Share

Bab 137

Penulis: Evelyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-17 16:07:37
“Aku tidak akan menyerah, Ibu. Sudah kubilang, aku ingin Ibu dan Ayah bersama dan aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan,” nada suaranya terdengar begitu yakin.

Aku menghela nafas. “Tidak kali ini, sayang.”

Keheningan menyelimuti kami saat kami berkendara. Tak lama kemudian, kami sampai di lingkungan kelas atas tempat orang tuaku tinggal saat ini.

Aku berhenti di gerbang elektronik. Setelah memasukkan kode sandi pada layar sentuh kecil yang terletak di samping, gerbang terbuka. Theo telah memberiku kode sandi kalau-kalau aku ingin mengunjungi mereka.

Kami berkendara di sepanjang jalan kecil yang ditumbuhi pepohonan. Sekitar lima menit berkendara sebelum kami sampai di rumah besar yang indah.

“Wah, ini luar biasa. Bahkan lebih mengesankan dari rumah Opa dan Oma,” kata Noah mengacu pada rumah orang tua Rowan.

Aku meringis. Dia akan terkejut ketika saya memberi tahu dia bahwa ini juga rumah kakek dan neneknya.

Saya memarkir mobil di depan taman yang terawat. Setelah mematikannya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 138

    Aku mengetukkan kakiku canggung, menunggu namaku dipanggil. Aku sedang duduk di ruang tunggu klinik, menunggu giliranku. Astaga, bahkan daripada canggung, lebih tepat kalau aku panik. Segalanya terasa seperti kilas baik. Kehamilan keduaku dan aku ada di sini sendirian. Perbedaannya adalah Ethan tidak bisa datang dan Rowan tidak mau repot hadir. Saya berusaha keras untuk mengabaikan fakta bahwa saya hamil sampai beberapa hari yang lalu ketika saya menyadari bahwa lingkar pinggang saya bertambah. Benjolan bayi saya mulai terlihat dan semua orang akan segera tahu bahwa saya hamil. Aku menghela nafas lelah dan membuat catatan mental untuk memberitahu orang tuaku. Aku belum tega membeberkan kalau aku sedang mengandung anak Ethan. Terutama karena dia masih putra mereka. Akan sangat aneh jika mereka mengetahui bahwa putri kandung mereka sedang mengandung anak angkatnya. Semuanya kacau, tapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengatasinya. Apa yang sudah dilakukan sudah selesai. Bayi ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 139

    “Aku ingin makan siang bersamamu.” Perkataan Rowan sekali lagi mengejutkanku. Aku menatapnya curiga. “Kenapa?”“Aku ingin kita berbicara.”Aku melihat ke arah jalan. Memeriksa apakah aku dapat menemukan taksi. Hari ini aku datang ke sana karena aku sedang tidak ingin untuk mengemudi. “Menurutku itu bukan ide yang bagus. Benar-benar tidak ada yang perlu kita bicarakan,” Aku memusatkan pandanganku kembali padanya. Dia menyisir rambut hitamnya dengan tangannya. Tampak sedikit frustrasi. “Rowan…” Aku hendak memberitahunya bahwa aku akan pergi, tapi dia memotongku. Wajahnya menjadi sedingin batu. “Aku tidak akan menerima jawaban tidak. Kamu boleh masuk sendiri atau aku yang menggendongmu masuk,” katanya sambil menunjuk ke mobilnya. “Kamu tidak akan berani,” “Coba saja, Ava” Dia mulai mendekati aku dan aku baru tahu bahwa dia akan melakukan ancamannya. Dengan menggerutu, aku berbalik dan menaiki mobilnya. Dia membuka kunci mobil dan aku masuk. Aku memelototinya ketika dia masuk da

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 140

    Kami tidak berbicara setelah itu. Makan siang berjalan dengan canggung dan kami makan dalam diam. Pikiranku masih terngiang atas ucapan maafnya. Aku tidak tahu apa yang dia mau dariku, tetapi aku harap itu bukan permintaan maaf. Tidak sekarang. Setelah selesai makan siang, dia mengantarku pulang. Kami terdiam selama perjalanan. Kami berdua hilang dalam pikiran masing-masing. Aku tidak tahu bagaimana caranya menghadapi dirinya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan versi terbaru dirinya. Ini benar-benar asing bagiku. “Terima kasih,” kataku ketika kami sudah sampai rumah. “Terima kasih karena menemaniku di klinik dan makan siangnya.”“Sama-sama,” dia mencoba untuk tersenyum. Aku mengangguk dan keluar dari mobil, tetapi dihentikan olehnya yang meraih tanganku. “Aku ingin berkata padamu, tolong beritahu aku kalau kamu mau ke klinik lagi,” katanya sambil menatapku dalam. Aku sekali lagi menatapnya, tidak bisa mengerti apa yang sedang ada di pikirannya. “Kenapa aku harus melak

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 141

    “Apa? Itu benar dan Ibu bangga padamu.”Dia tersenyum jahil dan aku tahu dia ada maunya. “Bolehkah aku bermain game kalau begitu, sebab aku pintar dalam matematika?”Aku tahu ini. Dia jelas mau sesuatu. Aku menghela nafas. “Baiklah, tapi satu jam saja.”Dia segera berlari menaiki tangga dan berteriak terima kasih berulangkali, membuatku tersenyum karenanya. “Mila, kamu boleh pergi,” ujarku pada pengasuh Noah saat aku pergi ke dapur. “Apakah Anda yakin?”“Iya. Pergilah.”Dia tersenyum padaku sebelum mengambil barangnya. Lima belas menit kemudian dia pergi dan kuharap aku tidak terlalu terdengar memaksanya untuk pergi. Karena Noah ada di kamarnya, aku sendirian. Aku tidak ada apa-apa untuk dipikirkan, jadi pikiranku mulai memikirkan banyak hal. Aku baru saja mempertimbangkan untuk memulai makan malam lebih awal ketika pintu depanku terbuka.“Halo, Ava dimana kamu?”Suara Ruby membuatku tersenyum."Di dapur!" Aku balas berteriak.Beberapa menit kemudian, dia masuk ke kamar dan saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 142

    Hari ini hari yang santai. Tidak banyak yang harus kulakukan. Noah sudah ada di sekolah, dan aku sedang bersantai di rumah. Setelah merasa sedih, aku memutuskan untuk beristirahat dari pekerjaanku. Muridku tidak senang akan itu, tetapi mereka mengerti bahwa aku benar-benar banyak pikiran beberapa minggu ini. Aku berencana melanjutkannya setelah aku melahirkan. Fokusku sekarang ada di anakku dan Yayasan Harapan. Aku masih berusaha menerima semua yang terjadi beberapa minggu terakhir ini. Termasuk perubahan perilaku setiap orang. Satu-satunya orang yang tampaknya konsisten dengan kepribadiannya yang penuh kebencian adalah Emma. Sisanya tampaknya telah berubah pikiran dalam semalam.Daripada berfokus pada pemikiran itu. Aku mendorong mereka menjauh dan mengangkat teleponku dan menghubungi nomor Ibu. Dia mengangkatnya pada dering pertama."Hai Ibu," aku menyapanya. Aku belum terbiasa memanggilnya seperti itu, tapi perlahan-lahan aku mulai melakukannya.“Ava!” Dia berteriak melalui tele

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 143

    “Belum pernah seumur hidupku aku melihat hati seseorang luluh begitu cepat soal anjing. Biasanya orang-orang menganggapnya begitu menyebalkan.” Suara hangat itu membuatku menolehkan kepalakku dengan cepat, begitu cepat sampai leherku hampir sakit. Astaga. Pria ini benar-benar menawan sekali. Rambut hitam, matanya yang bagus, tulang pipi tinggi, dan rahang yang tegas, bibir yang mempesona dan badan yang terpahat sempurna. Dia sangat rupawan dan dia tahu itu. Aku tahu apa yang kalian pikirkan. ‘Pelan-pelan Ava, kamu sudah pernah dibohongi oleh wajah rupawan, jangan jatuh ke lubang yang sama.’Aku tidak. Aku sudah tidak memikirkan itu lagi, tetapi bukan berarti aku tidak bisa mengapresiasi rupa orang. Aku tidak buta. “Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Pertanyaan itu keluar dari mulutku sebelum aku bisa menghentikannya. “Kamu terlihat familiar.”Dia menatap sebentar sebelum menjawab. “Iya, dulu kita satu sekolah, kamu dua tahun di bawahku.”Aku mencoba mengingatnya, tapi tetap saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 144

    “Noah, apakah kamu sudah selesai dengan pekerjaan rumahmu?” Aku memanggil Noah, tetapi tidak mendapat jawaban. Ini Jumat sore dan aku sudah sangat lelah. Aku lupa bahwa ketika hamil, orang akan mudah lelah. Segalanya membuatku lelah. Satu-satunya yang bisa kusyukuri adalah aku tidak mual mual, tidak seperti saat aku hamil Noah. “Noah?” Panggilku lagi. Aku bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya. Dia biasanya langsung menyahut. Kecuali jika ada yang mendistraksi perhatiannya. Sebelum aku naik untuk melihatnya, bel pintuku berdering. Aku menghela nafas berat. Bukannya aku tidak ingin melihat siapa pun, aku hanya butuh istirahat. Mungkin juga aku perlu mandi. Aku menghabiskan sepanjang waktuku di Yayasan Harapan untuk mengurus setumpuk dokumen yang perlu kuurus. Mataku kering. Pikiranku sudah lelah dan badanku pegal. Aku menyeret kakiku untuk membuka pintu dan aku terkejut melihat Calvin dan Guntur di terasku. Sudah dua hari sejak kejadian di halaman belakangku itu. Ketika Gu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 145

    “Semoga Noah bisa membantunya keluar dari zona nyamannya,” gumamku sambil memberinya kue. Aku mengitari meja dapur. Mengambil salah satu kursi bar, aku menghembuskan napas lega karena aku sudah bisa berdiri. Aku mengambil salah satu cupcake. Pikiranku benar-benar kosong.“Aku ingin meminta maaf” kata Calvin setelah beberapa saat."Untuk apa?"“Bersikap kasar beberapa hari yang lalu.”Melambaikan tanganku dengan acuh, aku menghadapnya. “Tidak apa-apa, aku yang terlalu berlebihan.”Berbicara tentang hari itu mengingatkan aku pada rasa sakit yang aku lihat di matanya. Saat ini dia telah melakukan pekerjaan yang baik dalam mencoba menyembunyikannya. Orang lain mungkin menganggap dia baik-baik saja, tapi menurutku dia tidak baik-baik saja. Aku mengenali pergumulan dalam jiwanya karena aku biasanya mengalami hal yang sama.Sangat mudah bagi seseorang yang terluka untuk melihat kepedihan yang coba disembunyikan orang lain. Apalagi jika jenis rasa sakitnya sama dengan yang Anda alami sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17

Bab terbaru

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 468

    Seperti beberapa pagi belakangan ini, aku terbangun dengan merasakan tangan Gabriel yang menjamah dadaku. Aku tidak tahu mengapa dia seperti itu, tapi entah mengapa hal ini selalu terjadi. Kami akan pulang hari ini dan aku tidak begitu tahu aku harus merasa apa. Kemarin, aku melewati batas ketika kubolehkan dia meniduriku. Aku merasa kalau aku tidak bisa mundur lagi. Jangan salah. Aku suka setiap menit yang kita lakukan kemarin. Aku menyukai setiap detik yang kulewati bersamanya beberapa hari terakhir ini, tapi aku masih takut bahwa segalanya ini bukanlah kenyataan. Aku takut bahwa aku akan segera terbangun dan menyadari ini hanyalah mimpi belaka.Sebagian diriku sangat menginginkan ini. Sedangkan, sebagian diriku yang lain masih skeptis akan apa pun yang terjadi di antara kami. Seolah bisa membaca pikiranku, tangan Gabriel yang semula di dadaku jatuh dan ganti untuk merengkuh pinggangku. Dia menarikku mendekat padanya, sampai aku bisa merasakan keinginan dan hasratnya melalui kulit

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 467

    Dia melepas celana dalamku, dan aku merasakan salah satu tangannya kembali menelusuri perutku dan menyusup di antara kakiku. Hatiku terasa ragu, tapi aku sangat mendambakan sentuhannya. Mulutku membuka karena ciumannya dan mendesah di ciuman kami, sembari kuangkat pinggulku untuk menyentuhnya dan memohon agar dia tidak berhenti. Jemarinya menyusuri kulitku dan menggerayangi klitorisku dan menggelitik syarafku di sana. Sial, aku akan segera klimaks. Kakiku mulai gemetaran di atas ranjang, kepalaku terjulur kembali ke ranjang. Gabriel bersenandung senang saat menciumi badanku, kakiku membuka lebar, yang mana menawarkannya pandangan menyeluruh ke area tubuh bagian bawahku. Mataku menatap pandangannya yang dipenuhi oleh nafsu saat menatapku. “Seksi sekali.” Dia memindahkan jarinya dari klitorisku untuk memasuki liangku di dalam, memilin pergerakannya untuk meraih pusat kenikmatanku. Badanku terlonjak, dan helaan nafas terkejut terlontar dari kerongkonganku. Gabriel menyeringai lebar di

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 466

    Bibir Gabriel menyambutku begitu pintu di belakang kami tertutup. Ciumannya sungguh kasar, seolah ingin menghukumku. “Tidak ada yang boleh menyentuh apa yang menjadi milikku. Lalu, jangan lupa bahwa kamu milikku, Hana,” geramnya dengan nada suara yang dipenuhi oleh amarah. “Aku hanya sedang menari ketika dia menghampiriku,” ujarku untuk membela diriku. “Aku sudah mencoba untuk menjauh, tapi dia mencengkeramku.”Hubunganku dengan Gabriel sudah menegang selama beberapa hari ini. Ya, menegang, bukan karena segalanya memburuk, tapi malah segalanya berjalan dengan baik. Tidak ada hal lain yang terjadi setelah makan malam di malam itu. Kami makan, minum, dan berbincang. Yah, ciuman itu menjadi puncak acara kami malam itu. Kami banyak berciuman sejak itu. Ciumannya membuatku menginginkan lebih. Ciumannya sudah menjadi adiksiku. Memang ini gila, aku tahu itu, tapi aku tidak bisa menahan diri. Ketika dia menangkup bibirku, diriku seketika meleleh dalam pesonanya. Sudah empat hari berlalu se

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 465

    Aku bergerak mengikuti irama musik, dan kurasakan seluruh ketakutanku luruh. Sejujurnya, aku belum pernah ke klub sebelumnya. Aku tidak pernah menghadiri pesta manapun, kecuali pesta yang diselenggarakan karena pekerjaan orang tuaku. Ini adalah kali pertamaku. Orang tuaku bukan orang tua yang kolot, tapi aku tidak memiliki teman, dan aku merupakan penyendiri, sampai tidak ada orang di sekolah tahu aku hidup. Aku tidak diundang ke pesta, sesederhana karena aku begitu penyendiri, mungkin aku tidak tampak bagi mereka. Rasanya nikmat sekali untuk minum dan melupakan segalanya. Hari ini hari terakhir kami di Rafles, dan segalanya berjalan dengan lancar. Gabriel berhasil membuat mereka menyetujui syarat di kesepakatannya. Kami di sini, di klub mewah ini, sebab para investor mau merayakan kesepakatan ini, yang mana merupakan kesepakatan besar yang akan mendulang triliunan rupiah bagi Perusahaan Wijaya. Aku terus bergerak sesuai irama musik, mataku tertutup dan tanganku terangkat di udara.

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 464

    ‘Seperti aku yang jelas-jelas jatuh padamu.’Perkataan Gabriel terus terulang di benakku berulang kali sepanjang hari. Kami harus rapat terus menerus dengan investor yang berbeda, tapi aku tidak bisa fokus akan apa pun kecuali ketujuh kata itu.Seperti yang sudah kalian kira, aku orang yang terlalu banyak berpikir. Aku terlalu banyak menganalisa dan memikirkan segalanya sampai aku berada dalam tepi ketidakwarasan. Itulah yang kulakukan sepanjang hari.Apa artinya kata-kata itu? Apakah mungkin dia sudah jatuh cinta padaku? Bagaimana kalau itu hanya tipuan semata? Bagaimana kalau dia hanya mempermainkanku? Haruskah aku memercayai apa yang dikatakannya? Kalaupun itu benar, dan dia sungguh-sungguh akan perkataannya, apa yang harus kulakukan? Aku sangat ingin menanyakannya padanya, tapi aku tidak ingin terlihat berharap atau menganggapnya serius.Memang benar perkiraanku, dengan setuju menjadi istri Gabriel lagi, aku akan menjadi berantakan. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya dengan s

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 463

    “Saya sudah mendengar bahwa Anda sudah menikah, tapi saya tidak tahu istri Anda akan secantik ini,” ujar salah satu partner saat kami akan memulai rapat dan mengemasi barang-barang kami. “Kuharap aku menggaetnya terlebih dahulu.”Pandangannya menelusuri diriku, dan membuatku merasa seolah tengah ditelanjangi dan tidak nyaman. Aku menggeser diriku untuk mendekat pada Gabriel, aku tidak suka pandangannya padaku. Astaga, aku ini sudah menikah dan suamiku duduk tepat di sebelahku. Bagaimana bisa dia seberani ini? Ini menjijikkan. “Kalau kamu tidak berhenti menatap istriku, Yohan, akan kucongkel matamu dengan sendok teh dan mencampurkannya menjadi sebuah jus dan membuatnya tertelan dalam tenggorokanmu,” ujar Gabriel dengan nada mengancam yang membuatku merinding. Yohan menelan ludahnya, raut wajahnya jelas ketakutan akan ancaman Gabriel. Aku tahu seharusnya nafsuku tidak membuncah, tapi fakta bahwa Gabriel posesif terhadapku sungguh membuatku terangsang, aku menyukainya.“Maafkan aku,”

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 462

    Anggap saja aku pengecut, tapi aku tidak peduli, aku hanya tidak tahu cara untuk menghadapinya. Ketika aku sampai di ruang tengah, aku menelepon layanan kamar untuk memesan sarapan agar dibawakan di kamar kami sebelum duduk untuk menunggu. Aku tahu bahwa bencana sudah menungguku saat Gabriel berkata kami akan berbagi kamar. Kupikir, pembatas bantal sudah cukup membantu, tapi nyatanya tidak. Itu sama sekali tidak membantu. Ada ketukan di pintu dan aku menyeberangi ruangan untuk membukanya. “Selamat pagi, Nyonya,” sapa si pelayan dengan senyuman di wajahnya. “Selamat pagi.”“Di mana saya bisa meletakkan makanan ini?” tanyanya saat aku minggir untuk membiarkannya masuk. “Taruh saja di meja makan,” jawabku padanya. Dia menganggukkan kepalanya dan menuju ke meja. Dia baru saja menyusun sarapan kami dan baru saja akan pergi ketika Gabriel berjalan keluar dari kamar sambil mengancingkan bajunya. Langkahnya goyah dan dia hampir saja limbung saat melihat ke arahnya. Gabriel memang makhlu

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 461

    Sialan. Hanya memikirkan soal malam itu ditambah dengan apa yang tengah terjadi sekarang sudah cukup membuatku basah. Aku menggeliat saat mencoba untuk mencari posisi nyaman dan untuk menahan rasa sakit di antara kedua kakiku. Sungguh tidak membantu, bahkan ini malah membuat segalanya memburuk saat pantatku menenggelamkan kejantanan Gabriel lebih lagi. Gabriel menggeram dengan seksi dan dalam. Cukup mirip dengan geramannya malam itu, saat dia meniduriku. Getarannya terasa sampai klitorisku, dan membuatku membeku saat aku mencoba untuk mencari posisi nyaman. Aku menolehkan kepalaku dan berbalik ke arahnya, sambil berharap bahwa dia masih tidur. Aku lega saat kulihat matanya terpejam, lalu aku terpesona saat melihat betapa menawan dirinya. Dia terlihat tidur dengan damai. Bulu matanya yang panjang membayang di pipinya dan bibirnya sedikit terbuka. Aku tiba-tiba merasakan dorongan untuk menyentuh dan menciumnya. Aku tenggelam oleh pria yang sudah merebut hatiku bertahun-tahun yang lal

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 460

    Sepanjang makan malam kami habiskan dalam diam. Dia memang harus minta maaf padaku, tapi aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Kalau aku harus jujur, aku tidak pernah mengira kalau Gabriel akan minta maaf padaku. Jadi, saat melihatnya melakukannya dengan tulus, aku dibuat tidak bisa berkata-kata. Kami selesai makan malam dan menelepon layanan kamar untuk kemari membereskan piring-piring kami. “Aku mau tidur. Apakah kamu perlu sesuatu sebelum aku tidur?” tanyaku begitu piring-piring sudah dibereskan dan karyawan hotel sudah meninggalkan kamar kami. Jauh di lubuk hatiku, aku merasa panik saat berpikir akan berbagi kamar dengan Gabriel, tapi mabuk udaraku menenggelamkan kecemasanku. “Aku juga mau tidur. Aku benar-benar lelah.”Aku menahan gelombang kepanikanku. Kupikir, aku akan tidur sebelum dirinya seperti biasanya. Hal itu akan memberiku waktu untuk rileks dan beristirahat sebelum dia bergabung dengan diriku. Aku sudah berpikir akan sudah tertidur saat dia memutuskan untuk ke ra

DMCA.com Protection Status