part 99Di desa ini aku tinggal bersama Ayah dan putriku. Aku memulai hidup baru tanpa pendamping hidup. Rumah kecil di tengah-tengah lahan perkebunan, kolam ikan dan berternak sapi. Aku merasa bahagia."Bunda! Bunda!" Caca berlari menghampiriku saat aku sedang memeras susu sapi."Bunda, Papa datang," ucap Caca lagi setelah berdiri di dekatku."Itu saja kamu sangat heboh, Nak. Bikini Papamu teh. Bunda masih banyak pekerjaan." Aku tetap melanjutkan kerjaku memeras susu sapi."Tapi Papa ingin bertemu Bunda.""Bukankah ada kakek juga di rumah.""Papa ingin bertemu Bunda." Caca masih kukuh agar aku menemui Bayu.Sebenarnya aku malas meladeni Bayu. Setiap minggu mengunjungiku selalu itu saja yang dibicarakan. Dan jawabanku tetap sama, aku belum siap menerimanya lagi karena rasa yang sudah hilang. Terpaksa aku meninggalkan pekerjaanku dan masuk ke rumah."Luna, Bayu datang bawa itu semua untuk kita." Ayah menunjuk ke meja. Bayu tersenyum menanggapi perkataan ayah.Kulihat di meja, ada banya
part 100Pov Caca."Bunda, tolong ijinkan aku menemui Mama Mila. Aku janji tidak akan nakal, aku janji, Bunda ...," lirihku agar Bunda Luna menuruti permintaanku."Sekarang kamu mandi dan istirahat, besok kita jalan-jalan kemana pun kamu mau." Aku tahu itu alasan Bunda menolak."Kenapa aku tidak boleh ketemu Mama Mila? Selama ini Mama Mila tidak pernah jahat, salahku apa, Bunda? Mmmm." Aku berkata sambil menangis.Kasihan Mama Mila. Aku sangat menyayanginya. Bunda Luna baru aku kenal meskipun Ibu yang melahirkanku. Apakah aku salah sayang kepada Mama Mila? Melihat Mama Mila dibawa polisi, hari-hariku terasa sedih, bahkan aku merasa ada yang kurang. Kenapa Bunda tidak mengerti.Aku masuk ke kamar dengan hati sedih. Sambil memeluk boneka pemberian Mama Mila, aku masih teringat saat-saat pulang sekolah dijemput dan kami belanja es krim, aku juga ingat hampir setiap malam Mama Mila membacakan buku cerita sebelum tidur. Mama Mila, aku kangen."Caca, Caca." Bunda masuk ke kamarku, lalu dudu
part 101Aku tidak punya pilihan. Terpaksa aku tinggal di rumah yang pernah kutempati setelah menikah dengan Bayu dulu, dan rumah ini adalah rumah hadiah pernikahan dari Bayu.Masih kamar yang sama, di kamar ini aku dan Caca tidur. Sebenarnya aku tidak ingin di sini, bukan rumah yang jadi masalah, tapi seatap dengan Bayu membuatku tidak nyaman, entah sampai kapan hatiku belum juga luluh dengan Bayu, kejadian masa lalu adalah penyebabnya."Mbok Siti mana, Mas?" tanyaku ke Bayu setelah kulihat kamarnya kosong."Mbok Siti sudah balik ke kampung, dia ingin menikmati hari tuanya di sana," jawab Bayu sambil membuat minuman kopi."Boleh aku bertanya?""Apa?" Bayu meletakkan dua cangkir kopi di atas meja."Kenapa kamu menyetujui ide Mis Riya.""Oh, mm sebenarnya ini hanya demi kemanusiaan, lagian Mis Riya juga yang menolongmu hingga aku sangat bersyukur bisa melihatmu lagi," jawab Bayu terasa mengganjal di hatiku."Oh," tanggapanku meskipun hati ini belum puas dengan jawaban Bayu.Aku sangat
part 102Pov Rio.Aku tidak menyangka melihat Luna di sini. Dia sendirian duduk seperti memikirkan sesuatu, kulihat Caca tidak bersamanya. Kapan dia balik ke kota ini? setahuku dia menetap di desa."Luna," ucapku tetap menatapnya."Hey, Bro! Kamu kenal dengan wanita sombong ini?" tanya Jovi kepadaku."Apa Jov? dia bernama Luna," jawabku, lalu melangkah mendekati Luna.Jantungku berdetak kencang. Mata itu menatapku hingga sulit bagiku menahan rasa di dada. Jujur, aku sangat merindukannya, tapi aku belum berani melamarnya karena aku masih mempersiapkan diri menata masa depanku. Semua semangat dan tujuanku juga untuknya, hanya untuk Luna."Hay Rio," sapa Luna lembut, lalu berdiri.Sebenarnya aku ingin memeluknya melampiaskan kerinduanku. Tapi aku takut dia menolak dan tidak menyukainya, dengan melihatnya saja itu sudah cukup."Hey, Bro! Kamu kenapa seperti terhipnotis dengan wanita sombong ini?" Jovi mendekat dan menepuk pundakku."Rio, siapa pria sombong ini? Tolong bilang padanya, jadi
part 104Kenapa aku berjumpa lagi dengan lelaki norak ini. Aku tidak ingin berdebat ataupun meladaninya. Hatiku sedang kacau, aku merasa ini tidak adil. Bapak kandung anakku sangat tega melukai hatiku hanya demi uang agar bisnisnya lancar. Dan putriku juga menginkan wanita yang ingin membunuhku beberapa tahun yang silam. Aku merasa takdir tidak adil padaku. Apa salahku? Aku dipermainkan. Tidak adakah pertolongan yang ikhlas? Aku selalu di tekan karena hutang nyawa. Aku harus bertindak."Kamu sendirian?" tanya lelaki norak ini ikut duduk di bangku di dekatku.Aku diam tidak memperdulikannya. Lagian aku tidak tertarik untuk basa basi."Wanita galak, selain sombong kamu juga wanita yang tidak bisa menghargai orang."Aku memalingkan mata menatapnya. "Urus urusanmu, jangan ganggu aku." Aku bangkit melangkah dan ingin menjauh. Padahal aku sudah berpindah duduk, dia masih juga menggangguku."Ok ok, padahal aku hanya ingin berteman dengan wanita sombong sepertimu. Jarang-jarang loh, aku yang
Part 105Pov RioHati ini berdetak kencang melihat mata itu menatapku. Rindu menggebu tapi aku terpaksa kutahan, aku belum punya nyali sebelum dia kuhalalkan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi aku akan melamarnya."Luna, kamu ...." Mas Bayu gugup karena tiba-tiba Luna muncul dari pintu. Tadinya dia bilang Luna di desa. Apakah ini akal-akalan Mas Bayu karena menyadari kami sekarang saingan. Lucu juga, aku bersaing dengan mantan suaminya."Ada apa, Rio?" tanya Luna kepadaku."Aku ... aku ingin bertemu untuk menanyakan kabar Ayah," jawabku mencari alasan."Untuk apa kamu menanyakan Ayah Luna? Ada urusan apa? Bukankah ibumu sudah mencampakkan Ayah Luna!" Mas Bayu terlihat sangat kesal.Aku melangkah mendekati Luna. Posisiku sekarang di depan Luna, sedangkan Mas Bayu di samping di antara kami."Mas Bayu, aku pernah hidup bersama Ayah, dan sampai sekarang hubungan kami baik-baik saja, apakah ini masalah bagimu, Mas?" Aku berusaha mencari kata-kata agar mas Bayu mati kutu. Aku tidak suka dia
part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap
part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak