Home / Pernikahan / PENYESALAN / 58. Dia Pelakunya

Share

58. Dia Pelakunya

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Din, kamu mau ikut jenguk Pak Hasbi, gak?" tanya sebuah suara di seberang telepon.

"Hmmm ..."

"Mau ikut enggak, ini rencananya rombongan kantor mau nengokin Pak Hasbi, beliau sudah pulang ke rumah. Sekalian silaturahmi pengin kenalan sama istrinya."

"Kapan?"

"Nanti malam Din, kalau mau ikut nanti kumpul dulu di Cafe Cinta ya, Din."

"Oke."

Wanita itu menutup panggilan teleponnya. Hatinya sangat sakit bila mengingat pria pujaannya sudah menikah dengan wanita udik.

Aargghh ...! Dia melemparkan kosmetik dan skincare di meja riasnya, hingga jatuh berserakan ke lantai.

Aku harus cari cara yang lain agar mereka bisa berpisah. Ya, aku harus cari cara yang lain. Siapapun tak boleh bersama dengan Mas Hasbi! Hanya aku yang boleh, aku adalah pasangan terbaiknya, bukan wanita itu. Batinnya meracau sendiri.

Menjelang sore, wanita itu sudah bersiap-siap, membersihkan diri, memakai wewangian, memoles wajahnya dengan make

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yung
dasar picik sukuriiiinnn kau masuk penjara nandin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PENYESALAN   59. Pergi Bulan Madu

    "Pak, pelaku sudah tertangkap," ucap sebuah suara di seberang telepon. "Sekarang ada dimana?" "Kantor polisi pak," jawabnya lagi. "Baik, saya segera kesana." Kututup panggilan telepon dari Johan, seseorang yang kusuruh menyelidiki kasus ini. Dia memang kompeten dalam bidangnya. "Sayang, mas keluar sebentar ya," pamitku pada Nadia. Dia tengah sibuk membantu memasak. Wajahnya sedikit kemerahan karena kepanasan di dapur, tapi justru terlihat menggemaskan. Ia melepaskan apron yang melekat di tubuhnya. "Mau kemana, Mas?" tanyanya menghampiriku setelah ia mencuci tangan. "Mas ke kantor polisi dulu ya," ucapku kemudian. "Oh oke, apa pelakunya sudah tertangkap?" tanya Nadia. Aku mengangguk "Ya sudah hati-hati dijalan ya mas. Kamu kan baru sembuh, jangan ngebut ya," ucap istriku penuh perhatian. "Iya sayang." Aku mengecup keningnya dengan lembut lalu

  • PENYESALAN   60. Hari Yang Mendebarkan

    Ya ampun, aku benar-benar tak bisa menahan tawa melihat ekspresinya yang lucu. Aduhai Nadiaku. "I love you," ucapku sembari mengerlingkan mataku untuk menggodanya. "Ehem ehem. Kenapa diam aja, Sayang? aku ingin dengar suaramu yang merdu." Dia masih diam saja dengan rona pipinya terlihat memerah, tapi kuanggap itu sebagai bentuk persetujuannya. Ya sejauh ini aku hanya memeluk dan menciumnya saja. Tapi sepertinya malam ini bakal berbeda, aku akan menunaikan kewajibanku, memberikan nafkah batin untuk istriku. Meskipun sudah menikah beberapa hari yang lalu, tapi kami memang belum melakukannya. Hari-hari sebelumnya aku masih tahap pemulihan dari luka yang kudera. Dan sekarang aku merasa sudah benar-benar sehat setelah berhasil sembuh dari kecelakaan itu. Kecelakaan yang hampir saja merenggut kehidupanku. Namun dengan pertolongan dan perlindungan Allah, aku berhasil selamat. Alhamdulillah. Guyuran air shower membuat tubuhku kembali se

  • PENYESALAN   61. Keysha Melahirkan

    "Mas, perutku sakit banget, melilit mas, sakiiit," rintih Keysha. "Kamu mau melahirkan?" "Gak tau mas, tapi rasanya .... Aaaarrrgghh sakiiit ...." "Tahan dulu Key, ayo kita ke rumah sakit." "Aduuuh mas, sakiiit." "Iya, iya, sabar ya. Mas panggil taksi dulu." Keysha masih meringis kesakitan sembari memegangi perutnya. Kepalaku sudah terasa nyut-nyutan, bagaimana aku mendapatkan uang untuk biaya persalinan anakku. Air mata menetes begitu saja karena ketidak berdayaanku. Cukup menunggu lama, akhirnya taksi itu datang. Aku bergegas membawa Keysha ke rumah sakit. Keysha segera ditangani oleh tenaga medis diperiksa kondisinya lebih dulu. "Pak, istri bapak harus dioperasi, karena posisi bayi anda sungsang--" Aku melongo mendengar penjelasan Bu dokter. Selama ini, aku memang lalai, jarang memperhatikan kondisi Keysha, bahkan cuma sekali mengantarkan Keysha pada ibu bidan.

  • PENYESALAN   62. Shock

    Keysha terdiam. Ia tak membantahnya atau menyanggah apapun. Jadi benar, laki-laki itu pacar Keysha? Atau mantannya?"Hah, aku tak percaya ini. Jadi selama ini kau berbohong padaku, Key!"Keysha menggeleng perlahan. "Aku gak bohong mas, Dia memang pacarku mas. Tapi sebelum aku menikah denganmu, kami sudah putus.""Kamu masih mencintainya?""Bagaimana mungkin mas. Dia sudah meninggal.""Me-meninggal?"Keysha mengangguk, wajahnya tampak sangat sedih. Entah kenapa satu sisi perasaanku jadi lega, tapi satu sisi yang lainnya kecewa. Ternyata bukan aku satu-satunya lelaki di hati Keysha. Harusnya dari awal aku tahu itu."Apa yang waktu itu kamu tangisi kepergiannya? Jadi itu dia?"Keysha kembali terdiam. Butiran bening tampak menetes dari matanya. Apa ini? Dia masih merasa sedih walaupun dia sudah meninggal lama?"Hah, aku tahu sekarang. Lelaki itu pasti menempati tempat yang istimewa di hatimu.""Mas, tolong jangan bica

  • PENYESALAN   63. Morning sickness

    "Sayang mumpung hari ini mas libur kerja, kita jalan-jalan yuk," ajak Mas Hasbi. Dia sudah memakai kaos oblong, celana training dan sepatu kets bersiap-siap untuk olahraga pagi. Aku menggeliat malas. Memandang jam yang bertengger di dinding, waktu menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh pagi. Ya, setelah selesai sholat subuh berjamaah, aku kembali berbaring, bermalas-malasan diatas tempat tidur. Biasanya pagi-pagi sehabis sholat subuh, aku sudah bersemangat berkutat di dapur, membantu Mak Piah menyiapkan bahan untuk jualan maupun sarapan. Tapi kali ini tidak. Entahlah beberapa hari terakhir ini, rasanya malas sekali, badan seperti meriang. Perut gak enak, mual, pusing dan yang lainnya. Mungkin karena masuk angin atau kecapekan karena lelah bekerja. "Sayang, kenapa masih tiduran begitu hmm?" tanya Mas Hasbi kembali, dia menatapku heran. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Satu tangan kuletakkan di bawah bantal, dan pipiku masi

  • PENYESALAN   64. Positif

    Belum habis menyantap bubur, mendadak perutku kembali mual-mual. Aku beranjak ke westafel dan memuntahkannya disana.Hueek ... Hueek ...Mas Hasbi memandangku dengan tatapan iba. Dia mengisik bahuku."Kita ke Bu bidan aja ya dek, aku kasihan lihat kamu kayak gini.""Ini kan hari Minggu mas, praktek bidan juga libur.""Eh iya ya, lupa. Berarti besok ya, kalau kamu masih kayak gini terus, kita periksa ke dokter.""Iya mas.""Kamu istirahat saja dulu dek, mas ke apotik sebentar."Aku mengangguk. Mas Hasbi bergegas pergi dengan langkah yang terburu-buru. Karena gamisku kotor, segera kuganti dengan piyama tidur. Biar sajalah hari ini aku malas-malasan di dalam kamar. Mencium aroma masakan saja sudah membuat perutku mual. Entah apa sebabnya.Aku membaca artikel di internet, tentang ciri-ciri kehamilan. Benar, semuanya mengarah padaku kali ini. Apakah sekarang aku benar-benar hamil? Kalau itu benar, entahlah

  • PENYESALAN   65. Permintaan Maaf

    Di ruang perawatan Melati."Mas, kamu kenapa gak memberitahu kami kalau Keysha melahirkan?" tanyaku."Aku gak ingin merepotkan kalian lagi, kalian sudah banyak membantu kami," sahut Mas Rizki sambil menunduk.Aku menghela nafas dalam-dalam."Siapa nama bayi kalian, Mas?" tanyaku lagi."Cinta Salsabila"Aku hanya mengangguk sembari tersenyum. Baby Cinta, sangat lucu dan menggemaskan. Tapi sedari tadi ia tampak tenang, bahkan tidak rewel sedikitpun."Dek, coba gantian, mas juga ingin menggendongnya," ucap Mas Hasbi.Aku mengangguk. Sekejap kemudian baby Cinta sudah berada di gendongan Mas Hasbi. Ia tampak senang saat menggendong bayi mungil itu. Mungkin ekspresinya akan terlihat lebih bahagia kalau menggendong anaknya sendiri."Mas ..." suara lirih Keysha membuyarkan keheningan.Tubuhnya tampak lemah dan terlihat lebih kurus. Melihatnya seperti ini aku jadi merasa iba padanya.

  • PENYESALAN   66. Posesif

    Dua hari dirawat, akhirnya Keysha diperbolehkan pulang. Aku ikut mengantarnya. Aku hanya khawatir, bayinya kurang perhatian. "Makasih ya Tante, udah jengukin dan anterin Keysha pulang," ucapnya ketika aku berpamitan dengannya. "Iya. Kamu istirahat yang cukup ya, makan yang banyak. Ingat kamu harus jaga kesehatan untuk kamu dan anakmu." "Iya Tante." "Ya sudah tante pamit pulang ya. Assalamualaikum ..." "Waalaikum salam." Kulangkahkan kaki keluar dari rumah kontrakannya. Aku tak pernah menyangka mereka akan tinggal di tempat sederhana seperti ini. Mas Hasbi yang kebetulan baru pulang bekerja, ia menjemputku di gang masuk perumahan. Aku masuk ke dalam mobilnya. "Gimana keadaannya?" tanya Mas Hasbi. "Alhamdulillah, sudah baikan mas." "Syukurlah. Kamu juga harus jaga kesehatan, jangan diporsir tenaganya. Apalagi ini kehamilan pertamamu." Aku tersenyum mendengar ucapannya. Mungkin itu be

Latest chapter

  • PENYESALAN   93. Seribu tangkai mawar untukmu (End)

    "Nadia ... dingiiiin ..."Nadia panik, ia langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh sang suami agar tak kedinginan. Ia pun berlalu ke belakang, mengambil air panas di baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres kening sang suami.Setelah hampir dua puluh menit, rasa dingin mulai mereda. Hasbi bangkit, kepalanya terasa begitu pening dan berputar-putar."Mas, kamu sudah mendingan? Sudah gak dingin lagi?"Hasbi mengangguk. "Iya tapi pusing banget.""Masih kuat kan buat sholat?""Masih sayang.""Ini diminum dulu air hangat, Mas. Biar badanmu hangat.""Makasih, Dek." Hasbi meraih gelas air minum itu lalu meneguknya pelan. Nadia membantunya meletakkan gelas di meja."Ya sudah sekarang sholat dulu. Aku buatin bubur buat kamu ya, Mas."

  • PENYESALAN   92. Biar gendut tapi masih muat

    Nadia berkaca di depan cermin riasnya. Dia berputar-putar sejenak, melihat pantulan dirinya di depan cermin."Mas, kayaknya aku gendutan deh, nih lihat lemak di perut gak ilang-ilang!" ujar Nadia sembari memanyunkan bibir.Hasbi tersenyum dan menghampirinya. Memeluk tubuh sang istri dari belakang.“Gak papa kok kamu gendutan, hatiku masih muat tuh buat kamu.”"Iiih, berarti beneran dong aku gendut!" cebik Nadia kesal."Sayang, di perutmu ini kan sudah lahir buah cinta kita. Dia tumbuh di rahimmu selama sembilan bulan lamanya, ya wajar saja kalau perutmu sudah gak kayak dulu lagi.""Tapi kan--""Sssttt ... Aku akan menerima kamu apa adanya sayang. Tak peduli dengan perubahan bentuk fisikmu, aku tetap mencintaimu."Kecupan lembut kembali mendarat di puncak kepala Nadia. Nadia mengulum senyum. Merasa berarti dengan perhatian yang suaminya berikan."Yakin kamu gak akan berpaling meskipun aku berubah g

  • PENYESALAN   91. Tenggelam

    Mobil mereka memasuki kawasan wisata Pantai Tanjung Lesung yang terletak di Pandeglang, Banten. Waktu yang ditempuh sampai ke lokasi hampir menghabiskan waktu 3,5 jam.Satu persatu dari mereka turun dan meregangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak menuju ke homestay yang sudah direservasi oleh Hasbi satu hari sebelumnya.Terlihat wajah-wajah yang riang dan gembira, untuk berlibur melepaskan rasa penat karena aktivitas.Begitu pula dengan Nadia dan anak-anak, mereka masuk ke dalam villa yang spesial dipesankan oleh Hasbi."Bunda, ayo kita main ke pantai!" ajak Cinta. Dia menarik tangan Nadia untuk beranjak bangun."Iya, sebentar sayang. Istirahat dulu di sini ya.""Bunda, aku mau main pasir putih," sahutnya lagi."Iya sayang. Sebentar, bunda ganti baju dulu nih biar santai.""Yeayy asyiiikkk ..." Zikri dan Cinta saling ber-tos ria, berjingkrak senang seperti tak ada lelah."Panas-panas mau main di pantai?" tanya Hasbi.

  • PENYESALAN   90. Liburan Keluarga

    "Hei ... kalian habis dari mana saja, Sayang?" sambut Hasbi ketika sampai di rumah.Dua bocah kecil itu menghambur ke arahnya. Memeluknya dengan sangat erat dan antusias."Ayah, aku dapet ini!" seru Zikri seraya menunjukkan boneka Frog ke ayahnya."Aku juga dapat ini, Yah!" timpal Cinta sembari menunjukkan boneka beruang miliknya."Bunda hebaaat ... Bunda bisa ambil ini di permainan capit boneka," puji Zikri lagi."Wah, bunda kalian memang hebat ya," sahut Hasbi menanggapi dua bocah kecil itu.Nadia tersenyum melihat celotehan mereka.Rasanya bahagia, kebahagiaan yang sederhana."Nah, sekarang kalian mandi dulu ya, udah sore. Mak Piah dan Mbak Sarni akan memandikan kalian.""Yeaaay ... Horeee ...!"Dua bocah kecil itu berlarian ke dalam. Nadia dan Hasbi ters

  • PENYESALAN   89. Ambilkan Bulan, Bu

    "Mas, aku dengar kabar kalau katanya jenazah Andin mengeluarkan bau tak sedap bahkan kejadian-kejadian aneh lain saat di pemakaman."Hasbi menoleh ke arah istrinya. Menghentikan aktivitasnya yang tengah memeriksa pekerjaan di laptop. Memang benar, desas desus berita tentang kematian Andin santer terdengar."Aku gak nyangka wanita secantik dia harus mengalami kejadian mengenaskan seperti ini.""Sssttt ... Jangan dibicarakan lagi. Itu adalah aib. Kita lupakan saja. Doakan yang terbaik untuk almarhumah.""Iya, Mas. Maaf.""Iya, tak apa. Aku tahu kok perasaanmu. Mulai sekarang kita fokus sama kehidupan kita saja ya, yang berlalu biarlah berlalu."Nadia mengangguk."Ambil hikmahnya saja, setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, baik maupun buruk."Nadia tersenyum dan langsung mem

  • PENYESALAN   88. Kematian yang tragis

    " ... Musibah kebakaran terjadi di kawasan elit tengah kota xxx ... Melanda kawasan apartemen mewah. Sementara, penyebab kebakaran diduga karena korsleting listrik, petugas polisi sedang menyelidiki kasus ini ... Seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun menjadi korban meninggal atas tragedi kebakaran petang tadi ..."Sebuah tayangan televisi menampilkan berita kebakaran hebat yang cukup memprihatinkan."Mas, kamu kenapa?" tanya Nadia saat menghampirinya dan memberikan segelas teh manis hangat untuk sang suami."Ada berita kebakaran di tengah kota, Dek." Kedua mata Hasbi masih belum terlepas dari layar benda datar itu.Nadia menoleh dan melihat tayangan berita di televisi."Seorang korban sudah berhasil diidentifikasi, nama Andin Yozita 28 tahun, berprofesi sebagai staff kantor, menjadi korban tewas dalam insiden kebakaran kali ini."Nadia dan Hasbi saling berpandangan."Mas, apa yang dimaksu

  • PENYESALAN   87. Dendam Yang Tak Pernah Usai

    Praaannkk ....!! Wanita itu memecahkan barang-barang di sekitarnya. Rasa amarah, dendam, benci yang tak berkesudahan menguasai hatinya."Semua gara-gara kamu, Nadia! Semua gara-gara kamu!!" teriaknya geram.Hari itu setelah kondisi badannya kembali fit, dan sembuh dari alergi, ia menyelidiki siapa pengirim paket misterius itu hingga mendapatkan informasi kalau pengirimnya adalah Nadia."Kau benar-benar licik, Nadia! Awas saja, aku akan membalasnya lebih menyakitkan!"***"Maaf Andin hubungan kita, kita sudahi sampai di sini," pungkas Roy dengan raut wajah serius."Kenapa? Kenapa kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, Mas?"Roy hanya tersenyum masam. "Tanyalah pada dirimu sendiri, kau berhubungan tak cukup dengan seorang laki-laki, padahal selama ini aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu, gaya hidupmu, aku menanggung semuanya. Tapi hatimu justru kau berikan pada pria lain.""Pasti bukan itu saja alasannya!"

  • PENYESALAN   86. Kehilangan

    "Mas, kenapa bisa seperti ini?""Aku gak tau Nadia, saat pulang ke rumah aku menemukannya pingsan di halaman belakang, Cinta menangis gak jauh dari tempat ibunya terjatuh.""Ya Allah ..." Mendengar ucapan mantan suaminya, tanpa terasa kedua mata Nadia kembali menitikkan air mata, ia merasa sangat iba."Apa Keysha tidak mengeluh apa-apa?""Tidak, dia cuma bilang pusing. Tapi dia juga bilang tak ingin merepotkanku ataupun kamu. Aku yakin dia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan rasa sakitnya."Nadia menghela nafas dalam-dalam. Ia tak menyangka keponakannya pergi begitu cepat."Oh iya, Mas Rizki, Cinta mana?"Rizki tergagap. "Ah tadi dia diajak sama suster."Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Mas, aku cuma mau bilang kamu yang sabar ya. Aku tahu ini berat, tapi ini semua sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa.""Iya, terima kasih Nadia.""Mas, aku cari Cinta dulu. Biar kuambil dari perawat."

  • PENYESALAN   85. Berita Duka

    Rizki sudah membeli buket bunga mawar untuk diberikan pada istrinya. Ya, hari ini Keysha ulang tahun. Dia akan memberikan sedikit kejutan untuknya. Kasihan wanita itu, selama ini harus ikut bersusah payah dengan kondisi mereka.Rizki bersiul-siul riang, biasanya kalau sore-sore begini, Keysha menunggunya di teras sambil bermain dengan Cinta, buah hati mereka.Lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kenapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya sendiri."Keysha? Cinta? Kalian dimana?" panggil Rizki. Lelaki itu mencari ke setiap sudut rumah, tapi tak ia temukan mereka dimanapun."Kemana mereka?"Samar-samar terdengar suara anak kecil menangis. Rizki menajamkan pendengarannya. Jangan-jangan itu Cinta?Gegas, dia lari ke belakang. Suara tangisan Cinta terdengar makin kencang. Dari kejauhan ia melihat sosok anak kecil sedang menangis di antara rimbunnya rerumputan."Astaghfirullah hal adzim. Cinta!" teria

DMCA.com Protection Status