Sementara itu di tempat lain, di kantor PT. Agratama Corp, Keysha sedang mengikuti rapat direksi, ia melakukan presentase dan laporan keuangan, kinerjanya sebagai manager keuangan sangat memuaskan Haris, selaku CEO PT. Agratama Corp. Matanya tak lepas dari Keysha, diam–diam ia mengagumi kecerdasan Keysha. Beberapa jam berlalu, rapat direksi telah selesai, para staff dan para direksi meninggalkan ruang meeting. Keysha dan Haris nampak masih sibuk dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya. “Keysha, terima kasih, kinerjamu luar biasa, kamu patut di promosikan menjadi direktur utama, di perusahaan ini,” puji Haris dengan melempar senyum. “Terima kasih Pak Haris, dan saya senang, jika Pak Haris menyukai kinerja saya,” jawab Keysha, membalas senyuman Haris “Sayang ya, kamu sudah menikah, kalau belum, akan aku jodohkan dengan Rendi, putraku.” Keysha tersenyum,” Pak Haris mungkin kagum dengan kinerja saya, tapi saya yakin, jika tahu saya bukan istri yang sempurna, pasti Pak Haris tidak
Beberapa jam kemudian, mendaratlah pesawat yang ditumpangi Keysha di Bandara Udara Changi Singapura, dengan semangat Keysha turun dari pesawat. Ia melangkahkan kaki menuju luar Bandara, di sana sudah ada seseorang yang menjemput. “Welcome to Singapura, Bu Keysha,” ucap staff wanita yang ditugaskan menjemput Keysha “Terima kasih.” “Kenalkan Bu Keysha, saya Noni, sekrtaris pribadi Pak Rendi” sapa Noni, sambil menjabat tangan Keysha. “Ooh iya, salam kenal juga.” “Bu Keysha, kami sudah siapkan hotel untuk Ibu istirahat, dan besok pagi ada sopir kami yang akan menjemput.” “Oke terima kasih,” balas Keysha. Lalu Noni dan Keysha naik ke dalam mobil, setelah itu mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju hotel. Beberapa menit kemudian sampailah mereka di depan Hotel bintang 5 yang cukup mewah. Keysha beserta Noni terus dan memasuki loby hotel, setelah melakukan chek in. Noni berpamitan pergi. Setelah kepergian Noni, keysha menuju ke kamarnya, kamar 910, yang terletak di lantai 9
Pagi juga menyapa Kyesha. Keysha mengecilkan pendingin ruangan, suasana pagi nampak indah terlihat dari lantai 9, Keysha menyerutup cokelat panas favoitnya, kemudian ia beranjak keluar kamar, dengan memakai baju santai, ia berniat untuk jalan-jalan pagi di sekitar hotel. Langkah kecil membawanya di suatu taman yang berada beberapa meter dari hotel tempatnya menginap, suasana taman nampak ramai sekali ini, karena letak taman di kelilingi beberapa hotel dan apartemen, jadi di pagi hari, banyak orang yang berolahraga kecil di sekitar taman. Dengan langkah kecilnya Keysha berjalan-jalan mengelilingi taman, sesekali netranya menatap anak-anak kecil yang sedang berkejar-kejaran sambil tertawa kecil, Keysha pun membayangkan suatu ketika ia dan Yudistira mempunyai anak dan bermain-main di taman, senyum kecil di sudut bibir Keysha mengembang. Rasanya ia tidak sabar menunggu hari itu tiba. Khayalan Keysha buyar, ketika bunyi perut mengganggunya, ia pun bergegas menuju hotel, untuk sarapan
Sepulang dari Jogya, bukan membuat Yudistira tenang malah semakin gelisah. Ia tidak mengerti dengan reaksi ibunya setelah diperlihatkan foto orang tua Keysha. Yudistira tidak mengerti, apakah penolakan ibu terhadap keluarga Keysha itu ada hubungannya dengan tragedi di masa lalu, atau karena Ibu memang tidak menyukai Keysha sebagai menantunya, semuanya masih teka-teki baginya. Yudistira terus berfikir keras untuk mengetahui apakah Rama Atmajaya adalah ayah biologisnya atau bukan. Jalan satu-satunya mungkin harus tes DNA untuk memastikan apakah Rama ayahnya atau bukan, karena tidak mungkin Yudistira mendesak Ibu untuk mengatakan yang sebenarnya, tapi ia harus mengetahui apakah dirinya dan Keysha ada hubungan darah atau tidak, karena ini sangatlah penting. Malam tanpa Keysha, membuat suasana rumah sepi, beberapa hari Keysha tidak di samping Yudistira membuatnya rindu. Rindu dengan aroma parfumnya yang khas aroma melati, juga yang paling membuat Yudistira kangen adalah manjanya Keysha
Beberapa hari di Singapura, Keysha merindukan Yudistira. Tapi apa Yudistira juga sama merindukan Keysha juga. Keysha menatap langit kamar hotel, setelah seharian bekerja membuatnya lelah. Ada beberapa masalah serius di kantor cabang yang menyangkut data keuangan, di duga terjadi kebocoran dana, tapi Keysha dan Rendi belum tahu siapa saja yang terlibat korupsi. Keysha berharap semoga dua hari ini akan selesai, jadi ia akan segera kembali ke Jakarta. Seharian ini Yudistira belum meneleponnya., Keysha pun berinisiatif untuk menghubunginya, segera Ia tekan tombol teffon di layar ponsel yang tertera nama Mas Yudistira, nada tersambung tapi kenapa lama sekali di angkat, akhirnya panggilan Keysha di agkat. Dan Ia dengar suara wanita di seberang telfon. “Assalamu’alikum, Keysha.” “Waalaikumsalam, ini siapa ya?” tanya Keysha, begitu heran, kenapa yang menjawab seorang perempuan. “Kamu tidak mengenali suara Ibu mertuamu,” sahut Rani. “Ibu, apa Mas Yudis bersama Ibu?” tanya Keysha
Pukul sembilan pagi waktu Singapura, Keysha masih duduk terdiam di loby hotel, setelah menikmati breakfast di resto hotel, dia memesan taxi. Sejak kemarin Keysha belum menghubungi Yudistira, demikian juga Yudistira belum menghubungi Keysha. Ada perasaan sedih ketika Keysha merasa diabaikan, tapi entahlah, Yudistira sibuk atau mungkin ia mulai mengabaikan Keysha. Keysha sibuk berselancar di dunia maya, ia pun iseng membuka status W*. Netranya menangkap hal yang aneh, status W* Yudistira yang menuliskan “bersama orang yang kusayangi.” Keysha semakin gelisah, apa maksud Yudistira menuliskan hal itu, ditujukan pada siapakah tulisan itu, pada Ibunya atau pada Dania. Keysha terperanjak kaget ketika, Rendi sudah ada di hadapannya, dengan buket bunga mawar warna merah di tangannya. “Ini untukmu, sebagai tanda terima kasih, karena sudah membantu menyelesaikan masalah pekerjaan,” ucap Rendi sambil menyodorkan buket bunga mawar ke arah Keysha, tak lupa Rendi mengulas senyum pada wanita yang
Keysha, berdiri di depan jendela kamar, di sudut netranya mengembun, berlahan di usapnya dengan jari jemarinya, Ia merasakan tubuh Yudistira merekat di punggungnya dan tangan Yudistira melingkar di pinggang Keysha, Yudistira mencium lembut tekuk istrinya dan menengelamkan wajahnya di ceruk leher Keysha. “Kamu, cemburu Sha.” “Menurutmu, apa aku berlebihan, jika aku cemburu, ada tamu di rumah kita, dan tamu itu seorang wanita, sementara kamu hanya diam, aku sakit hati, karena aku mengetahui hal ini bukan dari dirimu Mas,” tukas Keysha, dengan menahan tangis. “Maaf Sha, aku belum sempat, aku begitu sibuk mempersiapkan untuk menyambut kedatangan Ibu.” Yudistira semakin erat memeluk Keysha. Keysha berusaha mengurai pelukan Yudistira. “Lepaskan, Mas.” “Nggak, sebelum kamu memaafkanku, tidak akan kulepas.” “Baik, aku memaafkanmu.” Yudistira membalikan tubuh Keysha menghadapnya. Tubuh mereka masih rekat, tangan Yudistira masih memeluk erat Keysha, dan menatap lembut kedua m
Keysha berjalan menuju dapur, sementara Yudistira hanya bisa menatap nanar Keysha. Yudistira tahu benar, Keysha akan kesulitan, sebenarnya memasak adalah pekerjaan yang mudah bagi sebagian besar wanita, tetapi tidak begitu dengan Keysha, mungkin ini adalah tantangan terberat dalam hidupnya, apalagi tantangan itu diberikan pada ibu mertuanya. Keysha sudah berdiri di depan meja dapur, ia mengeluarkan satu–persatu bahan masakan yang telah dibelinya, setelah semuanya siap di meja, Keysha membuka ponselnya, chat W* dari Hanin telah masuk, kemudian dibuka dan dibaca resep ayam goreng krispi dan ca brokoli sudah terpampang di layar ponsel, dengan seksama Keysha membaca kata demi kata, dan ia pun beraksi. 2 bungkus ayam dibukanya lalu di cuci bersih, setelah itu di potong. “Auw..” teriak Keysha, membuat Yudistira cemas dan segera menghampiri Keysha “Sha, ada apa?” “Jariku teriris, aduh sakit banget.” Jari telunjuk kiri Keysha mengeluarkan darah. “Hati-hati Sha, sini aku obati dulu.
Satu bulan berlalu, Yudistira dan Dania resmi bercerai. Yudistira resign dari CEO Agratama Corp.Yudistira, mengemasi barang-barangnya dan memasukkanya didalam kardus, meja kerja yang selalu menemaninya selama hampir 5 tahun, ini, kini nampak kosong. Terlihat Ena muncul di balik pintu, ia tersenyum getir ketika menatap Yudistira.“Aku, menyesal, dengan keputusan kalian untuk bercerai. Aku tahu kamu tidak mencintai Dania, walaupun Dania berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Kamu tahu, aku merasa ini tidak adil untuk Dania, salah putriku apa? Hingga ia mengalami luka yang dalam seperti ini,” ucap Ena, ada gurat kesedihan di wajahnya, memikirkan nasib Dania.“Maafkan aku Bu Ena, ini juga diluar kuasaku, aku pun berniat mempertahankan pernikahanku dengan Dania, tapi ia sendiri yang memutuskan bercerai,” balas Yudistira.“Kamu akan menikahi Keysha?” tanya Ena, tatapannya nanar ke arah Yudistira.“Aku dan Keysha, memang tak seharusnya berpisah, yang patut di salahkan atas kekacauan ini
Di malam tanpa bintang, di tempat berbeda, Dania termenung menatap halaman rumahnya dari atas balkon, bayang-bayang peristiwa tadi siang membuatnya berpikir keras untuk membuat keputusan, akhirnya ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. “Hallo, selamat malam, Pak Satria. Tolong siapkan berkas gugatan ceraiku terhadap Yudistira.” Tak biasanya pagi ini, sinar mentari seakan enggan bersinar. Awan hitam mengantung di langit, mewakili tiga hati yang sedang galau, terbelenggu dalam sebuah cinta segi tiga yang begitu rumit. Dania berjalan pelan, menuruni anak tangga, setelah di beritahu Bi Marni, jika Pak Satria sudah menunggu di ruang tamu. Kedua matanya yang sembab hanya di sapu dengan bedak tipis, supaya menyamarkan, jika dia semalaman habis menangis. “Pagi, Pak Satria,” sapa Dania begitu melihat tamunya sudah duduk di sofa tamu. “Pagi, Bu Dania,” jawab Pak Satria, pengacara keluarga Ena. “Bagaimana Pak, apa berkas gugatan perceraian sudah disiapkan.” “Sudah Bu, ini beberapa b
Keesokan harinya, Dania pergi menemui Tiara di sekolahnya. Dania ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, yang membuat Tiara di marahi oleh Keysha. Langkahnya terhenti di pintu masuk kelas Tiara. Bu lastri menghentikan Dania. “Maaf Bu Dania, Bunda Tiara yaitu Ibu Keysha, melarang Bu Dania menemui Tiara,” ucap Bu Lastri. “Iya, saya tahu, saya ke sini ingin meminta maaf pada Tiara, sebentar saja,” pinta Dania, netranya berkaca-kaca membuat Bu Lastri tidak tega. Akhirnya dengan berat hati Bu Lastri menginizikan Dania menemui Tiara. Lalu Dania mengajak Tiara ke taman sekolah, mereka duduk di bangku taman. “Bu Nia, Bunda melarang Tiara berteman dengan Ibu. Tiara tidak tahu kenapa Bunda marah pada Bu Nia,” ucap polos gadis yang belum genap berusia 5 tahun itu. “Nggak apa-apa, Bunda marah, karena Bunda takut kehilangan Tiara. Bunda sangat sayang pada Tiara. Bu Nia, ke sini ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, jangan hiraukan pertengkaran kami kemarin, karena orang dewasa kadang jug
Dret...dret...bunyi getar ponsel milik Keysha. Sejenak mata Keysha beralih dari laptop dan menatap ponselnya, kiriman chat dari nomor tidak di kenal, lalu di bukanya isi chat tersebut. Deg.. Jantungnya terasa berhenti berdetak, ketika melihat gambar seorang wanita, yang sangat di kenalnya nampak akrab dengan Tiara. “Dania,” desah kesal Keysha, seraya bangkit dari kursi kerjanya, lalu meraih tas kecilnya dan melangkah lebar keluar butik, wajahnya nampak tegang menahan marah. Dalam dada bergemuruh rasa kecewa pada Yudistira karena merasa di khianati. “Kamu bohong Mas, Kamu tidak menepati janjimu, kenapa sekarang Tiara ada di rumahmu,” gerutu Keysha, sambil menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibukota yang semakin siang semakin panas. Seperti hati Keysha saat ini, panas terbakar melihat keakraban Tiara dan Dania. Beberapa menit kemudian mobil Keysha memasuki halaman rumah milik Dania,. Mata Keysha menyapu ke sekeliling rumah, dan terlihat Dania dan Tiara sedang bers
Yudistira kaget mendengar tuduhan yang di layangkan Keysha pada dirinya, ia merasa tidak pernah sedikitpun mempengaruhi Tiara untuk tinggal bersamanya. Yudistira mendesah pelan, Lalu menatap datar Keysha yang masih menunggu jawabannya.“Sha, aku tidak pernah mempengaruhi, Tiara untuk tinggal bersamaku. Aku juga memikirkan perasaan Dania, aku tidak mungkin, mengajak Tiara tinggal bersamaku, tanpa seizin Dania,” jelas Yudistira, sambil memegang bahu Keysha.Keysha menepis tangan Yudistira yang memegang bahunya, lalu ia bangkit berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.“Dengar, ya Mas! aku tidak akan mengizinkan Tiara tinggal bersamamu, walaupun Dania mengizinkannya. Aku tidak mau berbagi kasih sayang Tiara dengan Dania. Tiara anakku. Istrimu tidak boleh sedikitpun menyayangi Tiara,” ucap Keysha dengan bibir bergetar menahan tangis.Yudistira, bangkit dari tempat duduknya, refleks ditariknya tubuh Keysha ke dalam pelukannya. ”Sha, aku berjanji, semua akan terjadi sesuai keing
Dania melangkah mendekat ke arah Tiara, ia sedikit berjongkok dan berucap, ”Siapa namamu gadis cantik?”“Tiara,” jawab Tiara dengan bersemangat dan tersenyum kecil.“Nama yang bagus,” ucap Dania, sambil mengusap pipi Tiara dengan lembut.Setelah perkenalan usai. Dania berpamitan, dan akan kembali esok pagi sesuai jadwal yang telah di tetapkan. Dengan fokus menyetir mobilnya Dania tersenyum puas, rencana hari ini sesuai dengan kemauannya. Mobil melaju cepat ke arah klinik, sesampainya di sana ia membuat proposal kerja untuk Tk. Pelita Hati. Konsentrasinya buyar ketika Ena, mengetuk pintu ruang dan masuk ke dalam.“Mama,” sapa Dania pada Ena.“Dania, mama mau bertanya, apa kamu ada masalah dengan Yudistira, Mama kepikiran dengan kata-kata Rendi. Dan Mama lihat semalam Yudistira pergi dengan membawa travel bag, ada apa sayang?” tanya Ena yang nampak cemas.Dania menarik napas panjang, kemudian di lepas pelan, sebenarnya ia berat membagi masalah ini, tapi karena Mamanya bertanya, akhirny
Yudistira terdiam, ia terkejut. Kenapa Dania harus tahu, sebelum ia bercerita tentang semua yang terjadi. Kini tenggorokannya terasa tercekat, Yudistira tidak tahu harus mulai darimana, dilihatnya Dania menangis, ia berjalan menuju ranjang, kemudian menghempaskan tubuhnya di tepi ranjang, kedua telapak tangannya terus mengusap air mata yang menganak sungai.“Jawab Mas! Kamu berhubungan lagi dengan Keysha. Dan siapa anak yang bersama kalian?” tanya Dania dengan menatap tajam Yudistira dan suara yang tinggi.Berlahan Yudistira berjalan mendekati Dania, kemudian duduk di sebelah Dania, dan mengenggam tangan Dania, dengan kasar Dania mengibaskan tangan Yudistira.“Aku, bertemu Keysha, waktu di Karimun Jawa. Dan aku baru tahu, jika kepergian Keysha beberapa tahun yang lalu, ternyata dia hamil. Keysha mengira anak yang di kandungnya adalah anak Rendi, makanya Ia memilih pergi. Lalu waktu aku sampai di Karimun Jawa, aku mendonorkan darahku pada anak kecil, dan ternyata anak kecil itu adalah
Setelah melihat Keysha, turun dari mobil Yudistira, Dania nampak geram sekaligus sedih, tapi juga penasaran dengan anak kecil yang bersama Keysha dan Yudistira. Ia pun berniat untuk membuntuti mereka bertiga. “Pak, tunggu saya di sini,” pinta Dania pada sopir taxi. “Baik Bu,” jawab Sopir taxi singkat. Dania turun dari taxi. Hatinya terasa di tusuk ribuan pisau, kebohongan Yudistira yang membuat sakit, beribu pertanyaan tersimpan di dalam dada. Dari jauh Dania melihat kebersamaan, Yudistira dengan mantan istrinya. Dalam hati, Dania mempertanyakan, siapa gadis kecil yang bersama mereka? Yudistira dan Keysha seperti keluarga yang lengkap, tangan mereka menggandeng gadis kecil. Titik embun menggenang di sudut netra Dania, ia berjalan mengikuti Yudistira dan Keysha, yang tengah tertawa bahagia bersama gadis kecil itu. Hingga Dania merasa tidak kuat, melihat pemandangan yang begitu sempurna, oleh karena itu, Dania memutuskan untuk pulang. Dengan menaiki taxi yang menunggunya di tempat p
Malam semakin larut, Dania semakin gelisah memikirkan Yudistira, perkataan Nana terus terngiang di telinganya. Benarkah suaminya pergi ke arena bermain, dan hanya melihat sekumpulan anak-anak bermain. Dania menyibukkan dirinya menyiapkan makan malam untuk Yudistira, walau hati gundah, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Pukul 10 malam, mobil Yudistira memasuki garasi mobil, kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah. Di lihatnya Dania duduk di kursi ruang makan, Dania menatap kosong, menu yang ada di depan meja makan, semua makanan itu disiapkan Dania untuk suaminya. Yudistira merasa bersalah, di dekatinya Dania. “Dania, maaf aku terlambat pulang,” ucap Yudistira, membuat Dania terjingkat karena kaget. “Mas.. baru pulang, kemana saja pulang selarut ini?” tanya Dania pelan sambil mengamati suaminya, yang berdiri di samping kursi, kemeja warna biru muda, dengan lengan dilinting sampai siku dan jam tangan warna hitam, persis yang dikatakan Nana barusan. “Aku,