sikapnya ini, akhir-akhir ini dia selalu cemburu kepada Dania. Jika cemburu adalah kata lain dari sebuah cinta, Yudistira sangat senang, jika Keysha memiliki rasa cemburu. Terkadang Yudistira juga berpikir, apa benar yang di katakan Keysha, jika Dania diam-diam menyimpan rasa cinta kepadanya, entahlah, sesama wanita mungkin lebih peka dalam menilai perasaaan seseorang, tetapi Yudistira pribadi, menganggap Dania adalah sahabatnya, tidak lebih dari itu.Yudistrs terus melajukan motornya, melewati kemacetan j
Yudistira tidak menyangka akan bertemu Keysha di kantor Haris. Keysha mendekat ke arah Yudistira, ia nampak cemas ketika melihat tangan Yudistira penuh luka lecet.“Mas, tanganmu kenapa, kamu habis jatuh?” tanya Keysha, sambil memegang tangan Yudistira.“Nggak apa-pa Sha, hanya luka lecet, tadi motorku menabrak mobil Pak Haris, dan aku ke sini untuk minta ganti biaya perbaikan motor,” jelas Yudistira.“Oh maaf, Pak Haris tapi, tidak usah diganti untuk biaya perbaikannya, Iyakan Mas, tidak usah diganti,” ucap Keysha, memandang Yudistira dengan sedikit memberi isyarat supaya setuju dengan perkataanya.“Jangan dong Keysha, aku yang salah, dan kami tadi sudah saling sepakat untuk berdamai,” jawab Pak Haris, berjalan mendekat ke sofa dan duduk di sofa.Yudistira menjadi salah tingkah, ia tidak mengerti apa maksud Keysha untuk tidak minta ganti. Tapi demi untuk tidak memperpanjang masalah, akhirnya Yudistira mengalah, walaupun sebenarnya ia tidak suka Keysha turut campur dalam ma
Bunyi ponsel berdering nyaring, mengagetkan Yudistira yang sedang fokus menyelesaikan pekerjaannya di depan laptap. Ia pun menghentikan aktivitasnya dan meraih ponselnya, nama Anton, teman yang bekerja di klinik laboratorium ada di layar ponsel, dengan segera Yudistira menekan tombol berwarna hijau.“Halo, Anton,”sapa Yudistira.“Yudistira, hari ini, hasil DNA sudah dapat di ambil.”“Oke, aku segera ke sana, terima kasih.”Yudistira mematikan ponselnya, diraihnya jaket kulit yang tergantung di dinding dan berjalan keluar rumah, setelah mengunci pintu depan ia pun menuju motornya dan menstaternya lalu tancap gas menuju klinik laboratorium. Di sepanjang perjalanan jantungnya berdetak kencang, rasa was-was mengelayuti hatinya, motor pun melaju dengan kecepatan tinggi, ia tak sabar mengetahui hasil DNA. Akhirnya Yudistira sampai di klinik dalam waktu 15 menit, sudah tidak sabar rasanya ingin mengetahui hasil test DNA. Kakinya dilangkahkan menuju ruangan Anton, setelah mengetuk pintu, da
Bahagia, satu kata yang kini menghiasi hati Keysha, makan siang bersama Yudistira di kafe dekat kantor, telah menggambarkan bahwa pertengkaran kecil mereka beberapa hari yang lalu telah usai, mereka melupakan perselesihan itu. Setelah makan siang bersama, berlanjut di malam hari. Yudistira memberikan Keysha kejutan sepulang dari kerja, makan malam romantis dengan lilin dan sekuntum bunga mawar merah menghiasi meja makan. Hal yang sederhana, tapi mampu membuat hati Keysha berbunga-bunga, sebuah lagu dilantunkan dengan iringan petikan gitar. Senyum mengembang di sudut bibir Yudistira, rindu yang tertahan akhirnya terluapkan sudah, dengan gairah cinta yang membuncah, kedua insan terbang ke nirwana merengkuh indahnya bercinta. Malam ini Keysha dan Yudistira ingin lebih lama dalam dekapan sang kekasih hati.***Sinar mentari menyapa, menembus jendela kaca dengan tirai yang sudah teruka, berlahan Keysha membuka mata, dan mengeliat, seperti biasaanya Yudistira bangun lebih dulu darinya,
Keysha nampak berbinar-binar, ucapan selamat masih mengalir rasa bangga dan bahagia menyelimuti dirinya, tapi ada satu yang masih Keysha abaikan yaitu ia belum memberitahukan tentang kenaikan jabatannya sebagai direktur utama kepada Yudistira. Keysha sebenarnya ingin mencari moment yang tepat, untuk memberitahukan kabar bahagia ini.Di ruang baru, kantor yang lebih besar, ada sofa di sudut ruangan membuat lebih nyaman, Keysha duduk di kursi, di hadapannya sebuah meja dan papan nama bertuliskan nama dan jabatannya, ia tersenyum ada rasa kepuasan ketika cita-cita telah tercapai. Lamunannya buyar ketika suara pintu diketuk.Tok..tok…“Masuk,” suruh Keysha pada seseorang yang mengetuk pintu, kemudian pintu pun dibuka, terlihat Rendi muncul di balik pintu dengan senyum mengembang, dan melangkah masuk duduk di sofa.“Pak Rendi,” ucap Keysha, berjalan menghampiri Rendi, serta duduk di sofa.“Keysha, jangan pangil Pak, kita ‘kan hanya berdua di sini.”“Tidak, Pak Rendi, selama itu