Di mansion Louwen Fikri berjalan dengan langkah panjangnya. Ia berdiri di ruang tamu dan berteriak memanggil anak dan menantunya. Ia marah saat mengetahui kabar Sera berada di dalam penjara, dan Rama sekali tak memberitahu kabar ini kepada dirinya.
"RAMA!" teriak Fikri dengan dada naik turun menandakan bahwa emosinya siap meledak kapan saja.
"Ada apa pa?" tanya Rama seraya menuruni tangga dengan langkah tergesa-gesa.
"Kenapa kau masih berada di sini sedangkan anakmu berada di penjara?!" tanya Fikri.
"Biar dia jera, dia pembunuh pa! Perbuatan Sera membuat nama Louwen menjadi tercoreng," sahut Rama.
"Dan kau diam saja melihat cucu saya menderita di sana? Orangtua macam apa kalian?!" bentak Fikri.
"Meningan papa pulang istirahat, nggak perlu ngurusin Sera," ucap Rama yang membuat Fikri tambah emosi.
Arsya berada di ruang kerjanya bersama dengan Fikri, tadi ia sempat terkejut mendapati kedatangan Fikri secara tiba-tiba. Yang membuatnya lebih terkejut ialah Sera yang berada di rumah sakit. Ia ingin ke sana namun tak diperbolehkan oleh Fikri sebab beliau akan membicarakan kasus Sera bersama dengan dirinya."Apa langkah yang kau ambil?" tanya Fikri."Mencari bukti lebih banyak. Sebab musuh kali ini orang terdekat anda," jawab Arsya."Siapa?" tanya Fikri dengan alis berkerut."Apa anda sama sekali tak tau sedikit pun?" tanya Arsya balik."Saya menetap di luar negeri bersama dengan istri saya. Jadi saya kurang tau keadaan di sini," jawab Fikri jujur.Arsya berpikir sejenak, haruskah dirinya memberitahu semuanya? Memberitahu bahwa musuh keluarga sendiri ialah Citra? Takutnya nanti Fikri jantungan mendengarnya. Namun bolehkan
Malam hari pukul 9 malam Sera terbangun, ia menggeliat pelan dan menoleh ke samping. Arsya tertidur di atas sofa, ia pun melihat ke arah langit-langit kamar. Ia kasihan melihat wajah Arsya yang kelelahan, hingga tiba-tiba lampu mati dan yang menyala hanya lampu kecil di sudut ruangan."Arsya," panggil Sera ia tak bisa melihat sebab ruangan ini gelap gulita dan hanya bisa melihat remang-remang di sudut ruangan."Arsya?" panggil Sera sekali lagi."Kau tak akan bisa lari dariku Sera!"Tiba-tiba Sera mendengarkan suara itu, ia berkali-kali memanggil nama Arsya namun tak kunjung ada jawaban. Siapa orang yang berbicara itu? Tadi dirinya juga sempat mendengarkan suara seorang membuka pintu.Sera semakin takut saat merasa ada orang yang mendekat, ia ingin turun dari kasur namun tak bisa. Ia merasakan ada yang menahan tubuhnya suka ya tetap di atas ranjang. Ia berk
Di salah satu ruangan yang ada di kantor polisi terdapat Arsya, Rian, dan juga Robet. Mereka tak hanya bertiga di ruangan ini, terdapat 2 polisi laki-laki juga 2 polisi perempuan yang membuat Sera masuk rumah sakit. Suasana di sini terkesan menyeramkan, polisi tersebut hanya mampu diam menunduk sebab ditatap oleh 3 orang berpengaruh di negara ini.Arsya, Rian, Ribet duduk berhadapan dengan para polisi. Mereka semua duduk di kursi dan di tengah-tengah mereka terdapat satu meja panjang. Dengan sengaja Arsya meminta agar lampu dimatikan dan perbuatannya itumenambah kesan menyeramkan."Saya bisa saja menuntut kalian berdua." Tunjuk Robet kepada 2 polisi perempuan."Jangan tuan," lirih salah satu di antara mereka dengan nada memelas."Seharusnya polisi mencari tau semuanya, namun mengapa malah korban yang ditangkap dan pelaku di bebaskan?" tanya Rian tanpa ekpresi.
Arsya berada di ruang bawah tanah markas Balck Rose, ruangan ini berisikan penjara dan hanya diterangi oleh api di sudut ruangan. Teriakan orang kesakitan menggema di ruangan ini. Di sini tak hanya ada dirinya, terdapat Rian juga Robet.Kini ia berada di depan penjara para polisi yang berani-beraninya melakukan Sera. Dengan kode singkat, bodyguardnya segera membuka penjara itu dan ikut masuk dengan dirinya. Rian dan Robet menunggu di depan penjara."Tolong bebaskan kami.""Jangan menyiksa kami lagi, kami minta maaf."Arsya terkekeh sinis mendengar rintihan mereka. "Tidak semudah itu! Kalian harus membayarnya dengan nyawa!" desis nya."Ini sakit hiks hiks, tolong.""Padahal ini belum seberapa, kalian akan mendapatkan 'hadian' yang lebih besar dan tentunya menyakitkan," ujar Arsya tanpa beban sedikitpun.Ia mengambil
Kini Citra berada di sebuah rumah mewah yang ada di luar negeri bersama dengan Liora, mereka baru saja sampai di sini setelah menempuh perjalanan yang melelahkan. Mereka duduk di sofa panjang berhadapan dengan beberapa orang asing berjenis kelamin laki-laki juga berbadan kekar.Mereka merupakan bawahan dari Hesa yang menetap di negara sini. Mereka bertugas untuk menjaga keberadaan Liora dan Citra, sedangkan Hesa dan Abimanyu dalam perjalanan menuju ke sini."Laksanakan tugas kalian, jangan sampai ada yang curiga keberadaan saya di sini! Tetap patuhi perintah kami dan jangan ada yang berkhianat!" ujar Citra."Baik nyonya, kami permisi," pamit mereka lalu pergi di hadapan Citra dan Liora.Kini di ruangan itu hanya tersisa Liora dan Citra. "Tante, bagaimana kalau mereka menemukan kita?" tanya Liora khawatir sekaligus cemas."Kamu tenang aja, mereka tida
Keesokan harinya Arsya bertemu dengan Rama, ia bertemu di perusahaan Louwen. Rama sendiri tampak kacau mendengar penjelasan bahwa Sera bukanlah anaknya. Juga ternyata istrinya yang berpura-pura baik selama berpuluh-puluh tahun. Ya! Arsya memberitahu semuanya kepada Rama tanpa terkecuali.Tentu saja Arsya menjelaskan semua ini disertai bukti-bukti kuat agar Rama percaya. Sekarang dia duduk bersender di tembok dengan pikiran berkecamuk. Semuanya seolah tak dapat dipercaya, namun semua bukti yang Arsya berikan benar adanya."Mereka pergi tanda pamitan sama om?" tanya Arsya."Saya baru mengetahui mereka pergi dari bodyguard, saya tak habis pikir dengan jalan pkiran mereka berdua," jawab Rama."Mereka merencanakan hal buruk untuk keluarga kita," ungkap Arsya.Rama mendekat ke arah Arsya. "Terima kasih sudah menjaga Sera dan menyelesaikan kasus ini," ujarn
Arsya mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, sebab baru saja ia mendapat kabar bahwa rumahnya di serang dan Sera berada di rumah hanya dengan Lita. Setelah mengendarai mobil secara ugal-ugalan, akhirnya Arsya sampai di depan mansionnya.Ia melepas sabuk pengamannya dan segera keluar dari dalam mobil. Matanya melhat kondisi rumah bagian depan berantakan, bodyguard yang terbaring lemah di atas dinginnya lantai. Ia masuk ke dalam dan membantu para anggota black rose menghadapi penyusup.BughBughBugh"Berani-beraninya kau datang ke sini?!" bentak Arsya seraya membabi buta om salah satu di antara mereka."Uhuk, uhuk, kau akan mati!""Kau yang akan mati terlebih dahulu!" desis Arsya.BughBughBughArsya kembali mem
Sera bertemu dengan Rama di kediaman Louwen, sepasang ayah dan anak itu berpelukan menyampaikan perasaan bersalah satu sama lain. Sera yakin kalau Rama sudah berubah, dan ia percaya dengan Rama. Setelah sekian lama ia bisa merasakan pelukan Rama kembali.Ia menangis bahagia, namun ada perasaan janggal di hatinya yang entah ia tak tau penyebabnya apa. Di ruang tamu cukup sepi, ia bisa menangis tanpa orang asing dengar. Sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya dari Rama."Mama ke mana, pa?" tanya Sera dengan suara pelan."Mama pergi tanpa kasih tau papa," jawab Rama berbohong. Rama sudah berjanji kepada Arsya untuk tak mengungkapkan semuanya kepada Sera dalam waktu dekat ini."Papa sama mama bertengkar?" tanya Sera.Rama mengangguk kaku. "Mama lebih memihak Liora, padahal dia pura-pura baik," jawabnya."Papa jangan sedih, mam
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.