Arsya dan Sera terdiam setelah mendengarkan penuturan orang itu. Jadi, selama ini orang yang meneror mereka Abimanyu bukanlah Abimana. Lihatlah sekarang, Abimanyu tertawa dengan keras. Baik Arsya maupun Sera tak ada yang menyangka jika Abimana mempunyai kembaran, dari data yang pernah Arsya lihat disana tak tertulis jika Abimana mempunyai kembaran.
"Bagaimana? Terkejut?" ucap Abimanyu.
Rasa bersalah muncul dihati Arsya, dirinya telah menembak Abimana yang tak salah apa-apa. Sera maju ke depan, dan posisinya kini berhadapan dengan Abimanyu. Perempuan itu memandang Abimanyu dari atas sampai bawah dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Sebenarnya apa yang kau mau?" tanya Sera, sudah cukup ia berdiam diri sedari tadi. Dirinya cukup muak dengan tingkah Abimanyu, bisa-bisa Arsya menembak lelaki itu dan berakhir meninggal dengan mengenaskan disini.
"Dendamku belum terbalaskan,
Arsya sudah sampai dirumah sakit tempat Abimana dirawat. Saat ini dirinya dan Sera mencari dimana ruang rawat pria itu. Sampai akhirnya Arsya sampai didepan pintu yang mana disana sudah ada beberapa bodyguard Sera yang membawa Abimana kesini.Segera Arsya dan Sera menghampiri mereka dan bertanya bagaimana keadaan pria itu, bodyguard itu hanya berkata jika dokternya belum keluar. Arsya dan Sera duduk di kursi tunggu dengan perasaan berkecamuk."Aku takut om Abi kenapa-napa," batin Arsya merasa putus asa."Om Abi kuat, dia pasti bisa melewati ini semua," batin Sera, nyatanya ia juga takut sama seperti Arsya.Terdengar suara langkah kaki, Arsya dan Sera mendongakan kepalanya dan menatap kesamping. Terdapat 2 orang laki-laki berjalan kearah mereka dengan tatapan dingin. Salah satu diantara mereka menarik kerah Arsya dan meninju pipi Arsya hingga oleng kesamping. 
Malam harinya Arsya dan Sera sudah berada di apartemen. Saat ini kedua orang itu tengah rebahan dikasur mereka dengan pandangan mengarah kalangit-langit kamar. suasana cukup hening, haya terdengar suara detak jarum jam yang menenangkan.Arsya menaruh kedua tangannya diatas kepala, sedangkan Sera bersedekap dada. TV pun tak mereka nyalakan, niatnya ingin kembali kerumah sakit namun tak jadi. Mereka masih capek dan tentunya shock dengan kejadian tadi, lebih baik mereka kesana besok saja takutnya tak fokus untuk berkendara."Menurutmu siapa keluarga mama yang ikut andil dalam pembunuhan itu?" tanya Sera, ternyata kasus pembunuhan yang Lita ceritakan tempo hari lalu berkaitan dengan keluarga mereka masing-masing. Namun sampai sekarang mereka masih belum tau tentang, apa tujuan dari pembunuhan itu? Siapa korbannya? Dan apakah pembunuhan itu menyangkut seluruh anggota keluarga mereka atau hanya sebagian saja?.
Saat ini Arsya dan Sera berada didalam kantor milik Sera. Arsya akan mengerjakan pekerjaannya disini bersama Sera. Mereka nampak duduk kursi kerja, dengan tangan yang sibuk berkutat dengan laptop. Memang disana terdapat 2 kursi jadi mereka duduk berdempetan dan menaruh laptopnya diatas meja.Di hadapan mereka sudah ada beberapa tumpukan berkas yang harus segera tanda tangani. Bahkan masing-masing asisten sudah mereka suruh untuk membantu menyelesaikan ini, namun tetap saja masih banyak yang belum terurus mengingat bukan hanya 1 dan 2 perusahaan yang mereka kelola.Arsya melirik Sera, perempuan itu nampak merenggangkan otot-otot tanganya. Pasti istrinya itu capek, sehabis dari rumah sakit mereka langsung kesini niatnya ingin kemansion menjenguk Reta tak jadi. Jika mereka pergi maka pekerjaan akan semakin menumpuk."Apa kau capek?" tanya Arsya menatap mata Sera.Sera mengangguk,
15 Februari 20**Seorang anak kecil perempuan berumur 4 tengah berlari mengelilingi taman. Reta, ya di adalah Reta yang saat itu berumur 4 tahun. Reta kecil berlari dengan riang, tanganya memegang erat boneka kecil berwarna coklat.Reta tampak bernyanyi kecil, rambutnya yang terurai indah ikut terbang kebawa angin. Dirinya memakai dress selutut berwarna soft pink dipadukan dengan sepatu yang sangat cantik berwarna senada. Namun saat dirinya asik bernyanyi tiba-tiba ada yang menarik telinganya, seketika ia berhenti dan menangis karena telinganya terasa sakit.Saat melihat kebelakang ia dikejutkan dengan seorang perempuan melototkan mata kearahnya. Nyali Reta menciut setelah melihatnya, dia ibu tirinya yang sangat membenci dirinya."Hiks hiks lepasin," Reta menangis, tangannya mencoba melepaskan jeweran itu."ANAK TAK TAU DIUNTUNG, BUKANYA BERSIHIN RUMAH MAL
Batu yang dibawa Arsya terbelah menjadi dua bagian, didalamnya terdapat kertas digulung memanjang. Dengan segera Sera mengambil kertas yang tertancap di batu itu. Saat dirinya ingin membukanya tanganya dengan cepat dicekal oleh Arsya.Arsya melarang Sera membuka kertas itu disini, akhirnya mereka masuk kedalam mansion menuju kamar Sera berada. Sesampainya disana mereka langsung menutup jendela dan kordenya, tak lupa mereka mengunci pintunya. Sampai saat ini tak ada bodyguard disini, lantas kemana perginya mereka semua?."Kita buka," ujar Arsya, mereka duduk di pinggir kasur. Seketika suasana menjadi mencekam, suara guntur menyapu indra pendengaran kedua manusia berbeda jenis kelamin itu."Saya berada disekitar kalian, saya orang yang selalu mengirimkan kalian petunjuk. Jangan mencari saya dan menebak-nebak siapa saya sebenarnya. Saya akan keluar diwaktu yang sangat tepat. Tenang saja, saya akan terus mengirim
Kini Arsya dan Sera berada di depan ruang rawat Abimana. Disana tak hanya ada mereka, Angga dan Andre turut hadir dengan perasaan yang sama. Mereka sama-sama diselimuti rasa panik luar biasa. Andre berjalan kesana kemari, mereka menunggu dokter yang menangani Abimana keluar.Tak lama dokter keluar, dengan segera mereka menghampiri dokter itu dan menanyakan keadaan Abimana. Mereka emosi saat dokter itu hanya diam tak membalas pertanyaan yang mereka lontarkan."Mari ikuti saya ke dalam," ujar Dokter itu, tanpa menunggu berlama-lama lagi mereka masuk kedalam.Pertama kali mereka lihat adalah Abimana yang dipenuhi oleh alat-alat medis. Andre berjalan dengan langkah gontai kearah Abimana. Mereka ingin menangis namun tak ada air mata yang keluar. Arsya, Sera dan Angga mengikuti langkah Andre dengan pandangan yang tak lepas dari Abimana."Bangun pa," suara Andre terdengar parau di te
Pemakaman Abimana sudah dilakukan semenjak 20 menit yang lalu. Semua orang yang menghadiri sudah pulang, kini hanya ada beberapa orang berdiri didepan gundukan tanah yang masih basah termasuk Arsya dan Sera. Arsya dan Sera memakai kaca mata hitam dan tentunya berbaju hitam menandakan bahwa mereka turut berduka.Dibalik kaca mata yang mereka kenakan ada rasa kesedihan yang mendalam, bahkan setiap bola matanya mengarah ke arah makam mereka selalu teringat akan bayang-bayang Abimana. Sedangkan Andre berlutut di depan batu nisan sang papa dengan pandangan kosong.Angga berjongkok disamping sang adik, kini lelaki itu menaburkan bunga diatas gundukan tanah. Tak lama Andre berdiri diikuti dengan Angga. Pandangan mereka menyapu ke segala arah, banyak sekali bodyguard disekitr mereka.Andre berjalan, kini posisinya berada tepat disamping Arsya. Mata lelaki itu menyiratkan amarah. Arsya hanya melihat kearah depan, dia
Hari tepat 1 bulan kepergian Abimana, Arsya tak menyalahkan dirinya lagi. Beberapa hari lalu lelaki itu bertemu dengan Andre dan mereka sama-sama meminta maaf, kini sudah tak ada lagi perselisihan diantara mereka. Namun tetap saja selama beberapa minggu terakhir banyak sekali teror yang mereka alami.Namun mereka masih belum melanjutkan misi dan memilih untuk beristirahat sejenak dari dunia yang penuh tipuan ini. Saat ini Arsya dan Sera berada dikamar apartemen mereka. Kedua orang itu tengah melakukan sarapan pagi dengan sandwich buatan Sera.Sera baru ingat jika Abimana pernah memberikan dia dan Arsya sesuatu. Dengan segera Sera mencari barangnya di ruangan sebelah, untung saja barangnya masih ada. Sera benar-benar lupa tentang itu, untung saja dia masih ingat dan kotaknya terbungkus rapi walapun ada debu-debu yang menempel disekitarnya.Sera kembali kearah Arsya dengan membawa 2 kotak berukuran sedang
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.