Lita berjalan menyusuri mansion Louwen, tadi saat ingin ke kamar Sera ia melihat dia bersama dengan ibu kandungnya. Alhasil ia memutuskan untuk berjalan di sekeliling mansion ini, lagi pula ia sudah lama tak berada di sini. Namun matanya melihat seorang anak kecil berada di pinggir kolam.
Segera ia menghampirinya, agaknya dia masih berumur 3 tahun. Apakah dia anak dari bodyguard yang ada di sini? Jika iya mengapa dibiarkan berada di dekat kolam renang. Apalagi anak laki-laki itu bermain air dan diciprat-cipratkan hingga membuat bajunya sedikit basah.
"Hai adek ... Kenapa di sini sendirian?" tanya Lita.
Anak kecil itu menoleh ke arah Lita. "Wajah kakak milip Afa, apa kakak mama Afa?" tanya anak kecil itu.
Lita memekik gemas melihat gaya bicara anak itu, dengan segera ia menggendongnya. Bukannya memberontak, anak laki-laki itu malah memeluknya dengan erat. Ia akui jika wajahnya
Sera berada di kamarnya bersama dengan Lia, ia sudah tak canggung lagi berada di dekat beliau. Robet dan Lia sendiri memang ia suruh untuk tetap berada di mansion Louwen. Arsya sendiri pamit katanya pergi ke kantor dari beberapa jam yang lalu.Ia sekarang tiduran di paha Lia sembari menonton film luar negeri. Sangat nyaman berada di posisi ini, namun di sisi lain ia juga merindukan kehangatan yang Citra berikan. Aish! Ia tak boleh lagi berpikir seperti itu, sama saja menyakiti hati Lia yang mana beliau sudah menjadi ibu kandungnya."Kenapa mama percaya kalau masih punya anak?" tanya Sera."Dulu sewaktu kamu lahir, dokter bilang jenis kelaminnya laki-laki. Namun saat USG perempuan, dulu mama dan papa berpikir mungkin dokter waktu USG kamu salah. Dokternya juga udah berumur," jawab Lia."Berapa kali mama USG?" tanya Sera lagi."Beberapa kali sih dan ha
Sera dalam perjalanan menuju Apartemen Arsya, entah mengapa ia ingin sendiri saja. Awalnya tadi Robet dan Lia menyuruh dirinya ke rumahnya, namun ia tolak dengan alasan ingin bersama Arsya terlebih dahulu. Oh iya, Lita pergi bersama dengan Rian.Ia benar-benar tak menyangka jika mereka berdua akan sedekat ini, bahkan ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Lita sudah di ajak bertemu istri Rian di rumah sakit. Dirinya tak bisa memberikan saran apa-apa, yang jelas do'a terbaik ia beri kepada mereka berdua.Lampu merah, ia berhenti dan membuka kaca mobil sebab ada penjual bunga mawar menghampiri mobilnya."Berapa harganya?" tanya Sera."10 ribu satu.""Saya beli semuanya, berapa?" tanya Sera."250 ribu, beneran kakak beli semuanya?"Sera mengangguk. "Nanti bagiin gratis ya, kakak cuma ambil satu," ujarnya
Arsya sudah berada di apartemen bersama dengan Sera, mereka berdua berada di atas kasur dengan posisi bersender. Mereka berdiam diri berusaha menikmati dan menerima apapun yang baru saja terjadi. Sulit untuk dimengerti namun otak mereka dipaksa bekerja terlalu keras, mental di tekan untuk berlindung diri.Apa yang harus mereka lakukan nanti? Cepat atau lambat mereka hanya akan berdua saja sebab tak ada orang lain yang bisa dipercaya. Dunia ini penuh tipu daya yang sangat pandai dalam bersandiwara, semua seolah baik-baik saja ketika kita terluka dan sendiri. Sera dan Arsya lelah dengan semua ini, pikiran dan batinnya."Andai aku bisa memilih, aku pasti memilih lahir dalam keluarga sederhana dan penuh ketenangan," ujar Sera dengan sorot mata ke depan."Kita mempunyai keinginan yang sama tapi takdir tak mendukungnya, semua yang kita takutkan terjadi. Semua orang perlahan-lahan pergi tanpa bisa kita kejar," sahut
Sera dan Arsya berada di dalam kediaman Giory, mereka melakukan makan malam bersama setelah kematian Wisnu dan istrinya. Rasanya sangat berbeda dari biasanya, namun hidup ini terus berjalan dan mereka tak boleh terus menerus bersedih. Arsya tak nafsu makan, namun ia mencoba untuk menelan makanan ini.Suasana hening menyelimuti, teringat kejadian di mana mayat Wisnu di bawa ke rumah duka. Harus bentrok dengan para wartawan yang ingin mencari informasi. Ini semua sulit di terima, namun takdir Tuhan tak ada yang tau dan tak ada yang bisa menghindarinya. Sera sendiri paham dengan keadaan Arsya dan ia memilih untuk diam."Kalian akan tinggal di sini untuk sementara waktu' kan?" tanya Reta.Arsya dan Sera sama-sama mengangguk. "Iya, soalnya Abimanyu udah kuasai area dekat apartemenku," jelas Arsya."Bukankah bodyguard tak akan membiarkan orang-orang itu masuk ke dalam apartemen?" ta
Arsya dan Sera berada di dalam markas Black Rose sejak pukul 8 pagi tadi, bersama dengan anggota ini mereka membicarakan hal yang sangat penting. Di sini juga ada Rian, Sera duduk di sebelah Arsya. Ruangan ini cukup gelap, hanya ada penerangan dari obor yang ada di setiap sudut ruangan.Tenang saja, di sini tidak terlalu panas, udaranya biasa-biasa saja. Mereka semua membicarakan tentang Black Rose yang akan lebih dikembangkan lagi sedemikian rupa, tanpa takut dengan siapa pun. Juga negara ini tak mempersalahkan adanya organisasi gelap seperti mafia contohnya."Pengiriman senjata di bagian barat sudah kami laksanakan walapun harus sembunyi dari pihak keamanan di negara itu.""Bagus! Dengan begitu kita mengirim barang-barang di berbagai belahan bumi," ujar Rian."Penyelundupan yang kalian lakukan satu bulan yang lalu aman?" tanya Arsya."Ada sedikit kendala, namu
Rian berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan lift, ia berada di dalam kantor milik Alif. Baru saja ia mendapatkan kabar bahwa Arsya dan Sera menghilang dari jangkauan dan tak ada yang tau keberadaan mereka. Alhasil ia memutuskan untuk datang menemui Alif di sini.Sial! lift ini lama sekali sampainya, apalagi ruangan Alif berada di lantai paling atas. Berkali-kali ia melihat jam tangan miliknya, tak lama kemudian lift berbunyi. Dengan segera ia keluar, ia berlari menyusuri lorong demi lorong. Sampai akhirnya ia sudah menemukan keberadaan ruangan Alif.Ia membuka pintu dan melihat Alif yang duduk di kursi kerjanya. "Apa kau tau keberadaan yang Arsya dan Sera?" tanya Rian.Alif berdiri dan menghampiri adik iparnya itu. "Bukankah dia bersama denganmu?" tanya Alif dengan raut wajah bingung sekaligus heran."Kita memang baru saja bertemu, tapi sewaktu saya melihat keberadaan dia lewa
Masih di tempat yang sama Arsya di hajar habis-habisan oleh Abimanyu dan juga Hesa. Wajahnya babak belur sekarang, dan mereka meninggalkan ia dan Sera di sini. Arsya meringis saat merasakan sakit pada bagian wajahnya, sekarang ia masih diikat di kursi.Sedangkan Sera menangis melihat kondisi Arsya yang seperti ini, waktu Arsya dipukuli ia hanya bisa diam menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa. Namun Arsya kuat, dia tak mau menunjukkan rasa sakit di hadiah dirinya. Ia mencoba melepaskan ikatan ini namun tetap saja tak bisa."Diam di situ, aku yang akan melepaskan ikatan itu pada tanganmu," ujar Arsya. Ia pun menggerakkan kursinya mendekat ke arah Sera."Hati-hati," pesan Sera ia mencoba memposisikan dirinya agar bisa membelakangi Arsya.Sedikit lagi Arsya bisa berada di belakang Sera, dan akhirnya setelah perjuangan penuh akhirnya ia bisa berada di belakang kursi Sera. Dirinya
Sera berlari sekuat tenaga kabur dari tempat yang entah apa namanya ini, Arsya masih di tempat tadi melawan Hesa dan ia berhasil kabur. Namun ia seperti berputar-putar di dalam sini, ia sama sekali tak menemukan pintu keluar. Ini seperti bangunan besar terbengkalai, ia tak tau harus lewat mana lagi.Ia lelah karena terus-terusan berlari, banyak sekali lorong-lorong yang ia lewati. Bahkan sekarang ia tak tau harus lewat mana lagi untuk kembali menyusul Arsya. Penderitaan ini bertambah berkali-kali lipat, apalagi di dalam sini tak terlalu terang. Siapapun tolong ia sekarang."Kau tak akan bisa kabur dari sini, Sera!"Sera menoleh ke belakang. "Mama?" gumam Sera saat mengetahui siapa yang baru saja berbicara itu."Saya bukan mamamu lagi!" gertak Citra.Sera terperanjat kaget. "Mama jahat sama Sera, Sera salah apa sama mama?" tanyanya dengan suara parau. Bahka
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.