Rowan menggeram dengan tidak nyaman. “Bisa kita tidak bicarakan ini? Kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu.”“Untuk menjawab pertanyaanmu, iya. Aku masih perawan waktu itu. Lalu ...” aku terhenti sejenak. “Aku memberitahu Calvin soal bayi itu. Aku tidak menginginkan bayi itu dan aku mau mengaborsinya, tapi dia melarangku.”“Kamu berencana mengaborsinya?” tanya Ibu dengan nada ketakutan dan kekecewaan.Aku tidak bisa merespon apa-apa kecuali mengangguk. ‘Calvin mengancam untuk memberi tahumu dan Ayah kalau aku melakukan rencanaku. Aku tidak mau kalian mengetahui kesalahanku, jadi aku setuju untuk tidak mengaborsi bayi itu karena persyaratan itu dan dia akan menutup mulutnya rapat-rapat. Itu waktu yang buruk sekali karena aku dipaksa untuk mengandung bayi yang tidak kuinginkan, tapi aku tidak ada pilihan lain.”“Itu waktu di mana kamu masih tinggal jauh,” bisik Travis. “Bahkan kamu tidak memperbolehkan kami mengunjungimu.’Aku memang membuat alasan saat itu.Saat kehamilannya membes
Calvin.Aku menunggu. Menunggu dengan sabar baginya untuk kembali. Aku tidak tahu ke mana dia pergi, tapi aku sangat bisa menebaknya. Dia marah. Aku mengerti akan hal itu lebih dari apa pun. Kalau ada yang seharusnya merasa sebal dan tersakiti oleh perilaku Emma, maka harusnya aku yang begitu. Dia sudah menyakitiku dan Guntur lebih dari rasa sakit yang mau kuakui.Aku mendengar pintuku terbuka, tapi aku tidak bergeming. Aku bahkan tidak yakin apa yang kulakukan di sini. Anak-anak ada di rumahku bersama pengasuh. Untuk beberapa alasan, aku merasa aku harus ada di sini.Ava menghentikan langkahnya. “Calvin, aku tidak tahu kamu masih ada di sini.”Matanya memerah dan bengkak. Dia pasti habis menangis, sudah jelas itu pasti. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya.“Aku berpikir menunggumu,” kataku saat dia duduk. “Habis dari mana saja kamu?”Aku tahu ke mana dia pergi setelah dia menyadari Emma-lah ibunya Guntur. Sudah beberapa jam berlalu. Aku t
“Aku masuk kampus dan lanjut bekerja lebih keras lagi. Aku berubah menjadi tidak dikenali. Aku tenggelam dalam kehidupan kampus. Wanita, pesta, dan minuman keras. Hidupku menyenangkan. Aku didekati oleh banyak wanita. Aku bisa memilih wanita dari pesta kolam renang. Dengan segera, aku mulai melupakan Emma. Menangisi wanita yang tidak menginginkanku itu tidak penting saat aku bisa bersama yang lain.”Ava menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Aku tahu dia tidak menikmati kehidupan kuliahnya. Tidak setelah dia hamil di usia delapan belas tahun. Dia kemudian menjadi seorang ibu dan istri. Dia tidak punya waktu untuk menjadi mahasiswa normal tanpa kekhawatiran atau tanggung jawab. Setidaknya aku sempat merasakan pengalaman itu sebelum Emma muncul kembali dalam hidupku."Semuanya berjalan lancar sampai kakekku terkena stroke dan menjadi lumpuh. Kakekku yang membesarkanku setelah kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan. Dia adalah satu-satunya yang aku miliki; aku tidak tahu ada anggot
Aku sangatlah takut, setidaknya itulah yang kupikirkan saat itu. Aku tidak tahu cara menjadi Ayah. Demi Tuhan aku belum pernah berada di dekat bayi. Sungguh itu menekanku, tapi aku tahu aku sudah mencintai anak itu."Dia ingin melakukan aborsi. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi, jadi aku mengancamnya." Aku menarik napas dalam-dalam, merasakan tenggorokanku tercekat sebab karena melawan emosi yang mendidih. "Aku membawanya ke rumah kakekku. Aku berharap semuanya akan membaik. Bahwa dia akan belajar mencintai bayi itu dan mencintaiku, tapi aku salah.""Dia sangat sulit untuk hidup bersama. Aku tidak akan berbohong padamu; selama waktu itu, kami masih berhubungan intim ketika dia sedang berselera, tapi itu tidak mengimbangi cara buruknya bersikap terhadapku. Dia sering memakiku, memanggilku dengan sebutan buruk, dan kadang-kadang bahkan menamparku. Dia bilang aku menghancurkan hidupnya dan dia membenci aku serta bayi kami."Aku menatap ke bawah. Aku mencoba memahami bahwa dia sedang m
AvaSeisi otakku seakan mau meledak.Aku sudah duduk di sini sejak Calvin pergi sekitar satu jam yang lalu. Aku bertanya padanya apakah Noah bisa menginap di rumahnya hari ini, dan dia setuju.Aku masih mencoba memahami semua yang aku pelajari hari ini. Terlalu banyak informasi dalam sekali waktu. Aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya.Teleponku berdering. Sekejap aku berpikir untuk mengabaikannya, tetapi aku memutuskan untuk tidak. Ini mungkin sebuah keadaan darurat.Aku menggeser layar tanpa melihat. Aku meletakkan gadget itu di telingaku, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Pikiran aku benar-benar kosong, jadi aku menunggu siapa pun di sisi lain untuk berbicara.“Ava,” dia menghela napas. “Syukurlah. Kamu baik-baik saja? Travis memberitahuku apa yang terjadi hari ini.”Segera aku mengenali suaranya. Ruby.“Aku tidak yakin, jujur,” balasku dengan lirih.Aku masih tidak mengerti bagaimana Emma bisa begitu kejam kepada Calvin dan Guntur. Aku tahu bahwa dia selalu ingin mengandung an
Baru saja aku mau mengatakan sesuatu saat kudengar bel rumahku berdering.“Ada orang yang bertamu, Ruby. Aku harus pergi.” Aku merasa sangat lelah dan terkuras, baik secara emosional maupun fisik."Oke. Kita bicara besok. Aku tahu ini hari yang melelahkan bagimu."Kami berdua mengucapkan selamat malam dan menutup telepon. Aku mempertimbangkan untuk mengabaikan orang di pintu. Seperti yang kukatakan, aku lelah. Aku tidak ingin bertemu siapa pun.Perlahan aku bangkit dan membuka pintu.“Rowan, apa yang kamu lakukan di sini?” tanyaku dengan terkejut.Aku terkejut melihatnya. Jujur saja, aku mengira dia akan berada di sisi Emma, dan menghiburnya. Aku terkejut dia malah di sini.“Bolehkah aku masuk?” tanyanya dan tidak menjawab pertanyaanku.Mungkin ada yang salah denganku, karena aku melangkah ke samping dan membiarkannya masuk. Dia memberiku senyum kecil saat memasuki rumahku.“Apa Noah sudah tidur?” tanyanya sambil melepas mantel.“Mungkin, tapi dia tidak di sini. Malam ini dia akan tidu
Aku selalu penasaran tentang apa yang dibicarakan oleh para penulis buku ketika mereka mengatakan ‘ciuman yang mampu menggoyangkan iman’. Inilah jenis ciuman itu.Indraku benar-benar tidak terasa lagi karena aku meraih belakang kepalanya dan memperdalam ciuman itu. Seolah-olah aku tidak bisa mendapatkan cukup darinya dan aku hanya menginginkan lebih. Bahkan ciuman Ethan tidak pernah terasa seperti ini.Aku tersesat dalam ciumannya saat dia melumat bibirku. Inilah yang selalu aku impikan. Aku selalu ingin Rowan menciumku seolah-olah dia menginginkanku. Inilah yang aku inginkan darinya setiap kali dia pulang dari kerja atau pergi di pagi hari. Inilah yang aku inginkan setiap kali kami berhubungan intim. Namun, kami tidak pernah mendapatkannya. Bukan karena aku tidak mencoba, tetapi karena dia tidak pernah menginginkanku."Kamu mencoba menjadi teman tidur yang baik, tapi kamu bahkan tidak bagus dalam hal itu. Setiap kali aku memasukimu, yang aku inginkan adalah Emma, yang aku bayangkan sa
Secercah cahaya terang menyisip melalui jendelaku dan membuat mataku terbuka. Alih-alih segera bangun, aku tetap di kasur untuk beberapa saat saat mengelus perutku dan merasakan bayiku bergerak di dalam sana.Aku melihat kalender di meja samping tempat tidur dan menyadari bahwa hari ini aku telah mencapai usia kandungan enam bulan. Rasanya menakutkan memikirkan bayi ini. Perjalanan kehamilan ini penuh dengan ketidakpastian. Aku selalu memastikan untuk berterima kasih kepada Tuhan setiap kali melewati bulan demi bulan dengan bayiku, menyadari bahwa tidak semua bayi lahir dengan selamat.Setelah mengucapkan doa singkat sebagai ungkapan syukur, aku bangun dan turun ke lantai bawah. Aku bisa mandi nanti, tapi sekarang aku merasa lapar. Dengan segala yang terjadi kemarin, aku sampai lupa makan.Pikiran tentang kemarin membawaku pada kejadian dengan Rowan. Aku masih tidak percaya bahwa aku membiarkan dia menciumku, atau bahwa aku benar-benar menikmatinya.Ini sangat menggangguku bahwa aku in
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil