Orang yang cenderung berwatak buruk, sesuatu yang menimpa dirinya lebih condong pula melahirkan dendam.
Kalau berwatak baik, maka dia akan berpikir apa yang harus diperbaiki ke depannya agar hidupnya tidak menerima nasib sial lagi.Sebaliknya yang bersifat jahat, maka dalam benaknya hanya menyalahkan orang lain dan menyimpan dendam terhadap orang yang telah membuat dirinya menderita.Seperti yang dialami Soca Srenggi. Untuk ketiga kalinya dia masih diberi kesempatan hidup oleh yang maha kuasa setelah mengalami pertempuran hidup mati.Pertama ketika bergabung dengan Laskar Raja Api, kedua saat menjadi orang kepercayaan Amoksa dan yang terakhir sekarang setelah selamat dan keluar dari pulau Nusakambangan.Soca Srenggi berhasil menyeberang dengan berbagai cara sehingga tidak lagi dikejar-kejar para pendekar pelarian yang berdiam di pulau tersebut.Takdirnya membawa ke sebuah keberuntungan. Soca Srenggi menemukan satu gua kecil yangSementara Miranti mengandalkan pedang biasa yang sudah dia miliki sejak di alam dimensi lain. Sedangkan Bayu dan Asmarini masih di tempatnya.Sebelum kedua kakinya menginjak tanah, kedua wanita ini sudah melepaskan serangan. Berupa sabetan pedang masing-masing yang mengeluarkan hempasan angin.Si pemimpin Gagak Setan ambil langkah mundur lagi demi mendapatkan ruang untuk menghindar dan membalas serangan.Hebatnya wanita serba hitam ini tidak menggunakan senjata. Kedua tangannya dilapisi tenaga dalam besar yang bisa diubah ke bentuk apa pun.Seperti yang terjadi sekarang, dia memutar kedua tangan mirip sedang menggulung benang. Lalu dihentakkan ke depan. Maka berhembus gelombang angin menghalau serangan dua lawannya.Wush! Pratt!Dua hempasan angin saling hantam. Dampaknya menghasilkan tenaga dorongan kuat yang hampir saja menghantam Miranti dan Nindya Saroya.Untung saja dua wanita ini lebih dulu mendarat dan menapak kua
Miranti memperhatikan lagi pedang miliknya. Benar, bukan lagi pedang yang biasa dia bawa. Sudah berubah bentuk lebih besar dan panjang, tapi terasa lebih ringan."Benarkah?" Miranti seakan tak percaya.Sebab selama ini tidak ada satu pun yang berjodoh dengan pusaka tersebut. Sekarang tiba-tiba saja Miranti mendapatkan jodoh Pedang Pembelah Langit.Untuk membuktikannya, Miranti angkat lagi pedang ke atas. Dalam hatinya berkata menyuruh si pedang untuk menghilang. Ternyata lenyap dalam sekejap.Lalu dia memanggil lagi cukup berucap dalam hati, maka si pedang tiba-tiba sudah ada dalam genggamannya. Seketika Miranti tersenyum senang."Bagaimana?" tanya Bayu yang kini sudah berdiri di tanah bersama dua istri lainnya.Setelah menyuruh pedang menghilang, Miranti langsung menghambur memeluk suaminya."Terima kasih, Raka!""Loh, aku tidak berbuat apa-apa. Mungkin karena ilmu Rayi semakin meningkat dan sudah waktunya jiwa
Pasukan prajurit yang dipimpin empat orang berkuda ini membawa rombongan Prabu Surya ke jalan yang tidak dikenali oleh sang prabu.Perasaan Prabu Surya semakin tidak enak. Seingatnya seragam prajurit Purwa Sedana bukan seperti itu dan tidak ada satu pun yang dia kenal dari keempat orang berkuda itu."Tempat apa ini?" kejut Prabu Surya tiba-tiba ketika rombongan mereka dibawa masuk ke suatu tempat yang mencurigakan.Tampak ada bangunan besar, tapi bukan istana. Tempat ini mirip kediaman pejabat. Yang anehnya sudah ada banyak prajurit lain yang menunggu kedatangan mereka.Rombongan Prabu Surya langsung digiring ke belakang bangunan itu. Seketika seluruh prajurit yang ada di sana mengepung dengan sikap siap menyerang.Prabu Surya langsung keluar berdiri di tempat kusir."Ada apa ini, kenapa kami dibawa ke tempat ini?" Sang Prabu berang. "Dan kenapa seperti hendak menangkap kami?""Keadaan negeri kami sendang genting, terpak
"Kita tunggu saja kabar dari mereka," sahut sang ayah. "Berarti mereka juga belum tahu kalau aku sudah turun tahta dari Cundamanik."Setelah itu Bayu ditempatkan di sebuah pondok khusus untuk tamu istana.Malam pun tiba.Pada kesempatan itu Bayu segera menemui istri-istrinya di dalam kereta kuda yang 'diparkir' di tempat khusus pula.Dia langsung menjelaskan kejadian selama di perjalanan. Karena selama itu tidak ada kesempatan untuk menemui ketiga istrinya."Sepertinya kalian harus tetap di sini, tapi masih bisa mengawasi dari sini ke manapun aku pergi. Juga bisa melihat-lihat negeri yang asing ini tanpa ketahuan penghuninya."Tiga istri hanya bisa mematuhi perintah suami saja. Lagi pula tidak ada sesuatu yang membahayakan. Sekeras apa pun rintangan, Bayu pasti akan bisa melewatinya.Tiba-tiba saja Bayu merasakan ada hawa sakti memasuki wilayah istana ini. Ada yang masuk diam-diam."Ada apa?" tanya Asmarini meny
"Bagus, besok aku akan mengorek keterangannya!"Kemudian Prabu Narayana meninggalkan tempat itu tanpa basa-basi lagi. Bayu hanya garuk-garuk kepala melihatnya."Apa wataknya memang seperti ini?" gumamnya sangat pelan.Melihat dari cara kedatangannya, Prabu Narayana jelas memiliki ilmu kanuragan.***Esok harinya orang-orang seistana jadi geger setelah tahu ada seorang penyusup masuk. Terlebih para prajurit yang kebagian ronda, mereka merasa kecolongan.Mungkin karena selama ini belum pernah ada kejadian yang mengganggu keamanan istana.Gadis penyusup kini sudah diikat pada sebuah tiang yang menancap di pinggir lapangan kecil tempat mengeksekusi orang yang dianggap telah terbukti melanggar aturan kerajaan.Semua yang melihat tampak heran karena penyusup ini seorang gadis cantik yang pastinya banyak disukai laki-laki.Prabu Narayana tampak berdiri di depan gadis itu. Tidak ada keramahan di matanya. Bentuk
"Sembunyi! Jangan sampai menampakan diri!" perintah Karsa.Semuanya langsung sigap mengikuti perintah termasuk Sangara yang masih keheranan. Semuanya melihat ke arah jalan."Ada apa?" tanya Sangara lagi begitu berada dekat dengan Karsa."Tunggu saja, lihat ke jalan!"Beberapa saat kemudian lewatlah tiga orang berkuda yang berjalan pelan. Salah satunya sangat mereka kenal yaitu Seruni."Seruni!" desis Sangara. "Siapa dua orang yang bersamanya?"Mereka sudah tidak ingat lagi wajah Prabu Surya dan Bayu. Apalagi sekarang penampilan keduanya berbeda."Apa kita tangkap saja?" usul Sangara."Jangan gegabah!" tukas Karsa. "Lebih baik kirim saja pengintai, cari tahu mereka hendak kemana!""Boleh juga!"Beberapa hari sebelumnya mereka terkejut mendapati tawanan mereka hilang begitu saja. Yang sangat mengejutkan kereta kudanya juga ikut menghilang.Tidak ditemukan jejak apapun dari mereka. Bahkan
Seruni sudah menduga akan mengambil arah ini. Sementara Bayu yang tidak tahu jalan hanya ikut saja.Setelah beberapa lama terlihat di tengah jalan, seorang lelaki setengah baya berdiri menghadang. Di tangannya tergenggam tombak pendek bermata pedang.Orang ini berwajah garang, kumis dan jambang bawuknya tebal. Badannya cukup kekar menonjolkan otot yang sering ditempa.Baik Prabu Surya atau Bayu tampak tenang saja. Karena memang ini yang ditunggu sejak kemarin.Sebenarnya perjalanan dari Purwa Sedana ke Girijaya bisa dilalui lewat jalan yang lebih dekat dan menjadi jalan utama penghubung antar dua kerajaan tersebut.Namun, Prabu Surya sengaja mengambil rute berputar yang cukup jauh dan menjadikan Seruni sebagai umpan. Agar orang-orang yang berada di belakang semua ini muncul."Serahkan gadis itu, maka kalian akan kubiarkan hidup!"Prabu Surya tertawa mengekeh. "Aku tidak percaya, maka tidak akan menyerahkan dia!"
Istana kerajaan Girijaya.Kertasinga, putra Prabu Gendrayana tampak sedang menghadang empat orang pejabat yang ternyata pengkhianat kerajaan. Mereka adalah tiga menteri dan satu senapati.Ketiga menteri itu tidak lain adalah Suro, Sangara dan Karsa. Sedang sang senapati yaitu Lembu. Sebelumnya mereka telah memberikan kabar bahwa pamannya yaitu Prabu Surya dari Cundamanik telah disandera mereka.Mereka menuntut Prabu Gendrayana menyerahkan tahtanya kepada senapati Lembu. Di luar istana juga sudah siap ratusan prajurit binaan senapati Lembu yang kebanyakan murid dari perguruan Sagentra.Mereka segera menyerbu istana begitu mendengar kabar dua orang yang membawa Seruni menuju ke sini.Saat ini mereka bukan di istana utama, tapi di tempat terpencil yang letaknya di belakang istana. Di sana terdapat rumah kecil yang digunakan untuk bertapa.Prabu Gendrayana berada di dalam sedang melakukan tapa. Dia masih memegang jabatannya sebagai r
Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark
Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak
Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K
Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta
Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya
Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika
Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak
Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K
Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.