Kami bahkan tidak menyadari dia sudah memasuki kamar. Dia bersandar di kusen pintu dengan melipat tangannya di dada, yang membuat otot tangannya membesar. Dia memakai kaus berkerah V dan jins hitam. Rambitnya masih basah dan dia tidak memakai alas kaki. “Maksud Ayah seperti sapi atau hewan lainnya yang kulihat di acara TV soal peternakan?” tanya Noah. Pandangannya berganti-ganti dari aku, Liliana, dan ayahnya. Liliana terbaring tenang di tanganku setelah mengeluarkan gas, dan sama sekali tidak paham akan apa yang tengah kami diskusikan dan caranya menyusu.“Benar. Tepat seperti itu,” balasku dengan senyuman. Matanya menjadi tidak fokus selama beberapa saat sebelum mengerutkan hidungnya sebab merasa aneh. “Benar-benar menjijikkan,” ujarnya sambil berjalan menjauh seolah aku ini menjijikkan. “Kupikir dia akan lebih senang kalau pakai botol.”Pandangannya terus berpindah dari dadaku ke Liliana. “Lalu, bagaimana kalau Ibu sedang tidak ada? Apa yang akan terjadi? Bisakah kita pakai sus
“Katakan sesuatu, Ava,” ujar Travis dengan nada memohon. Aku menatap mereka. Aku tidak yakin apa yang harus kurasakan. Ayah dan aku tidak akrab. Terutama setelah apa yang telah terjadi di antara Rowan, Emma, dan aku. Aku hanya tidak pernah berharap dia meninggal, tapi aku juga tidak bisa bilang kalau aku sedih. Apakah ini akan membuatku jadi orang jahat? Bahwa pria yang kukenal sebagai ayahku selama ini meninggal, tapi aku malah tidak merasakan kesedihan?“Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan,” gumamku jujur. Rowan mengarahkanku untuk duduk. Kami duduk di arah yang berlawanan dengan ketiga orang yang seharusnya merupakan keluargaku. Aku memandangi mereka, lalu menggeleng kebingungan. Aku dulu merasa sayang pada mereka. Di luar kejahatan mereka, kasihku pada mereka bukan sesuatu yang bisa kusembunyikan. Tapi sekarang, aku tidak merasakan apa-apa. Tempat di mana kasihku pada mereka dulu tercurah sudah kosong. Tidak ada jejak kasih sayang lagi bagi mereka. Hal ini membuatku bertan
“Seperti yang sudah kukatakan berulang kali, kamu bukan keluargaku, jadi dia bukanlah ayahku. Selain itu, pria itu memperlakukanku seolah aku ini orang terkutuk. Aku tidak pernah berharap dia meninggal. Ditambah lagi, seharusnya dia memeriksa latar belakangnya sebelum membuat perjanjian dengan mereka.”“Jadi menurutmu ini salahnya sendiri dia bisa meninggal?” tanya Travis sambil menggertakkan giginya. Aku mengedikkan bahuku. “Apa yang kamu harapkan? Jangan khianati organisasi kriminal dan berharap bebas dengan hati riang.”“Tidak bisa kupercaya kamu akan berkata seperti itu,” lirih Ibu dengan berusaha menahan air matanya. “Dan tidak bisa kupercaya juga kalian di sini. Apa yang kalian lakukan di sini? Aku sudah membayangkan kalian bertiga untuk mendoakan aku meninggal dengan menderita.” Aku melawan balik dengan kepahitan di suaraku. Aku terkejut akan perkataan yang keluar dari mulutku. Seperti bukan aku saja. Seakan ada seseorang yang mengambil alih tubuhku. Aku tidak bisa menghentik
Beberapa jam berlalu sejak Noah membentak ketiga tamu tidak diinginkan itu. Mereka sekarang ada di halaman belakang untuk menikmati matahari. Noah terlihat sudah tenang, tapi aku sangat tahu dia. Dia orang yang tajam. Tatapannya masih menatap mereka dan mengawasinya, seolah dia menunggu mereka untuk berbuat salah. Liliana tengah tidur di kamarnya, dan aku di dapur untuk mengambil nafas. Ibu dan Travis terus mencoba untuk menggendong Liliana, tapi untuk beberapa alasan, hatiku tidak mau menyetujuinya. Itu bahkan bukan hal utama yang menggangguku. Yang menggangguku adalah Emma yang tidak menghargaiku dan perasaanku. Dia melakukan itu di rumahku sendiri. Aku paham bahwa aku bersalah padanya saat aku tidur bersama Rowan, tapi Rowan sekarang adalah suamiku. Seharusnya aku tidak merasa terganggu saat dia mencoba mendekat dengannya. Caranya tersenyum nakal, menggoyangkan pinggangnya saat lewat di dekatnya, dan menggesekkan tubuhnya saat dia didekatnya. Aku tidak mau cemburu, tapi nyatanya
“Terus kenapa?”Dia meraih lengannya dan sedikit mendorongnya. “Terus kenapa?” geramnya. “Dia istriku. Istriku. Dan kamu kasar dan tidak menghargainya sepanjang waktu!”“Rowan,” Travis mencoba untuk ikut campur, tapi Ibu menghentikannya. Sejujurnya aku tidak paham mengapa dia melakukannya. Ibu selalu memihak pada Emma. Perasaanku dinomor sekiankan. Emma-lah yang terutama, dan apa yang Emma mau, didapat olehnya. “Istrimu?” dengusnya. “Dia bukan siapa-siapa kecuali jalang yang merebutmu dariku, dan seakan itu belum cukup, dia menjebakmu saat dia hamil. Kamu milikku, Rowan. Akulah yang kamu cintai, ingat itu?”Aku tidak mendengar apa yang dikatakannya setelah itu sebab aku berjalan kedapur. Aku benar-benar jengkel. Aku juga tidak mau mendengar jika Rowan mengatakan kalau dia mencintainya. Itu bukan rahasia lagi kalau dia mencintainya. Memang, dia perhatian padaku sekarang, bahkan memberiku beberapa kecupan, tapi hatinya selalu milik Emma. Dia benar. Rowan itu milik Emma seutuhnya.Keti
Emma. Aku benci saat berada di rumah Rowan. Aku benci melihat Ava bersikap seolah Rowan masihlah suaminya. Maksudku, ayolah, amnesia? Kamu pasti bercanda. Yang membuatku lebih kesal lagi adalah Rowan yang begitu perhatian padanya. Dia milikku. Dia masih milikku, dan aku tidak mau melepaskannya. Ketika dia membentakku setelah aku menciumnya, itu membuatku benar-benar terkejut. Rowan tidak pernah meninggikan suaranya padaku. Hal itu membuatku bertanya-tanya soal kemungkinan apakah dia sudah selesai denganku. Membuatku bertanya-tanya apakah dia benar-benar mencintai Ava. Aku menggelengkan kepalaku, menepis pikiran itu. Pasti mustahil. Semua orang berkata padaku bahwa dia membencinya. Bahwa selama sembilan tahun terakhir, yang dilakukannya adalah menyakiti Ava karena memisahkan kami. Jadi, bagaimana ceritanya dia bisa tiba-tiba mencintainya? Sungguh tidak masuk akal. “Nona?” panggil si supir. Saat melihat ke arahnya, saat itulah aku sadar kami sudah sampai rumah dan Ibu serta Travis
“Barangkali kamu belum menyadarinya, perasaannya sudah tidak sama lagi,” ujarnya. “Kamu tidak boleh menghalanginya memenangkan Ava, ini peringatan. Kami membelamu tanpa sadar kami mengubahmu menjadi anak manja. Sudah berakhir hari ini. Kamu sudah berumur tiga puluh tahun. Astaga, dewasalah sialan!”Baik aku dan Travis memandang Ibu dengan terkejut. Dia tidak pernah mengumpat sebelumnya. Setelah itu, dia menjauh dari ruangan. Kami mendengar langkah kakinya dan dia menaiki tangga sebelum suara pintu dibanting dari kejauhan terdengar. Aku berbalik pada Travis. Dia kakakku. Dia selalu membelaku melawan Ava. “Tolong katakan kalau kamu tidak berpikir atau merasakan hal yang sama seperti Ibu,” mohonku dengan air mata di pelupukku. Dia tidak mungkin berlawanan denganku. Dia selama ini jadi pilar kekuatanku. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan kalau dia juga tidak setuju akan perilakuku. “Maafkan aku, Emma, tapi Ibu benar. Kamu orang dewasa. Kamu punya anak dan tanggung jawab, tapi kamu
Calvin. Aku sangatlah lelah. Sejujurnya, aku salut pada setiap janda di luar sana. Menjadi orang tua tunggal tidaklah mudah. Aku menjatuhkan diriku di sofa dengan merasa lelah. Pagi ini begitu sibuk. Aku perlu mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Guntur membantu, tapi aku harus membawanya ke latihan sepakbola hari ini. Dia tidak mau pergi, dia benar-benar bersikeras. Bukannya aku memaksa dirinya ke olahraga yang tidak disukainya, hanya saja dia tahu Noah tidak akan turut hadir. Aku membuatnya mengerti keadaan Noah. Ava sudah bangun, jadi tentu saja Noah mau ada di dekatnya. Aku yakin akan memakan waktu cukup lama. Dia berhenti menjadi manja setelah diyakinkan bahwa Ava tidak akan ke mana-mana. Guntur akhirnya mengerti, dan dia setuju mau pergi hanya jika aku berjanji kita akan mengunjunginya nanti. Dia sedih saat tahu bahwa Ava, Noah, dan Liliana tidak akan kembali ke rumahnya yang di sebelah kami. Pikiranku terarah pada Ava. Aku merasa jahat, sebab terakhir kali kami ber
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil