Share

Bab 3

Author: Fina FH
last update Last Updated: 2022-06-15 20:14:17

“Adisti!”

Suara Kartilan memanggil namanya. Untuk apa malam-malam begini kakeknya datang? Batin Adisti heran. Ia menatap Abimanyu, tetapi tidak ada siapa pun di sana.

Hilang!

Abimanyu hilang!

Laki-laki bertubuh tegap nan menawan itu hilang! Adisti menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia terkejut setengah mati. Wanita itu memindai sekitar, tidak ada tanda-tanda ke mana perginya Abimanyu.

“Kok bisa hilang?” gumam Adisti lirih.

Jika Abimanyu manusia, tidak mungkin bisa menghilang dalam sekejap mata. Adisti yakin, Abimanyu bukanlah manusia.

“Adisti!” suara Kartilan kembali terdengar.

Gegas Adisti beranjak lalu membuka pintu. Detak jantungnya masih belum sepenuhnya normal. Kembali ia menatap kursi bekas Abimanyu duduk sebelum membuka pintu. Masih rapi seperti sebelumnya.

Adisti menggeleng, mencoba menghilangkan bayang Abimanyu, kemudian barulah ia membuka pintu.

“Ada apa, Mbah?” tanya Adisti heran saat Kartilan yang menatapnya tajam.

“Siapa yang baru saja ke rumahmu?” tanya Kartilan to the point. Kepala laki-laki tua itu melongok ke dalam, mencari sosok yang ia cari.

“Nyari apa, Mbah?” tanya Adisti lirih.

“Aku mencium bau harum sekali dari rumahmu, Adisti. Siapa yang datang?”

“Bau harum?” tanya Adisti tidak mengerti.

“Iya, bau harus seperti bunga melati atau bunga yang biasanya di kuburan.” Kartilan mengernyit saat bau itu tiba-tiba menghilang.

“Ah, tidak ada yang seperti itu, Mbah,” jawab Adisti mantap.

“Benarkah? Kamu tidak mencium bau itu?” tanya Kartilan sangsi.

Adisti menggeleng cepat.

Melihat tanggapan Adisti, Kartilan yakin memang tidak ada sesuatu di sana. Lagi pula ia yakin, cucunya itu tidak lagi bisa melihat makhluk tak kasatmata, jadi tidak mungkin ada ‘mereka’ di rumah Adisti.

Kartilan mengangguk-angguk, lalu berbalik badan dan berpamitan pulang.

Setelah menutup pintu lalu menguncinya, Adisti mengembuskan napas lega. Setidaknya kakeknya saat ini tidak curiga dengan kedatangan Abimanyu.

“Untung saja segera pulang,” gumam Adisti.

---

Esoknya Adisti kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Ia harus tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya setiap hari.

Pagi itu Adisti sudah siap dengan baju dinasnya, yaitu baju kerja khusus admin di pabrik plastik. Beruntung di umur 20 tahun ia bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tetap walaupun hanya lulusan SMA.

Adisti segera berangkat dengan motor matic-nya, sengaja ia berangkat lebih pagi untuk membeli sarapan di warteg. Wanita berambut lurus itu sedang malas memasak, sejak mati suri ia merasa tubuhnya sedikit berbeda yang tidak bisa diungkapkan.

Tepat pukul 7 pagi, Adisti sampai di pabrik tempatnya bekerja. Tiba-tiba Adisti merasakan sesuatu sedang mengawasinya saat ia sudah duduk di meja kerjanya.

Adisti mengusap tengkuknya yang terasa dingin, lalu menatap sekeliling. Tidak ada siapa pun yang mengawasinya. Teman-temannya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja, ada yang sedang sarapan, baru datang, bahkan ada yang sudah menyalakan komputer dan memulai pekerjaan. Semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Namun, masih saja Adisti merasa ada yang mengawasinya.

“Siapa?” gumam Adisti lirih.

Mengabaikan perasaan takutnya, perut Adisti lebih penting diperhatikan. Segera ia membuka nasi bungkus yang tadi dibeli di pinggir jalan dekat kantor dan mulai sarapan.

Sesekali hawa dingin menyapa tengkuk Adisti, tetapi wanita itu berusaha melupakannya. Pekerjaan lebih penting dari perasaan takut.

---

“Kamu cantik sekali dengan baju seperti tadi” puji Abimanyu malamnya.

Seperti kemarin, di jam yang sama, Abimanyu bertamu ke rumah Adisti. Wanita 20 tahun itu mulai terbiasa dengan kedatangan Abimanyu. Selain tampan, Abimanyu tidak pernah melecehkan dirinya dengan kata-kata, berbeda dengan beberapa rekan kerjanya yang terkadang terang-terangan menggoda Adisti.

“Seperti tadi?” tanya Adisti tidak mengerti. Ia menatap Abimanyu curiga. Pakaian mana yang dipuji Abimanyu?

“Iya, saat kamu bekerja.”

Seketika Adisti membelalakkan mata, dari mana Abimanyu tahu pakaian kerjanya? Apakah laki-laki itu mengikutinya? Jika benar, lancang sekali dia memata-matai dirinya. Adisti mengumpat dalam hati.

“Jadi kamu mengikutiku? Di mana kamu bersembunyi waktu itu?” cecar Adisti tidak suka.

Abimanyu tersenyum samar. Ia menatap Adisti dalam. Ia berpikir, mungkin saja benar kata ibunya, bahwa Adisti adalah wanita yang cocok.

Mendapat tatapan yang tidak biasa, membuat Adisti menjadi salah tingkah. Ia menunduk saat tahu Abimanyu terus menatapnya.

“Jangan menatapku terus!” protes Adisti, “katakan! Di mana kamu bersembunyi selama aku bekerja?”

Bukannya menjawab, Abimanyu justru mengungkapkan perasaannya.

“Aku menyukaimu, Adisti!”

“Menyukaiku?” seketika Adisti mendongak, menatap Abimanyu yang masih menatapnya.

Abimanyu mengangguk. “Aku ingin menikah denganmu!”

Detak jantung Adisti seolah terhenti saat mendengar ucapan Abimanyu. Menikah? Bahkan dirinya saja belum mengenal Abimanyu secara jauh. Wanita berkulit putih itu belum mengenal keluarga Abimanyu, bahkan tempat tinggal Abimanyu saja ia belum tahu. Lantas, bagaimana bisa Abimanyu secara tiba-tiba mengajaknya menikah?

“Ka-kamu serius?” tanya Adisti tidak percaya.

“Serius. Aku mencintaimu sejak pertama bertemu. Lagi pula, ibuku sudah menyukaimu sejak pertama aku ceritakan.”

Ucapan Abimanyu benar-benar membuatnya bingung. Ibu Abimanyu menyukai dirinya? Bertemu saja belum pernah, bagaimana bisa suka? Banyak pertanyaan yang berkecamuk di hati Adisti saat ini. Keanehan demi keanehan yang terjadi, membuat mentalnya belum siap menerima. Mati suri, bisa melihat makhluk tak kasatmata, dan kini ada Abimanyu dan keluarga yang menyukainya. Aneh!

“Kamu aneh! Pergilah dari rumahku. Jangan datang lagi!” sarkas Adisti.

“Mengapa? Kamu tidak mau hidup bersamaku? Kita akan hidup bahagia dan aku jamin hidupmu akan lebih baik dari sekarang. Bahkan kekayaanku dan keluarga bisa mencukupi kebutuhan kita sampai tujuh turunan!” ucap Abimanyu. Laki-laki itu menatap Adisti dengan pandangan tidak Terima.

“Aku belum bisa menerima kamu sekarang! Masih banyak hal yang membuatku bingung dengan keadaan ini.”

“Apa itu artinya aku masih mempunyai kesempatan mendapatkanmu?” tanya Abimanyu penuh harap.

“Iya. Tapi, jawab dulu pertanyaanku!”

“Apa yang ingin kamu tahu?” tanya Abimanyu.

Adisti meremas ujung bajunya, cemas. Apakah benar ia harus bertanya? Atau membiarkan dirinya mengikuti alur Abimanyu?

“Katakan! Jangan ragu, Adisti. Tanyakan saja apa yang menjadi ganjalan di hatimu.”

“A-aku ... ingin tahu sesuatu tentangmu,” ucap Adisti terbata-bata.

“Hem, katakan!”

“Aku ingin bertanya, siapa kamu sebenarnya?” akhirnya keluar dari mulut Adisti pertanyaan yang mengganjal di kepalanya.

“Aku? Kamu bertanya siapa aku? Apakah kamu yakin ingin tahu?”

“Tentu saja yakin!” jawab Adisti mantap. Ia memang penasaran dengan identitas Abimanyu yang menurutnya aneh. Apalagi ia merasa aman jika bersama Abimanyu saat laki-laki itu datang. Bahkan, ia merasa bukan sepertinya dirinya yang biasanya. Apalagi mengizinkan laki-laki bukan mahramnya masuk ke rumah.

“Aku adalah ....”

Sengaja Abimanyu mengulur ucapannya agar Adisti penasaran. Selain itu ia takut Adisti akan menolak dirinya. Sebenarnya bisa saja ia membuat Adisti mengikuti keinginannya dengan mudah. Namun, Abimanyu ingin mencoba dengan cara alami. Ia ingin Adisti mencintai dirinya karena kemauannya sendiri, bukan dari mantra, karena itulah sampai sekarang Adisti belum sepenuhnya patuh pada ucapan Abimanyu.

“Katakan! Siapa kamu sebenarnya?” bentak Adisti tidak sabar.

“Aku ... bukan manusia!”

Akhirnya meluncur dari bibir tebal Abimanyu. Ia menatap Adisti yang seketika menganga tidak percaya mendengar ucapan Abimanyu.

“Lantas siapa?” tanya Adisti masih penasaran. Jika Abimanyu bukan manusia, bagaimana bisa ia bisa melihat sosok Abimanyu? Bukankah oleh Kartilan sudah ditutup mata batinnya?

Related chapters

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 4

    “Dia menolakmu?” tanya Lastri, Mama Abimanyu.Abimanyu mengangguk pelan lalu menghela napas. Ia menyandarkan kepala di kursi. Pikirannya melayang, membayangkan wajah ayu Adisti yang alami tanpa polesan make-up.“Gobl0k! Harusnya kamu mantrai dia, buat dia suka sama kamu dan menuruti semua ucapanmu! Gitu aja gak ngerti, gimana sih! Semakin lama kamu menunda semakin lama kita menguasai wilayah ini. Paham?” hardik Lastri kesal melihat Abimanyu yang terlihat lemah.“Iya, Ma. Nanti malam aku akan datang lagi ke sana untuk memikat dia agar mau.” Hanya itu yang keluar dari mulut Abimanyu.Lastri duduk di samping Abimanyu lalu mengelus kepalanya.“Maafkan Mama, Nak. Mama hanya tidak suka kamu terlalu lama menunda. Kesempatan hanya sekali, manfaatkan itu.”“Iya, Ma. Abimanyu paham.”“Bagus. Jangan lewatkan kesempatan ini Abi, martabat keluarga kita berada di tanganmu sekarang. Jangan sampai ada yang mendahuluimu mendapatkan Adisti. Terutama Arka!”“Iya, Ma.”Lastri mengangguk lalu menepuk pund

    Last Updated : 2022-06-15
  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 5

    “Adisti, nanti ada rapat, katanya akan ada pergantian manajer di pabrik ini.” Sesil memberi informasi pada Adisti saat gadis itu bau saja duduk di kursinya.Sesil adalah salah sat teman dekatnya selama bekerja, umur mereka pun tidak terlalu jauh. Adisti 20 tahun dan Sesil 23 tahun. Sesil sama seperti Adisti, bagian admin tetapi beda divisi.“Iya? Tumben gak ada info sebelumnya. Kok dadakan banget?” keluh Adisti. Pergantian manajer itu artinya pergantian aturan baru. Adisti tidak menyukai itu.“Entahlah. Denger-denger manajer baru kita masih muda. Tiga puluhan tahun katanya.” Sesil memang penyuka gosip. Informasi apa pun yang ada di pabrik ia mengetahui semua. Termasuk ada main antar pekerja pabrik walaupun mereka sudah menikah.“Gebet sana!” celetuk Adisti menggoda Sesil. Teman satu-satunya itu memang sedang mencari jodoh karena lelah mendapatkan tekanan dari orangtua yang meminta dirinya segera menikah. Padahal umur belum kepala 3.“Jelas dong! Nanti aku pasti akan tebar pesona tanpa

    Last Updated : 2022-06-15
  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 6

    Pertama kali yang Adisti lihat setelah membuka mata adalah deretan rumah terbuat dari anyaman bambu yang berjejer di pinggir jalananan tidak beraspal.Sesekali Adisti mengucek mata memastikan penglihatannya. Namun, tetap penampakan rumah berjejer yang terlihat.“Benarkah ini dunia kalian?” tanya Adisti heran. Ia berpikir dunia Abimanyu akan berbeda dengan dunia manusia, tetapi nyatanya apa yang ia lihat sama. Dunia Abimanyu dan dunia manusia sama.Abimanyu merengkuh pundak Adisti, membimbing gadis itu berjalan menuju rumah mewah yang berada di paling ujung. Rumah yang terlihat mencolok karena terlihat paling mewah dan besar dibandingkan dengan yang lain.Adisti mengernyit saat melihat ada yang melakukan aktivitasnya sama seperti manusia pada umumnya. Ada yang menyapu halaman, bergosip, atau pun melakukan aktivitasnya di sawah. Adisti benar-benar tidak habis pikir. Benarkah ia berada di dunia Abimanyu sekarang? Mengapa tidak ada bedanya dengan dunianya? Lagi-lagi hanya pertanyaan tanpa

    Last Updated : 2022-06-29
  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 7

    “Besok sepulang bekerja, datanglah ke Kafe Garden. Laki-laki itu akan menunggumu di sana.”Ucapan sang kakek terus terngiang di kepala Adisti malam itu. Ia bingung bagaimana mengatakannya pada Abimanyu saat bertemu nanti. Ia yakin laki-laki itu pasti akan marah mendengar perjodohan itu. Apalagi mereka akan segera menikah. Menikah? Tentu saja menikah dengan tata cara alam Abimanyu.Hati dan pikiran Adisti sudah dipenuhi Abimanyu seorang. Tidak ada lagi ruang untuk laki-laki lain. Setidaknya itu yang ia rasakan saat ini.Adisti menghela napas. Apa yang akan ia katakan pada Abimanyu nanti?Sampai pukul 11 malam, Abimanyu tidak juga datang. Ada apa? Bukankah laki-laki itu bilang akan menjemput malam ini? Apakah pernikahan itu ditunda? Apa penyebabnya? Banyak pertanyaan dalam kepala Adisti saat ini.Adisti mengingat lagi ucapan Abimanyu, sepertinya ia tidak salah mendengar saat laki-laki itu mengatakan mereka akan menikah malam ini di rumah Abimanyu. Lantas, mengapa sampai sekarang laki-la

    Last Updated : 2022-06-30
  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 8

    “Mau ke mana kamu?” tanya Abimanyu yang tiba-tiba muncul dari belakang Adisti. Wanita itu terkejut setengah mati saat akan menyalakan motornya.“Ngagetin aja sih,” protes Adisti sambil mencubit lengan kekar Abimanyu.“Jawab dulu. Kamu mau ke mana?” tanya Abimanyu ketus.Adisti diam. Mana mungkin ia jujur pada Abimanyu bahwa akan menemui laki-laki yang dijodohkan kakeknya. Lagi pula, Abimanyu mengingkari janjinya malam kemarin.“Aku jalan sama temen. Kamu ke mana kemarin? Kenapa tidak datang?” tuntut Adisti mencoba mengalihkan pembicaraan.“A-aku ... keluarga kami sedang ada sedikit masalah. Jadi pernikahan kita ditunda sementara waktu.” Abimanyu tampak salah tingkah. Ia tidak bisa menceritakan kenyataannya bahwa Arka datang dan mengganggu moodnya kemarin.Adisti mengernyit. “Masalah? Karena masalah itu kita tidak jadi menikah?” protes Adisti kesal. Ia sudah membayangkan akan hidup bahagia bersama Abimanyu.Adisti tidak mengerti, seolah ada sesuatu yang mencubit di dalam sana saat meng

    Last Updated : 2022-07-01
  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 9

    “Kita percepat pernikahanmu apa pun yang terjadi,” titah Lastri pada Abimanyu sesaat laki-laki itu baru saja kembali dari dunia Adisti.Seketika Abimanyu mendongak. “Kenapa, Ma?” tanyanya heran. Baru saja beberapa jam yang lalu Lastri mengatakan bahwa akan memikirkan lagi kapan waktu yang pas untuk pernikahan Abimanyu, justru sekarang memerintahkan Abimanyu segera menikah.“Kamu lupa Arka bisa saja menyerang kita sewaktu-waktu. Jadi, kamu harus segera menikah dan renggut gadis itu di malam pertama. Setelah itu baru kita melakukan ritual untuk menyempurnakan kekuatan keluarga kita,” jelas Lastri berapi-api. Tentu saja ia bersemangat karena ambisinya yang membuat Abimanyu harus menikahi Adisti.“Bawa gadis itu malam nanti. Kita lakukan secepatnya. Jangan sampai ada yang tahu,” bisik Lastri sambil melirik sekeliling. Ia takut ada telinga yang mendengar pembicaraan mereka.Abimanyu mengangguk. Hanya dengan cara ini dirinya bisa berbakti pada ibunya. Walaupun harus mengorbankan dirinya sen

    Last Updated : 2022-07-03
  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 10

    Adisti dan Abimanyu duduk bersanding di atas panggung yang terbuat dari batu yang diukir. Proses pernikahan di dunia Abimanyu belum selesai. Sekarang mereka harus menjalani prosesi siraman yang akan dilakukan sesepuh di wilayah Abimanyu.Adisti tidak berani mengangkat kepala, ia terus menunduk sambil menautkan jemarinya. Cemas. Itu yang dirasakannya saat ini. Walau bagaimanapun, ini kali pertama Adisti menjalani prosesi pernikahan, apalagi dengan Abimanyu yang berbeda alam.Hati kecilnya yang paling dalam mengatakan untuk lari dari prosesi ini, tetapi tubuhnya tidak sinkron. Gadis itu tetap duduk dan mengikuti semua kegiatan dengan patuh. Ia lupa bahwa apa yang dilakukannya sekarang adalah sebuah kesalahan.Mantra yang Abimanyu tujukan pada Adisti sangat kuat, sehingga gadis itu benar-benar lupa bahwa semuanya ini keliru.Tak terasa waktu berlalu, prosesi pernikahan Abimanyu dan Adisti berjalan lancar. Kini tinggallah sesi ramah tamah. Hal pertama yang membuat Adisti terheran adalah m

    Last Updated : 2022-07-03
  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 11

    “Bagaimana wanita yang dikenalkan kemarin?” Tanya Dini, ibu Dion.Dion menghela napas. Ia teringat perjanjian yang ia buat dengan Adisti malam itu.“Jika kita sama-sama tidak bisa menolak, bagaimana kalau kita membuat perjanjian?” usul Dion akhirnya.“Perjanjian?” tanya Adisti tidak mengerti.Dion mengangguk. “Iya, kita tetap menyetujui perjodohan ini, tetapi ada hitam di atas putih. Kita buat perjanjian apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan selama pernikahan.”Adisti terdiam sejenak. “Sampai kapan?” tanyanya.“Aku tidak tahu.” Dion berharap Adisti menyetujui usulnya, sehingga ia bisa dengan mudah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Adisti saat ini.Adisti diam, memikirkan setiap ucapan Dion. Jika menolak, tentu saja ia tidak tega pada kakeknya. Menerima perjanjian itu, sama saja membuka diri agar orang lain tahu hubungannya dengan Abimanyu.Memikirkan hal itu membuat Adisti semakin pusing. Hingga akhirnya sebuah keputusan diambilnya dengan terpaksa.“Baiklah! Tetapi a

    Last Updated : 2022-07-07

Latest chapter

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 55 (ENDING)

    Baskara menyemburkan api ke arah Ustaz Ramli. Dengan cepat laki-laki itu menghindar dengan cara berguling ke samping sebelum terkena semburan Baskara. Baskara tidak patah arang, makhluk itu kembali menyemburkan api, tapi lagi-lagi gagal karena Ustaz Ramli cepat menghindar. “Sialan!” umpat Baskara kesal. Emosinya memuncak hingga ubun-ubun karena merasa gagal mengalahkan Ustaz Ramli. “Kejahatan pasti akan kalah karena ada Allah yang akan membantu,” ucap Ustaz Ramli tenang. “Jangan sebut-sebut nama Tuhan! Dia hanyalah sebuah nama tanpa kekuasaan.”Ustaz Ramli beristigfar lalu menggeleng. “Kalianlah yang harusnya sadar diri, derajatmu tidak lebih baik dari kamu.”“Banyak omong kamu!” Baskara kembali menyemburkan api ke arah Ustaz Ramli karena terlambat menghindar, lengan laki-laki itu terkena api. Beruntung, sebelum api membesar Ustaz Ramli mampu memadamkannya dengan ujung jarinya. Baskara tampak tersenyum puas karena bisa melukai lawannya. Namun, senyumnya sirna saat Ustaz Ramli be

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 54

    “Aku sangat merindukan bertempur dengan kalian lagi,” ucap Lastri terlihat tenang.Ustaz Ramli pun tak kalah tenang, ia memberi kode pada Aldi untuk mundur. Pertempuran kali ini sepertinya akan sedikit sengit, tidak seperti sebelumnya karena Lastri pasti sudah menyiapkan semuanya. Tak mungkin menunggu dirinya dengan tangan kosong.“Lepaskan mereka!” ucap Ustaz Ramli datar. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun. Setenang air di danau.Berbeda dengan Lastri yang memiliki ambisi ingin menang agar Baskara tidak menghukumnya.“Tidak akan! Mereka akan menjadi budak kami, tentu saja kalian juga akan menyusul mereka,” sanggah Lastri. Ia mendekati Ustaz Ramli, detik berikutnya wujud Lastri berubah menjadi raksasa berekor ular.Ustaz Ramli mundur selangkah, pun dengan Aldi. Belum sempat mereka mempersiapkan diri, ekor Lastri terayun ke arah mereka, membuat 2 laki-laki itu terpental hingga menabrak tembok.“Hanya begitu saja kekuatan kalian? Masih permulaan sudah tidak berdaya,” sindir Lastri

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 53

    Belum sempat berteriak meminta tolong, dirinya sudah dibawa pergi oleh Lastri. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengecoh Ustaz Ramli dan Aldi. Mau dicari ke mana pun, Dion tidak akan ditemukan karena Baskara membawa laki-laki itu ke alam mereka sama seperti Adisti. Kini di sinilah mereka berada, di dalam penjara terpisah dengan tangan terikat. Dion tak sadarkan diri saat Adisti datang, bahkan saat wanita itu memanggil namanya, laki-laki itu bergeming. Merasa percuma meminta tolong dan memanggil Dion, akhirnya Adisti memilih diam. Ia terus berdoa dalam hati agar Ustaz Ramli mengalahkan Abimanyu dan menyelamatkan dirinya. Bibir Adisti tampak terus bergerak membaca doa, ia tidak tahu akan segera Allah kabulkan atau tidak, tetapi yang jelas ia ingin berusaha dulu. “Lama sekali Abimanyu!” ucap Lastri mondar-mandir di depan penjara. Sesekali ia melirik Dion dan Adisti’ bergantian. Bibirnya terkatup rapat, enggan berbicara dengan Adisti atau memanasinya. “Biarkan s

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 52

    Malam itu Adisti dan Dion memutuskan ke rumah Ustaz Ramli untuk mengusir Abimanyu agar tidak lagi mengganggu hidup mereka. Untung saja di rumah Ustaz Ramli ada acara istighosah dan syukuran, sehingga jam 3 lagi masih terjaga semua.Dion melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Ustaz Ramli. Sepanjang jalan mereka terus beristighfar, berharap selamat sampai tujuan.Adisti tidak menginginkan bertemu Abimanyu lagi. Mengingatnya saja membuat dirinya merinding, apalagi saat ingat bagaimana pertemuan mereka, pernikahan, hingga memiliki anak Abimanyu.Adisti menyesal mengenal makhluk itu, mengapa dulu ia begitu mudah digoda Abimanyu untuk menuruti keinginannya. Jika waktu bisa diulang kembali, Adisti memilih untuk tidak mengenal Abimanyu sama sekali. Hidupnya benar-benar kacau karena makhluk itu.Namun, saat beberapa ratus meter lagi sampai di rumah Ustaz Ramli, tiba-tiba mobil Dion berhenti. Hal itu membuat Adisti sontak terkejut.“Astagfirullah!” pekik Adisti, “mobilnya kenap

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 51

    “Bodoh banget kamu!” umpat Abimanyu begitu wanita itu masuk kamar. Makhluk tak kasatmata itu terlihat penuh amarah, wajahnya memerah dan bibirnya kini terkatup rapat. Siska terkejut melihat kedatangan Abimanyu yang tak disangkanya. Ia mundur saat makhluk itu semakin mendekati dirinya. “A-aku ....” Ucapan Siska terputus saat Abimanyu melesat cepat ke arahnya lalu mencekik leher Siska. “Kamu memang tidak berguna! Apa susahnya memisahkan mereka? Dasar lamban!” bentak Abimanyu. Siska tidak bisa berkata-kata lagi, lehernya sakit dan mulai sulit bernapas. Semakin lama cekikan itu tidak kendur, justru semakin kencang. Beberapa detik kemudian, Siska memejamkan mata dan terkulai lemas. “Kamu memang pantas mati!” ucap Abimanyu, “sayang sekali, wanita secantik kamu ternyata sangat bodoh. Melakukan tugas yang mudah saja tidak bisa.” Setelah yakin Siska tidak lagi bernapas, Abimanyu segera pergi dari kamar Siska. Namun, ia tidak pulang ke rumahnya. Ingat apa yang dikatakan Baskara, bahwa in

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 50

    Malam itu Siska sengaja pulang agak malam, ia pura-pura sibuk membuat laporan keuangan untuk diserahkan pada Adisti. Padahal ia sudah merencanakan sesuatu untuk Dion. Dikeluarkannya botol kecil dari saku bajunya, lalu tersenyum miring.“Aku harus memainkan peran wanita tersakiti malam ini,” gumamnya lirih.Siska melirik Dion dan Adisti yang tengah mengobrol di salah satu kursi untuk pelanggan. Sesekali Dion tersenyum pada Adisti, jemarinya menggenggam tangan Adisti erat, seolah takut kembali terpisahkan.“Mau saya bikinin minuman?” tawar Siska mendekati mereka.“Boleh,” jawab Adisti singkat sambil tersenyum.“Oh ya, laporannya selesaikan malam ini ya. Kalau bisa sebelum jam 9 malam.”Siska mengangguk paham. Sebenarnya laporan itu sudah ia selesaikan sejak sore tadi, ia berpura-pura masih mengerjakan untuk mengulur waktu.“Kasian dia, Mas. Janda anak satu,” ucap Adisti setelah kepergian Siska ke dapur.“Oh, makanya kamu tetep kekeh buka warung ini?” tanya Dion.Adisti mengangguk. “Aku

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 49

    Pagi itu Adisti berkutat di dapur. Sengaja ia ingin memasak untuk suaminya, ingin menebus kesalahannya selama ini dan berusaha menjadi istri yang baik untuk Diion. Adisti baru menyadari bahwa hanya Dion, laki-laki yang menerimanya apa adanya. Bahkan saat dirinya berbohong masalah kepergiannya, laki-laki masih memaafkannya. Ke mana lagi mencari laki-laki sebaik Dion?“Masak apa nih?” tanya Dion yang masih mengenakan baju koko dan sarung. Sepertinya ia baru saja salat subuh. Adisti menoleh ke sumber suara, lagi-lagi ia terpesona, kali ini wajah Dion yang bersinar mengalihkan konsentrasinya. Beberapa detik Adisti terpaku pada sosok laki-laki agamis itu. Kemudian tersadar. “Masak ayam rica, sayur sop, dan nanti mau goreng kerupuk.” Adisti mengalihkan pandangannya, ia meneruskan menumis ayam. “Enak kayaknya,” seru Dion sambil melangkah ke arah Adisti. “Ada yang bisa kubantu?” tanya Dion.Posisi mereka yang terlalu dekat, membuat Adisti merasa canggung. Tak kunjung mendengar jawaban

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 48

    Malam itu Dion dan Adisti tampak berbincang di balkon bersama Kartilan. Laki-laki tua itu sangat bahagia melihat kedatangan Dion, ia berharap cucu menantunya itu bisa membujuk Adsti untuk kembali bersama.“Mbah sangat bersyukur kamu bisa menemukan kami, Dion,” ucap Kartilan sambil menyesap rokoknya.Dion tersenyum, tangannya terulur mengambil pisang goreng di atas meja yang berada di tengah mereka. “Dion pun senang mbah akhirnya bisa bertemu di sini. Allah sangat baik memberi petunjuk pada Dion selama ini.”Kartilan mengangguk paham. “Tentu saja Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang membutuhkan bantuan. Mbah percaya pasti kamu akan datang dan sekarang terbukti, bukan?”Kartilan menghadap Adisti yang sejak tadi terdiam. “Bukankah kamu mau kembali bersama Dion? Dan kembali ke rumah kalian?” tanya Kartilan pelan.Adisti menatap Kartilan dan Dion bergantian, lalu mengembuskan napas dengan berat. “Adisti merasa berdosa, Mbah. Aa pantas Adisti bersama mas Dion? Padahal Adisti banyak mela

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 47

    “Kamu tampan sekali, Sayang,” gumam Siska sambil membelai wajah laki-laki tampan yang berada di depannya. Seolah terhipnotis, wanita itu menuruti setiap ucapan yang keluar dari bibir laki-laki itu. Bibir laki-laki tersenyum senang, mudah sekali baginya menggoda Siska. Tidak hanya dengan memperlihatkan wajah tampannya, tetapi juga memberikan banyak harta dalam bentuk perhiasan. Tidak menunggu lama, Siska tergoda dengan rayuannya, dengan begitu ia bisa dengan mudah mendekati Adisti lagi. Ya, laki-laki yang sedang menggoda Siska adalah Abimanyu. Makhluk tak kasatmata itu berhasil datang ke dunia manusia setelah diobati oleh kakeknya. “Tentu saja aku tampan. Kamu tidak akan menemukan wajah setampan ini di mana pun,” goda Abimanyu sambil mencolek pipi Siska yang dibalas dengan senyum malu-malu. “Aku menginginkanmu, Sayang.” Abimanyu mencium tengkuk Siska, tetapi sebelum adegan berlanjut, ketukan dan suara Doni mengejutkan mereka. Seketika Abimanyu menghilang tepat saat pintu terbuka. “

DMCA.com Protection Status