"Mon, Mon.....," teriak Pak Wahyu sambil terburu-buru berlari, masuk ke dalam ruangan Wildlife Adventure."Ya, Pak? Ada apa?" jawab Raymond bingung.Nafas Pak Wahyu terengah-engah, tangannya memegang dadanya seperti menahan jantungnya yang hampir copot dan keluar dari dadanya."Pak, Bapak, ga apa-apa?" tanya Raymond mengkhawatirkan kondisi Pak Wahyu."Ga pa-pa, Mon. Sebentar ya, ngumpulin nafas dulu."Raymond segera mengambilkan segelas air putih dan memberikannya kepada Pak Wahyu."Ada masalah apa, Pak? Bapak membuat saya khawatir."Pak Wahyu memegang bahu Raymond, dan tersenyum lebar."Mon, barusan rapat produser, lo percaya ga? Di 2 episode kemarin, ratting and share acara kita tinggi. Apalagi episode minggu lalu, rattingnya paling tinggi di antara seluruh episode-episode Wildlife Adventure. Ahahahaha, itu ibu Popi, produser B blog sampai bengong lihat pencapaian kita. Ide kamu berhasil, Mon. Yes, Yes!" jawab Pak Wahyu sambil mengepalkan tangannya senang."O, Ya?" tanya Raymond s
Selena kembali masuk ke dalam kantornya untuk mengambil helm dan tasnya. Segera semuanya siap, Selena segera menggandeng Raymond menuju lift yang akan membawa mereka ke pintu depan kantor In One TV. Hati Selena cukup gembira karena minggu ini Raymond tidak pergi bekerja ke daerah, akan tetapi sesungguhnya kesibukkannya sendiri yang membuat Selena tidak dapat sering-sering menemui Raymond.Sesungguhnya ia takut Raymond marah dan mengomel dengan kegiatannya yang super padat dan banyak, tetapi lelaki itu cukup sabar dan penuh pengertian. Jika Selena terlalu sibuk, Raymond selalu mengirimkan makanan dan itulah yang membuat Selena bersyukur memiliki kekasih seperti Raymond."Kamu tunggu di sini, aku ambil motor dulu," kata Raymond sambil berlari ke arah parkiran motor.Selena tersenyum dan mengangguk. Siang ini memang cukup panas, matahari terik, apalagi sudah lama tidak turun hujan. Hampir saja Selena menyesali pilihannya. "Hahaha, seharusnya aku tidak memaksa untuk naik motor hari ini,"p
Tidak ada yang menyangka, acara makan siang yang awalnya begitu menyenangkan, kini berbuah menjadi sebuah musibah. Sungguh siang hari yang santai bagi Raymond dan Selena, dimana mereka bisa menikmati makan siang dan berbincang berdua, berubah menjadi horror ketika semua orang di dalam Mall memperhatikan mereka seperti seorang narapidana. Belum lagi beberapa jepretan kamera handphone yang mengabadikan kebersamaan mereka secara diam-diam."Ini ada apa sih?" bisik Selena bingung."Aku juga ga tau, kenapa ya mereka pada ngeliatin kita begitu, ga biasanya," jawab Raymond yang juga merasa kebingungan seperti Selena."Emang, ada yang aneh di muka aku?" tanya Selena kembali."Ga, Sayang," kata Raymond melanjutkan. "Kamu cantik, atau jangan-jangan mereka ngliatin kamu gara-gara kamu terlalu cantik.""Harus, ya?""Harus apa?""Ngegombal di saat seperi ini?""Beda tahu, kalau gombal itu memuji secara berlebihan, tapi kalau untuk kasus kamu, ini betulan. Cantik, pinter lagi, pacar aku, hahaha."Ra
"Panggil Rahayu!" perintah Dimitri kepada Mara."Baik, pak."Mara segera menelepon Rayahu untuk memintanya datang ke kantor Dimitri. Walaupun Mara sudah bekerja 10 tahun di In One TV, sesungguhnya ia tidak terlalu kerasan bekerja sebagai asisten Dimitri. Jika bukan karena anaknya, Mara tidak akan bertahan bekerja selama itu. 3 tahun pertama Mara bekerja sebagai junior asisten Elio Soedibrata, dan kini ia bekerja untuk anaknya."Anak dan bapak bedanya bagai langit dan bumi,"pikir Mara ketika Dimitri membuatnya kesal."Siang, Mbak Mara," kata Rahayu ketika memasuki ruang depan."Masuk, Yu. Udah ditungguin dari tadi," jawab Mara."Terima, kasih, Mbak."Rahayu mengetuk pintu ruangan Dimitri."Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Selena sudah kembali?" tanya Dimitri."Belum pak. Mungkin sebentar lagi," jawab Rahayu."Tolong telepon untuk segera kemari. Ada yang perlu saya bicarakan mengenai rapat siang ini.""Baik, Pak. Akan saya usahakan. Ada lagi, pak?""Tidak ada, itu saja.""Kalau
"Dim, kata Rahayu, kamu nyariin aku? Ada masalah apa?" tanya Selena seraya masuk ke ruangan kerja Dimitri."Yes, kamu uda bikin meeting presentation siang ini?""Sudah, dari kemarin-kemarin saya sudah email ke kamu. Kamu belum baca?" ujar Selena."Oh, cuma itu saja, tidak ada perubahan?" tanya Dimitri."Iya, tidak ada perubahan, kamu nyari saya cuma buat nanya itu?" jawab Selena kesal."Oh. No, no. Aku manggil kamu buat ngasih tahu. I Change plan, today I'll do the presentation, so I want you to help me.""Ok, no problem. Ada masalah di slidenya ya? Apa ada yang kurang dan mau direvisi?""Oh, bukan-bukan. Slide kamu uda ok. Cuma kurang sedikit.""Kurang?""Ya, sedikit. Tapi kamu tidak perlu khawatir, aku sudah perbaiki.""Tunggu-tunggu, kurang untuk masalah apa ya? Slide yang aku bikin kemarin, sudah sangat lengkap. Seharusnya tidak ada masalah.""Masalah program yang akan diberhentikan tahun ini," jawab Dimitri."Saya sudah masukkan semua program-program tersebut ke dalam slide," jawa
Entah apa yang terjadi pada Selena, dia tiba-tiba menghilang setelah rapat pemegang saham berakhir dan membuat Raymond merasa khawatir. Ia sudah berjanji akan menunggu Selena dan bersedia mengantarnya pulang, tetapi Selena pergi tanpa memberitahukan apa-apa. Dan yang paling membuat Raymond khawatir adalah, ketika telepon Selena tidak dapat dapat dihubungi.Selena bukan tipe orang yang ceroboh dan meninggalkan HPnya. Dia cukup aktif membalas setiap pesan, bahkan cukup mudah untuk dihubungi, tetapi, setelah rapat selesai, Selena menghilang bagai ditelan bumi. Rahayu sendiri cukup kerepotan untuk menghubungi Selena. Sudah 2 jam Raymond duduk menunggu Selena di lobby apartemennya, dan masih tidak ada kabar dari perempuan yang dicintainya itu."Selena, apa yang terjadi?" tanya Raymond dalam hatinya. Raymond sudah menghubungi semua tempat yang mungkin didatangi Selena, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil. Jika sebentar lagi tidak ada tanda-tanda dari Selena, Raymond berniat untuk menghubu
"Hallo?""Hai, kamu sudah sampai di Jakarta?" tanya Selena."Baru aja landing, lagi nunggu jemputan kantor.""Maaf ya, aku ga bisa jemput kamu. Padahal ini uda jam pulang.""Ga apa-apa, Sayang, kamu masih rapat?""Sebenernya kalau lancar sih sebentar lagi beres, cuma...., kamu ngerti kan? Masalahnya tiba-tiba muncul lagi dan lagi, jadi ga beres-beres.""Ya udah, aku juga udah ke balik ke kantor kok. Nanti malem kita makan yuk, aku traktir makan enak deh.""Ga berani janji. Kalau rapatnya cepet beres, aku bisa. Tapi ini belum ada tanda-tanda mau beres. Lain waktu aja ya, Ray. Jangan tungguin aku, kamu makan duluan aja.""Ya sudah. O ya, besok kamu jadi pergi?" tanya Raymond penasaran."Singapore? Jadi, Om Elio maksa aku pergi nemenin Dimitri. Lucu ya, dia ga percaya sama anaknya sendiri, jadi minta aku ikut.""Bukan ga percaya sama anaknya, tapi karena dia masih berniat jadiin kamu menantunya," ujar Rayond dalam hati."Ray, Ray? Halo?" tanya Selena karena Raymond tidak menjawab perkataa
"Mbak Selena, ini uda malem, Mbak belum mau pulang?" tanya Rahayu sebelum pulang."Masih banyak yang harus dikerjain, Yu. Kamu uda mau pulang?""Iya, mbak. Besok pesawatnya pagi, lagipula Ayu mau beres-beres baju dulu. Dari kemarin ga sempet beres-beres.""O ya? Untung aku sudah beresin baju, tapi tetep aja, Yu, tetep bergadang lagi beresin laporan, hahaha...... Ya udah, Yu, kalau begitu, kamu hati-hati di jalan, ya! Telepon supir kantor aja, siapa tau ada yang bisa anter kamu pulang sampai ke rumah.""Terima kasih, Mbak, tapi aku uda janji sama Mas Arya, tadi katanya dia mau anterin aku pulang. Mbak Selena jangan pulang malem-malem, istirahat juga.""Iya, Ayu. Sebentar lagi pulang. Kamu tenang aja.""Ya udah kalau gitu, Ayu permisi dulu.""Hati-hati!" jawab Selena melambaikan tangan.Selena kembali pada layar monitor laptopnya. Angka-angka pada tabel-tabel yang harus dilihatnya satu per satu sebelum di print untuk dibawa esok hari. Hari-hari ini sangat melelahkan untuk Selena, bahkan