Di sebuah ruangan terdapat seorang lelaki bertopeng, dia tengah melihat kearah layar laptop yang menampilkan rekaman gudang rumah tua. Yang tak lain ialah rekaman Sera yang saat ini tertidur, lebih tepatnya pingsan. Dia lah yang memukul Sera dan juga orang yang mengirimkan pesan kepada Sera.
"Masa depanmu akan hancur!" ujarnya dengan senyum seringai yang sangat tipis nyaris tak terlihat.
Matanya tertuju kepada layar itu, sekarang posisinya berada di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari tempat Sera berada. Lalu pintu terbuka dan munculah salah satu orang yang mana merupakan asisten pribadinya. Orang itu mendekat kearahnya.
"Polisi sudah datang tuan."
"Kita kesana sekarang!"
2 orang itu keluar dari dalam ruangan, kini mereka sudah berada diluar rumah tua ini dengan beberapa polisi yang berjejer rapi. Seketika polisi itu menundukkan kepalanya hormat.
Di sebuah ruangan yang ada di salah satu kantor polisi terdengar suara seorang perempuan yang tengah menangis. Pasti jika orang lain mendengar tangisan pilu ini merasa kasihan, perempuan itu ialah Sera dengan baju tahanan ia menangis. Duduk di bangku panjang dan di depan sudah ada kedua orang tuanya.Beberapa menit yang lalu Citra dan Rama datang, ia langsung dipanggil dan dikeluarkan dari dalam sel tahanan. Sera hanya bisa menangis, ia takut dan sekarang Rama dan Citra marah-marah."Sekarang mama ngak bisa bebasin kamu!" ucap Citra tajam."Sera takut ma hiks hiks," ujar Sera dengan nada lirih."Sudah papa bilang berkali-kali untuk cerai dengan Arsya. Papa ngak tau kamu yang ngebunuh Ragil atau enggak, kalau memang iya papa benar-benar kecewa sama kamu," tutur Rama dengan menunjuk ke arah Sera."Bukan Sera pelakunya," ucap Sera kesekian kalinya namun
Di sebuah pemakaman umum terdapat satu keluarga, salah satu di antara mereka jongkok disamping makam yang masih basah itu. Mereka ialah Citra, Rama, dan Liora. Citra dan Rama berada di sini mengantarkan Liora, sedangkan Liora sendiri tampak menangis sebab makam itu milik Ragil.Ya, laki-laki yang berada di dalam satu ruangan bersama Sera ialah Ragil. Liora sangat terpukul membuat Citra tak tega melihatnya, Liora menangis meraung-raung. Hingga Citra ikut berjongkok di sebelah Liora, ia mengelus bahu Liora pelan."Sudah sayang. Nanti Ragil ngak tenang kalau kamu nangis," ucap Citra memberikan semangat."Tapi tante hiks hiks Ragil sahabat Liora dari kecil hiks hiks mengapa sekarang dia pergi lebih dahulu?" tanya Liora."Itu semua sudah takdir," sahut Rama."Aku ingin ikut Ragil tante," ucap Liora yakin.Citra langsung memeluk
Di sebuah ruangan rahasia yang berada di dalam markas Black Rose terdapat Arsya, Rian juga anggota beberapa anggota inti lainnya. Mereka duduk dikursi dengan meja panjang berada di tengah-tengah mereka. Di ruangan ini hanya ada pencahayaan dari lampu berwarna kuning, itupun berada di ujung ruangan.Rian duduk di ujung tengah, yang mana di sana hanya ada 1 kursi. Sedangkan Arsya duduk diseberang Rian, mereka semua tampak serius melihat kearah tembok di depan Rian. Yang mana di tembok itu muncul sebuah layar seperti TV dengan bentuk lebar.Di layar itu menampilkan sebuah video yang didapat oleh bawahan Rian. Intinya saat ini mereka sedang mencari tau bukti-bukti untuk membebaskan Sera dari dalam penjara."Matikan!" suruh Rian dan langsung dilaksanakan oleh anggota yang duduknya dekat dengan Layar itu."Di mana kalian dapat rekaman itu?" tanya Arsya."S
Arsya berada tepat di pekarangan kediaman Louwen. Ia kesini bersama dengan Rian, bukan tanpa tujuan ia bertamu ke tempat ini. Sejujurnya ia ingin memperjelas pernyataan Rian kemarin, dari info uang dirinya dapat di mansion ini hanya ada Citra dan Liora.Sedari tadi ia dengan Rian berdiri di depan pintu, mereka bisa masuk ke sini harus melewati beberapa pengecekan. Untung saja terdapat bodyguard yang mengenal Arsya dan membolehkan mereka untuk masuk."Kita masuk," ajak Arsya dan mendapatkan anggukkan dari Rian.Mereka berdua masuk ke dalam tanpa permisi, setelah masuk mereka di suguhkan dengan pemandangan Citra yang duduk dengan Liora di atas sofa. Arsya langsung terkekeh sinis dan itu membuat Citra tersadar akan keberadaannya."Kenapa kalian bisa masuk?!" ucap Citra marah."Ini mansion Louwen! Bukan penghianat seperti anda!" jawab Arsya tak kalah sen
Alif, Reta dan juga beberapa bodyguard lainnya berada di depan ruang rawat salah satu rumah sakit ternama. Mereka semua menunggu Sera yang tengah ditangani oleh dokter. Tadi setelah Sera ditemukan mereka terkejut mendapati Sera yang berada di gudang lantai paling atas dalam keadaan pingsan.Tangan Sera pun diborgol hingga lecet dan juga luka dibeberapa anggota tubuhnya. Tanpa berlama-lama lagi, Alif dan Reta membawa Sera ke rumah sakit yang letaknya tak jauh dari kantor polisi. Mereka pun meminta bodyguard menyelidiki mengapa Sera bisa berada di gudang yang sangat kotor itu sendiri."Bagaimana jika Sera kenapa-napa?" tanya Reta yang sedari tadi berjalan ke sana kemari."Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak," balas Alif seraya menenangkan Reta. Tak lama dokter keluar, Alif dan Reta langsung mendekat kearahnya."Nona Sera kekurangan cairan tubuh. Luka-luka yang ada ditubuhnya sudah
Di mansion Louwen Fikri berjalan dengan langkah panjangnya. Ia berdiri di ruang tamu dan berteriak memanggil anak dan menantunya. Ia marah saat mengetahui kabar Sera berada di dalam penjara, dan Rama sekali tak memberitahu kabar ini kepada dirinya."RAMA!" teriak Fikri dengan dada naik turun menandakan bahwa emosinya siap meledak kapan saja."Ada apa pa?" tanya Rama seraya menuruni tangga dengan langkah tergesa-gesa."Kenapa kau masih berada di sini sedangkan anakmu berada di penjara?!" tanya Fikri."Biar dia jera, dia pembunuh pa! Perbuatan Sera membuat nama Louwen menjadi tercoreng," sahut Rama."Dan kau diam saja melihat cucu saya menderita di sana? Orangtua macam apa kalian?!" bentak Fikri."Meningan papa pulang istirahat, nggak perlu ngurusin Sera," ucap Rama yang membuat Fikri tambah emosi.
Arsya berada di ruang kerjanya bersama dengan Fikri, tadi ia sempat terkejut mendapati kedatangan Fikri secara tiba-tiba. Yang membuatnya lebih terkejut ialah Sera yang berada di rumah sakit. Ia ingin ke sana namun tak diperbolehkan oleh Fikri sebab beliau akan membicarakan kasus Sera bersama dengan dirinya."Apa langkah yang kau ambil?" tanya Fikri."Mencari bukti lebih banyak. Sebab musuh kali ini orang terdekat anda," jawab Arsya."Siapa?" tanya Fikri dengan alis berkerut."Apa anda sama sekali tak tau sedikit pun?" tanya Arsya balik."Saya menetap di luar negeri bersama dengan istri saya. Jadi saya kurang tau keadaan di sini," jawab Fikri jujur.Arsya berpikir sejenak, haruskah dirinya memberitahu semuanya? Memberitahu bahwa musuh keluarga sendiri ialah Citra? Takutnya nanti Fikri jantungan mendengarnya. Namun bolehkan
Malam hari pukul 9 malam Sera terbangun, ia menggeliat pelan dan menoleh ke samping. Arsya tertidur di atas sofa, ia pun melihat ke arah langit-langit kamar. Ia kasihan melihat wajah Arsya yang kelelahan, hingga tiba-tiba lampu mati dan yang menyala hanya lampu kecil di sudut ruangan."Arsya," panggil Sera ia tak bisa melihat sebab ruangan ini gelap gulita dan hanya bisa melihat remang-remang di sudut ruangan."Arsya?" panggil Sera sekali lagi."Kau tak akan bisa lari dariku Sera!"Tiba-tiba Sera mendengarkan suara itu, ia berkali-kali memanggil nama Arsya namun tak kunjung ada jawaban. Siapa orang yang berbicara itu? Tadi dirinya juga sempat mendengarkan suara seorang membuka pintu.Sera semakin takut saat merasa ada orang yang mendekat, ia ingin turun dari kasur namun tak bisa. Ia merasakan ada yang menahan tubuhnya suka ya tetap di atas ranjang. Ia berk
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.