Share

Sebuah Nama

Author: Nay Azzikra
last update Last Updated: 2022-09-19 15:41:54

Hari yang indah, yang telah lama aku harapkan tiba. Saat dimana aku melepas masa lajang, berganti status menjadi istri Mas Restu, pria yang aku kagumi sejak lulus dari SMA. Banyak tamu undangan dari kalangan orang terpandang di desa-desa yang ada di kecamatan kami hadir. Pelaminan megah, dan juga pesta yang meriah menjadi pertanda statusku kini sudah bukan lagi perempuan lajang.

Aku sengaja memilih perias terbaik di kabupatenku untuk acara paling spesial yang aku harap sekali dalam seumur hidup. Banyak teman seprofesi hadir. Umumnya mereka masih memakai seragam putih. Seragam kebesaran kami sebagai seorang bidan.

Sementara itu, banyak juga kepala desa yang datang, karena suamiku adalah seorang kepala desa pula. Sungguh acara yang sempurna. Menyatukan dua hati menjadi satu.

Senyum bahagia terus mengembang di bibir ini. Sesekali aku melirik Mas Restu, lelaki pendiam, pilihan Bapak. Dia selalu membalas tatapanku dengan senyuman, lalu menunduk. Meskipun hasil sebuah perjodohan, aku begitu mencintainya.

“Kamu cantik sekali, Isna. Kalian pasangan yang sangat cocok,” ujar beberapa temanku yang menjadi tamu undangan.

Satu per satu tamu undangan pulang. Meninggalkan rumahku yang masih berhiaskan bunga dan juga dekorasi pengantin yang sangat megah. Kini, tinggal aku dan Mas Restu di atas pelaminan yang masih melakukan sesi foto.

“Kita pindah ke kamar,” ucap fotografer sembari melihat-lihat kameranya, hasil jepretan gambar kami.

Aku mengikuti perintah dari pemuda yang bertugas menjadi tukang foto. Menggandeng tangan Mas Restu dan mengajaknya turun dari panggung. Pria itu hanya menurut tanpa sepatah katapun. Ah, dia memang irit bicara sejak kami resmi dijodohkan.

Tak mengapa, sepertinya aku yang energik harus lebih agresif. Batinku berujar.

Selama sesi foto, sepertinya, aku yang lebih agresif memang. Berkali-kali diminta mendekatkan tubuh, aku yang selalu melakukannya lebih dulu. Hingga akhirnya, prosesi pengambilan foto telah selesai. Dan aku sudah berganti baju, Mas Restu masih memainkan ponselnya sembari berbaring di atas kasur.

“Mas, mau makan?” Aku bertanya saat semua atribut baju pengantin telah terlepas.

“Enggak. Nanti saja,” jawabnya seraya menyunggingkan senyum.

“Mau minum apa?” tanyaku lagi sembari duduk di samping tubuhnya yang berbaring. Aroma khas kamar pengantin menguar di hidungku.

“Teh hangat saja,” jawabnya singkat.

“Ok, aku ambilkan, ya?” Selesai berkata demikian, aku berlalu. Tak berapa lama, aku kembali. Kulihat Mas Restu telah terlelap. Padahal, jam menunjukkan pukul tiga sore. Saat seharusnya bersiap menunaikan sholat Ashar.

Kuletakkan minuman yang diminta pria yang telah resmi menjadi suamiku di atas nakas. Kemudian berlalu pergi.

Hampir Maghrib, Mas Restu baru bangun. Sebagai istri baru yang ingin dianggap baik, kusiapkan semua keperluannya termasuk sajadah untuk sholat. Dia masih diam. Bahkan, sampai kami makan, dia hanya menjawab pertanyaanku secukupnya.

Malam menjelang, pria itu sudah beranjak lebih dulu ke atas pembaringan. Aku menyusul setelah tamu Bapak dan Ibu sudah tidak banyak.

“Mas,” sapaku padanya yang masih memainkan ponsel.

“Isna,” balasnya singkat.

Aku ikut membaringkan tubuh. Berharap akan terjadi sebuah adegan romantis seperti yang diceritakan teman-teman.

Satu menit, Mas Restu masih berkutat dengan ponselnya. Lima menit, hingga seperempat jam aku menunggu, tak juga Mas Restu membuka suara.

“Mas,” panggilku lagi. Kali ini dadaku mulai terasa sesak. Merasa ada yang janggal dari sikap dia. Malam yang seharusnya kami isi dengan memadu kasih, nyatanya hanya kami lewati dengan saling diam.

“Eh, iya, Isna. Kamu lelah, ‘kan? Tidurlah! Kita istirahat, ya? Biar badan kita tidak lelah,” jawabnya membuat aku kaget. Ia meletakkan ponsel di kasur yang kosong. Lalu, menarik selimut. Tak lupa, ia juga menutupi tubuhku dengan selimut yang sama.

“Maksudnya?” tanyaku bodoh. Tubuhku sudah aku miringkan menghadapnya. Tak diduga, ia melakukan hal yang sama, menyisakan jarak yang sedikit diantara kami.

“Kamu pasti capek seharian berdiri menyalami tamu undangan. Ayo, kita tidur,” ajaknya seraya mengusap kepalaku dengan telapak tangan.

Wajahnya berada dekat dengan wajahku. Meski belum pernah dekat dengan lelaki manapun, aku merasakan ingin sekali wajah itu semakin mendekat hingga tiada jara lagi yang tercipta diantara kami.

“Tidurlah!” ujarnya lagi seraya mengusap pipiku. Ini adalah kali pertama Mas Restu menyentuhku. Rasanya penuh dengan debar-debar yang aneh. Entah karena nyaman, atau memang lelah, perlahan mata ini terasa berat hingga aku terlelap.

“Marwah, Marwah, Marwah ….”

Sayup aku mendengar suara seseorang memanggil nama Marwah. Mata yang masih mengantuk, membuatku tak ingin bangun. Namun, suara itu semakin lama semakin jelas terdengar, hingga akhirnya aku terperanjat, kala menyadari, suara itu berasal dari pria yang tidur memunggungi aku.

Seketika tubuh ini bangun. Duduk terpekur memandangi sesosok lelaki yang masih memanggil nama seorang perempuan. Perlahan suara itu mengecil hingga akhirnya berhenti terdengar. Ia kembali tertidur. Namun, tidak dengan aku yang merasakan sebuah sakit dalam hati ini.

Siapakah Marwah? Batinku terus bertanya.

Related chapters

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Restu Jujur

    Isna mengerjapkan mata. Ia baru bisa tidur setelah jam tiga pagi. Tidak bisa dipungkiri, jika rasa penasaran membuat dirinya tidak bisa terlelap. Berbagai spekulasi muncul dalam pikiran. Mencoba menebak, siapa sosok yang namanya berkali-kali disebut Restu. Ia memang tidak tahu menahu tentang pribadi sang suami, karena pernikahan tersebut terjadi atas sebuah perjodohan.“Bangunlah! Sudah pagi. Kamu tidak shalat?” Sebuah guncangan lembut dirasa Isna. Padahal, ia sudah membuka mata sedari tadi. Ingin rasa hati segera bertanya, tapi ia masih bisa menahan diri.“Aku sudah bangun,” jawab Isna tanpa membalikkan badan.“Aku mau mandi. Dimana handuknya?” tanya Restu.Isna terbangun. Ia baru ingat, jika sedari sore belum memberikan peralatan mandi pada penghuni baru di kamarnya itu. “Lhoh, tadi sore mandi pakai apa?” tanyanya sambil mengucek kedua netra.“Pakai handuk kamu di kamar mandi. Tapi terjatuh, jadi basah. Ambilkan yang kering, ya?” ujar Restu lembut.Tak lama kemudian, Restu keluar da

    Last Updated : 2022-09-19
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Janji Restu

    “Aku minta maaf Isna. Orang tuaku sangat menyukaimu. Tidak mungkin saat itu aku menghancurkan impian mereka. Hatiku saja yang salah, sudah mencintai wanita yang tidak tepat. Lagipula, hendak dipaksakan seperti apapun, aku tidak akan pernah bisa bersanding dengan Marwah. Dia juga sudah pergi jauh, membiarkan aku hidup dengan pilihan orang tuaku, yaitu kamu ….” Restu menunduk. Tampak oleh Isna, sebuah kristal bening jatuh di telapak tangannya.“Lalu, bagaimana dengan aku yang tidak tahu apapun tentang masa lalu kamu, Mas? Aku hanyalah seorang gadis yang merasa bahagia karena telah dipersunting seorang lelaki yang membawaku ke dalam sebuah hubungan yang halal. Dan nyatanya, aku harus menemukanmu dalam keadaan masih mencintai wanita lain. Aku harus membawa hatiku kemana, Mas? Dan pernikahan kita, seperti apa nantinya hubungan ini akan dijalani?” tanya Isna dengan pipi yang sudah basah dengan derai air mata.Sebuah sentuhan halus terasa di pundak Isna. Ia membiarkan tangan kekar Restu memb

    Last Updated : 2022-09-19
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Isna Pergi Kemana?

    “Bagaimana bisa kamu memberitahunya?” Harun menyesalkan sikap sahabatnya.“Aku tidak sengaja menyebut nama Marwah saat tidur. Isna mendengar dan menanyakan hal itu di pagi harinya. Aku bisa apa? Aku tidak ingin Isna berpikir yang macam-macam.”“Jadi benar kamu tidak melakukan kewajiban kamu di malam pertama?”Restu menggeleng.“Kamu keterlaluan, Restu! Apa kamu akan tetap seperti ini?” Meski dengan nada pelan, Restu tahu jika sahabatnya itu marah.“Aku tidak bisa melakukannya tanpa sebuah cinta. Aku sangat tersiksa dari kemarin saat ijab qabul. Aku selalu membayangkan, jika Marwah yang ada di sampingku, maka aku akan sangat bahagia. Aku bingung, Mas Harun. Aku belum bisa menyentuh Isna. Aku belum ingin. Hatiku benar-benar menolak dia menggantikan posisi Marwah ….”“Bukankah dulu saat kamu hendak meminta pada orang tuamu untuk mencalonkan diri menjadi kepala desa, kamu sendiri yang menyetujui perjodohan ini? Kenapa sekarang kamu mengingkari itu? Dan menyakiti seseorang yang tidak bersa

    Last Updated : 2022-09-19
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Minta Maaf

    Di tengah rasa bimbangnya, ia segera memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Entah mengapa, hati seolah menuntun untuk pergi ke sana.Dengan mengendarai motor, ia melewati jalan yang naik turun khas pegunungan. Di kiri dan kanan, terdapat deretan kebun cengkeh dan kopi yang membuat suasana tambah dingin. Hatinya tambah berdebar, manakala melihat sepeda motor Isna ada di halaman rumahnya yang luas. Dengan debar takut, ia berjalan masuk ke dalam rumah."Kamu seharusnya tidak bekerja dan membiarkan istrimu kesepian datang ke sini. Mana ada pengantin baru keluyuran seperti itu? Desa sudah memberikan cuti. Semua urusan bisa kamu serahkan kepada carik," todong sang ibu."Ayo, pulang," ajak Restu halus."Aku masih betah di sini," tolak Isna tanpa melihatnya."Ibu masak dulu, ya?" pamit wanita bernama Narsih itu.Kini tinggallah sepasang pengantin yang saling bingung--duduk berdua. Restu memandang terus wajah Isna, mengamati dan mencoba mencari alasan kuat untuk dirinya bisa menjatuhkan hati pad

    Last Updated : 2022-09-19
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Malam Pertama

    “Sudah mandi?” tanya Restu tatkala melihat Isna yang masih memegang handuk di depan kamar mandi yang ada di dalam kamar. Ia memang sudah merancang kamar yang nyaman. Dulunya berpikir jika orang tuanya akan luluh merestui hubungan dengan Marwah, sehingga segalanya telah dipersiapkan jauh hari. Ia yang lulusan arsitek bangunan paham sekali bagaimana membuat kamarnya nyaman.“Sudah,” jawab Isna lalu tersenyum sedikit. Hatinya memang belum bisa pulih. Namun, mencoba bersikap dewasa dan berusaha menerima masa lalu Restu. ‘Lelaki yang menjadi suamiku adalah jodoh yang dipilihkan Allah. Aku telah menjaga kesucianku dan juga perasaanku sejak dulu dengan tidak berpacaran. Maka, apa yang terjadi hari ini adalah sudah diatur oleh penulis skenario terbaik. Marwah sudah pergi jauh. Mas Restu juga sudah menjadi suamiku. Dia memilih menikah dengan jodoh pilihan orang tuanya. Maka, itu artinya, Mas Restu memang tercipta untukku. Bismillah, semoga seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta akan tumb

    Last Updated : 2022-09-19
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Gagal

    Meski saat ini, tangannya memeluk dan membelai Isna, meski bibirnya sesekali mencium mesra wajah serta anggota tubuh lain Isna, tapi itu hanyalah sebuah kepalsuan belaka. Bohong! Ia telah membohongi Isna juga hatinya sendiri. Batinnya seolah berontak untuk tidak melakukan semua itu. Setiap gerakan yang ia sentuhkan terhadap sang istri, di sana seolah ada seulas senyum Marwah yang mencegahnya melakukan semuanya.Sementara wanita yang berada dalam belaiannya justru berpikir lain. Isna merasa jika saat ini, Restu benar-benar sedang menikmati malam kemesraan mereka dan mulai menerimanya sebagai seorang istri. Imajinasi yang berbeda dirasakan oleh kedua insan yang kini sudah saling menyatu.Isna memejamkan mata sembari mengucapkan sebuah doa dalam hati. ‘Bismillah ya Allah, aku lepaskan sesuatu yang berharga untuk dia suamiku, lelaki yang sudah halal, dan insya Allah akan menjadi imamku seumur hidup.’Sedangkan Restu pun ikut memejamkan mata, tapi di hatinya tidak terucap doa apapun, melai

    Last Updated : 2022-09-19
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 8

    Tidak banyak yang dibicarakan Isna dan Restu di hari kedua mereka menjalani hidup bersama. Peristiwa semalam membuat keduanya canggung. Narsih tersenyum senang, manakala melihat Isna dan Restu berambut basah saat pagi. Berpikir jika anak lelakinya sudah bisa menerima perempuan pilihan mereka.“Aku mau pulang ke rumah,” ucap Isna saat keduanya di kamar.“Kenapa?”“Kita menikah belum ada satu minggu. Seharusnya aku belum ke rumah ini.”“Baiklah, ku antar,”“Tidak usah ….” Isna menolak. “Aku mau ambil sesuatu di rumah Bu Ika,”“Bu Ika bidan desa sebelah?”Isna mengangguk.“Baiklah. Hati-hati! Aku mau ke balai desa. Jangan cerita tentang apa yang kita alami pada orang lain, ya?”“Sementara ini belum, Mas. Karena aku juga menjaga harga diriku. Tidak lucu pastinya, aku yang dulu disukai banyak cowok, harus mengalami pernikahan yang tragis.” Isna langsung pergi keluar kamar. Membuat Restu kembali memikirkan peristiwa semalam.‘Nanti malam, aku harus bisa melakukannya. Tolong aku, Marwah, iji

    Last Updated : 2022-09-22
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 9

    Tanpa sadar, keduanya saling berhadapan, saling memandang. Dan tak lama, Restu menarik wanita yang kini memakai piyama panjang naik ke peraduan. Agak ragu buat Isna untuk menyambut kemesraan dari lelaki yang kini hanya berjarak beberapa senti saja dari tubuhnya. Ia masih teringat peristiwa semalam. Namun, melihat Restu yang begitu gigih, akhirnya ia luluh. “Siapa tahu, saat anak saya kembali, dia bisa berjodoh dengan lelaki yang dicintainya ….” Kata-kata yang disampaikan Ruslam, terngiang kembali di telinga Restu. Terus menerus, seolah menjadi sebuah bisikan yang menghantui. Bayangan Marwah yang sedang menangis meratapi nasib, hadir kembali dalam pikiran Restu. Hingga membuat hasrat yang sudah membuncah, kembali surut. Dan dia, lagi-lagi harus membuat Isna yang sudah bersiap menutup mata--kecewa. Restu duduk kebingungan. Dipandangnya wanita cantik yang sudah siap untuk menyerahkan raga untuknya tengah menunggu. Hingga satu menit berlalu, Isna membuka mata dan menyadari, kejadian yan

    Last Updated : 2022-09-22

Latest chapter

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART TERAKHIR

    EKSTRA PART 5 Restu menatap sebuah cincin indah yang dibeli dari gajinya. Ia sudah berniat pulang dan akan melamar Isna kembali. Entah mengapa, hati menuntunnya ke rumah dinas Isna. Rumah kecil yang selalu ia tuju beberapa bulan sebelumnya. Ia kaget saat melihat dua sandal di rak yang ada di teras. Namun, tangannya segera mengetuk pintu perlahan. Yakin bahwa perempuan yang sedang dicarinya ada di dalam. “Cari siapa, Mas?” tanya Fahri yang membukakan pintu. Restu mendadak cemas. Jantungnya berdegup kencang. Mencoba menolak persepsi yang masuk dalam pikiran tentang hubungan lelaki di hadapannya dengan mantan istri. “Cari Isna. Anda siapa di sini?” tanya Restu. Menunggu jawaban keluar dari mulut Fahri, Restu merasa takut. “Saya suami Isna.” Dugaannya benar. Tidak lama, Isna keluar dengan memakai jilbab. Sorot tidak suka langsung terpancar kala menatapnya. Rahang Restu mengeras menahan emosi. Ingin rasanya menghajar lelaki yang mengaku sebagai suami Isna itu karena ia terbakar ce

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 4 BAG 2

    Fahri menatap perempuan yang memakai kebaya putih dengan mahkota di atas kepala, khas pengantin Sunda. Meski mereka orang Jawa, Isna memilih adat lain untuk hari spesialnya, karena tidak ingin mengingat busana yang dikenakan saat menikah dengan Restu. segala hal yang dia pilih dari dekorasi, busana, riasan dan pernak-pernik pernikahan dipilih yang berbeda dari pernikahan pertamanya. Mereka memilih ijab qabul dengan cara islami. Isna berada di kamar saat Fahri mengikat janji suci dengan mahar uang sejumlah tanggal, bulan serta tahun pernikahan mereka. Kini ia dipertemukan setelah benar-benar resmi menjadi istri dari lelaki yang berprofesi sebagai tentara itu. Fahri tersenyum bahagia saat Isna berhadap dengannya. Ia lalu mengulurkan tangan untuk dicium takzim oleh perempuan yang sudah sah menjadi miliknya. Sentuhan pertama keduanya, mengawali sebuah hubungan yang halal di mata Allah. Isna ingin menangis, tapi ia tahan. Setiap titik air mata yang jatuh ketika menjadi istri Restu, kini

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 4 BAG 1

    EKSTRA PART 4“Kenapa lama? Aku sudah setengah jam menunggu di sini,” ucap Isna kesal.“Jangan marah-marah. Kamu hanya menungguku setengah jam. Sementara aku, aku sudah bertahun-tahun menunggumu. Saat datang, kamu sudah menjadi milik orang. Bukankah itu lebih mengesalkan?” tanya Fahri sambil tersenyum menggoda. “Jangan marah. Kita impas. Aku mengalah jika waktuku bertahun-tahun hanya kubalas dengan setengah jam saja ….”Isna memasang muka masam.“Aku merindukan kamu,” kata Fahri saat baru saja duduk sambil menyerahkan buket bunga.Isna masih enggan menanggapi.“Kalau kamu ngambek, kita seperti sudah berpacaran.”Isna melirik sekilas saja lalu meletakkan tangan di dagu dan memindahkan bola mata menuju objek lain.“Aku tadi mencari bunga berwarna merah ini. Kamu tahu kenapa lama?”Isna melirik Fahri. Kali ini tatapannya berhenti seperti penasaran.“Karena aku mengecat bunga ini sendiri.”Isna hendak tertawa tapi ditahan.“Kamu mau terima bunga ini atau tidak? Kalau tidak, aku mau mengem

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA pART 3 BAG 2

    “Kamu mencium harumnya bunga melati?” tanya Fahri. Isna celingukan. “Enggak,” jawabnya. Ia lalu berpikir jika melati berhubungan dengan hal yang mistis. “Kamu tidak menciumnya karena melati itu ada di lama hatiku.” Dengan wajah datar, fahri menggoda Isna. “Aku pulang, lho!” “Mau pulang sama siapa? Hamam sudah aku suruh pulang lebih dulu.” Isna membelalak. “Terus? Aku nanti pulang sama siapa?” “Aku sudah bilang mau antar kamu pulang, ‘kan?” “Tapi ….” “Jangan takut! Aku bawa sopir. Kita nanti bertiga.” “Kalian laki-laki semua, aku wanita sendirian?” Fahri tersenyum. “Hamam menunggu di luar. Tapi, nanti aku akan mengantarmu pakai mobil.” Isna meneguk es jeruk yang ada di meja. Panas dingin dirasa dalam tubuhnya. “Aku akan berangkat besok. Tunggu aku pulang. Dan aku akan menagih jawaban sama kamu,” Hati yang hangat mendadak sunyi kembali saat mendengar Fahri akan berangkat. “Kapan pulang?” Pertanyaan yang meluncur dari mulut Isna tanpa ia sadar. “Kamu mau ikut?” canda Fahri.

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 3 BAG 1

    EKSTRA PART 3 Isna tidak tahu harus berbuat dan berkata apa. Semuanya terasa tiba-tiba terjadi. Ia sama sekali tidak menyangka jika yang melakukan semua itu adalah Fahri. Pria yang selama beberapa bulan ini tidak ada kabar sama sekali. Seketika hatinya merasa lega. Bayangan Tomi yang menari-nari di pikiran lenyap seketika. Namun, kelegaan itu berganti dengan rasa bimbang dan bingung. Ia tentu tidak bisa memutuskan dalam sekali itu juga. Jika lamaran itu dilakukan oleh seorang pacar, tentu akan sangat membahagiakan. Namun, Fahri hanyalah teman yang tidak pernah menghubunginya selama ini. Meski Isna tahu, lelaki itu memiliki perasaan. Akan tetapi, tetap saja baginya Fahri belum dekat di hati. “Aku bukan lelaki egois yang akan menuntut kamu menjawab saat ini juga. Aku melamar kamu karena memang aku ingin mengutarakan isi hati ini. Aku hanya pulang dalam waktu seminggu saja. Dan ini khusus aku lakukan untuk melamarmu. Kelak, jika aku pulang tiga bulan lagi, aku harap kamu sudah memiliki

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 2 BAG 2

    Tidak lama kemudian lampu menyala. Seorang pria yang memakai kemeja warna abu-abu dipadukan celana jeans hitam. Penampilannya terlihat menawan. Berjalan mendekati Isna dengan satu tangan memegang mic sambil bernyanyi. Sementara tangan lainnya memegang buket bunga. Selesai menyanyikan lagu satu bait, musik kembali berganti dengan alunan biola.Isna menoleh dan menyadari Hamam sudah tidak ada di sana. Sedari tadi ia terpana hingga tidak sadar adik laki-lakinya telah meninggalkannya seorang diri.Isna merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya. Pria itu mendekat menatapnya dengan tatapan kerinduan dan penuh cinta.Ia berlutut di hadapan Isna dan mengulurkan buket seraya berkata, “will you marry me?”Mata Isna berkaca-kaca. Alih-alih menjawab, ia malah menangis dengan posisi tangan menutup wajah.***“Siapa nama kamu?” tanya Hasyim saat kedatangan lelaki muda tampan dan mengatakan ingin meminang Isna dan mengajaknya menikah.“Saya Fahri, Pak. Kakak kelas Isna saat masih SMA. Saya su

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 2 BAG 1

    EKSTRA PART 2Dalam sujud panjang, Isna memohon petunjuk. Tiba-tiba dalam hati memiliki sebuah keyakinan, jika itu bukan Tomi atau Restu, jika orang itu adalah lelaki baik yang pernah ia kenal, maka ia akan membuka hati.Isna yang diliputi rasa kebimbangan menceritakan apa yang terjadi terhadap keluarganya. Di luar dugaan, sang ibu justru mendorongnya untuk berangkat. “Nanti diantar sama adikmu,” ujar Rahayu tanpa memiliki rasa kekhawatiran.“Tapi, kalau orang itu Tomi?” Isna terlihat ragu.“Kamu lari, Hamam yang akan menghadapi.” Rahayu memberi support untuk sang putri.Akhirnya Isna memutuskan berangkat meskipun ragu.“Hati-hati! Bapak selalu merestui setiap jalan yang kamu pilih. Bapak hanya ingin bahagia dengan siapapun nantinya lelaki yang kamu pilih. Bapak tidak mau mengulangi kesalahan yang dulu. Oleh karenanya, kamu harus mencari sendiri calon suami untukku kamu. Cari dan pilihlah dia yang mencintai kamu, Nduk,” ucap Hasyim saat Isna hendak berangkat. Suaranya bergetar. Sepert

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   ESKTRA PART 1 BAG 2

    Ada yang kirim paket, sudah Ibu taruh di atas kasur,” ucap Rahayu saat melihat Isna pulang kerja kelelahan.Isna diam dan langsung masuk kamar. Sebuah paket berbungkus plastik hitam dibukanya. Tanpa ada nama pengirim membuat jantungnya berdegup kencang. Takut bila didalamnya ada sesuatu yang membahayakan. Sejenak ia ragu untuk membuka.“Bismillah ….”Kotak berbentuk kado. Saat membuka tutupnya, ada kotak lagi. Begitu sampai kotak ketiga. Lalu Isna menemukan beberapa batang coklat dan sebuah kartu ucapan.Semoga kamu bahagia selalu.“Siapa yang mengirimnya?” tanya Isna seorang diri.Meski penasaran, ia tidak mengatakan hal itu pada sang ibu.Tiga hari kemudian, Isna mendapatkan lagi paket misterius. Kali ini di dalam kotak ada setangkai bunga mawar plastik. Dengan sebuah kartu ucapan pula.Semoga harimu menyenangkan.Isna mengumpulkan paket yang ia terima dalam satu kardus. Ia tidak mau memakan coklat karena takut ada racunnya.“Apa ini dari Tomi? Hanya Tomi yang gencar mendekatiku. Na

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 1

    EKSTRA PART 1Restu mengemasi barang-barang miliknya dari kantor kepala desa. Enam bulan sudah ia bercerai, dan perilakunya tidak terkendali. Hobi bermabuk-mabukan menggunakan uang desa. Lama-lama, pegawainya merasa tidak suka dengannya. Dan demo besar-besaran terjadi yang ujungnya adalah pemecatan ia sebagai kepala desa.Dahlan sudah tidak mau ikut campur dengan keadaannya sehingga memilih untuk diam.“Pergilah merantau! Untuk mengembalikan nama baikmu. Hutangmu pada desa akan kami lunasi. Tapi, kamu harus pergi dari sini. Karena aku tidak mau lagi menuntun langkahmu. Kamu sudah dewasa. Kamu harus belajar mencari hidupmu sendiri. Mulai sekarang, kamu mau menikah dengan siapa saja kami benar-benar tidak peduli!” ujar Dahlan dengan muka masam.Restu yang memang sudah kepalang malu, hanya bisa meratapi nasib dengan pergi dari rumah Dahlan dengan tanpa membawa harta benda apapun. Hanya motor butut yang selalu setia menemani sejak kehancuran hidup.Tanpa kekayaan dan kejayaan orang tuanya

DMCA.com Protection Status