Share

Bab 039

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 09:00:20

"Kau akan menemui banyak keanehan yang tidak bisa dimengerti oleh akal, itulah dunia persilatan!" Begitulah salah satu ucapan Eyang Ismaya waktu itu.

Walaupun demikian tetap saja mengundang penasaran, apa sebab serangan ini? Dia harus tahu alasannya.

Sejurus kemudian Bayu merasakan hawa sakti yang lebih kuat dari sebelumnya ketika baru menaiki lereng bukit. Si penunggu bukit ini mungkin sudah berada di sekitarnya.

Hawa sakti ini bergerak berpindah-pindah. Kadang di depan, belakang juga samping kanan atau kiri pada jarak sekitar radius lima tombak.

Akan tetapi pandangan Bayu tetap ke depan dengan terus bersikap tenang. Lawan bermaksud mengecohnya dengan berpindah-pindah tempat.

Kejap berikutnya dia merasakan hawa sakti itu datang dari belakang sangat kuat, tetapi tiba-tiba saja satu sosok muncul dari depan membawa serangan pukulan.

Secara refleks telapak tangan Bayu yang sudah dialiri tenaga listrik menghadang pukulan tersebut.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 040

    Walaupun tidak terkena sabetan pedang tersebut, tetapi hempasan angin yang ikut bersamanya terasa bagaikan kerikil menerpa wajahnya.Dari sorot matanya, si topeng tampak terkejut mendapati serangan ganas yang selama ini tidak pernah meleset sekarang hanya menemui angin kosong saja.Serangan berlanjut dengan gerakan cepat. Pedang berkelebat terlihat seperti gulungan cahaya yang mengurung si pemuda anaknya pendekar ternama ini.Dari setiap gerakan pedang, entah itu menebas atau menusuk, serangan intinya yaitu gerakan menebas dari kanan ke kiri yang ditujukan ke arah leher.Jurus yang diperagakan si topeng ini tampak kaku, tapi sangat cepat. Setelah beberapa saat mencerna, akhirnya Bayu menemukan kalau jurus ini bukan dari tanah Nusantara ini."Apa!" batin Bayu terlonjak. Apa mungkin yang dia hadapi sekarang adalah Arya Soma?Menurut sesepuh desa, Arya Soma memiliki guru seorang samurai dari negeri matahari terbit.Sampai l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 041

    Bayu langsung menarik mundur tiga langkah ketika tanah di depannya tiba-tiba meledak. Lalu dari dalam tanah tersebut muncul seseorang bagaikan habis 'Nerus Bumi'."Wah, apa dia sudah mendekam lama di dalam tanah!" gumam Bayu."Kau hendak mengikuti sayembara perebutan senjata sakti, kan?" Lelaki berumur tiga puluh tahun yang baru muncul dari dalam tanah langsung bertanya menyelidik dan terkesan menghalangi jalan.Si pemuda tampan sudah bernapas tenang setelah terkejut tadi, tapi dia tidak mengerti pertanyaan lawan bicaranya."Sayembara, sayembara apa?""Jangan pura-pura pilon, ini jalan satu-satunya menuju Istana Sanghyang Dora. Kau pasti hendak ke sana dan mengikuti sayembara!""Aku memang hendak ke sana, tapi aku tidak tahu perihal sayembara!" jawab Bayu, dalam benaknya berpikir barangkali ada informasi yang terlewatkan."Ah, kau memang pura-pura polos. Sudahlah, dari pada bertanding di sana lebih sekarang juga kita ten

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 042

    Sekarang bukan karena tidak ingin ada saingan, tetapi dendam atas kekalahannya tadi.Jari-jari si kumis kembali membentuk cakar dan dibungkus api. Ilmu Cakar Iblis digunakan kembali, lalu sekali menjejak tanah sosoknya melesat ke arah Bayu.Bayu merasakan hawa panas menyambar dari belakang. Si tampan ini langsung berbalik. Dia melihat si kumis tipis sudah siap dengan cambuk apinya. Bayu hanya mempunyai sedikit persiapan.Akan tetapi satu jangkauan lagi serangan si kumis tipis datang, tiba-tiba dari arah samping kanan melesat sesuatu begitu cepat sampai sosok si kumis terpental ke samping.Slashhh!Cepp!Brukk!Si kumis tipis menghantam pohon lalu ambruk tak bernyawa lagi. Bayu bergidik setelah melihat apa yang terjadi. Sebuah pedang menusuk tembus dari sebelah kiri ke kanan lehernya. Ada sepercik darah keluar.Mulutnya terbuka hendak berkata, tetapi pedang itu tiba-tiba tercabut sendiri lalu terbang dan berakhir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 043

    Bayu melempar senyum sedikit dan sekejap saja, tapi masih tampak menawan bagi mata si gadis. Terlihat ada kegugupan walau tidak kentara. Si gadis mampu menyembunyikan sikapnya."Kau lihat bangunan megah itu. Itulah Istana Sanghyang Dora yang hanya ada satu di bukit ini,""Aku hendak masuk, tapi takut tidak sopan. Tidak ada orang yang menjaga di pintu gerbang,""Ada dua orang di sebelah dalam!""Hah, kenapa aku tidak melihatnya?""Terhalang gapura batu yang besar itu!"Si gadis berpakaian jingga ini jadi tampak malu. Dari penampilannya jelas dia juga dari kalangan persilatan. Bayu juga merasakan ada hawa sakti yang memancar dari tubuh gadis ini walau kecil."Kau hendak mengikuti sayembara?" tanya si gadis yang tubuhnya agak tinggi hampir menyamai tinggi badan Bayu.Lekuk tubuhnya jelas indah terawat. Berarti dia mempedulikan penampilan. Kulit bersih warna khas 'Urang Sunda', tampak mulus dan lembut. Bentuk tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 044

    "Mereka mengaku mendapat undangan!" jawab yang satu, sedangkan yang satunya menunjukkan dua gulungan bilah bambu tadi."Undangan?" Jaya Purana jadi ikut heran sambil mengumpulkan ingatannya, barangkali ada sesuatu yang terlewatkan. "Simpan saja!" Si pemuda murid utama Ki Teja Maruta menyerahkan kembali undangan tersebut.Dari pintu istana yang lebar dan megah ini datang lagi seseorang. Kali ini seorang wanita tua yang usianya hampir enam puluh tahun, tetapi langkahnya begitu tegap bagaikan masih muda.Garis kecantikan pada wajahnya masih tampak walau sudah dihiasi kerutan tanda usia tua. Tubuhnya juga masih tampak berisi.Melihat penampilan seperti ini, kesannya dia seorang wanita muda yang memakai topeng wajah tua di mukanya. Kecuali Bayu dan Nindya Saroya, semuanya sudah mengenal wanita ini."Selamat datang, Nini Rumpaka!" sambut Jaya Purana yang masih ada di dekat petugas pencatat peserta."Terima kasih, kalian masih mengenali

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 045

    Dua tangan Nindya Saroya meraba ke pinggangnya. Tahu-tahu sepasang tangannya sudah menggenggam pedang pendek yang lentur.Bayu cukup terkesiap melihatnya. Ternyata senjata si gadis melingkar di pinggangnya. Pantas saja sekilas pandang dia seperti tidak membawa senjata.Ternyata senjatanya berupa sepasang pedang pendek yang bilahnya lentur bisa melengkung. Si gadis yang dijuluki Mawar Jingga sudah bersiap dengan kuda-kudanya.Sutasoma juga sudah menarik pedang yang tersoren di punggungnya. Setelah melihat senjata dan sikap siap si gadis, dia tidak mau menganggap remeh lawannya."Maaf, aku tidak akan segan lagi!" seru Sutasoma."Baik, aku duluan!"Mawar Jingga balas berseru seraya bergerak lebih dulu menyerang. Dua pedang pendeknya bergerak seperti sedang menyulam. Sekali gerak, beberapa titik menjadi sasaran.Mendapat serangan seperti ini, terpaksa Sutasoma menarik mundur sejenak sambil memutar pedang guna menghalau peda

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 046

    "Ada pembunuhan!" Salah seorang murid Ki Teja Maruta berteriak ketika menghampiri salah satu kamar tamu.Siapa yang terbunuh?Para tamu dan penghuni istana berhamburan menuju sebuah kamar tempat kejadian pembunuhan. Ternyata itu kamar tempat istirahat Pendekar Tangan Guntur.Pendekar yang berwatak angkuh ini ditemukan tewas di lantai kamar dalam posisi duduk bersila menghadap tempat tidur.Kedua tangannya memegang gagang pedang yang bilahnya menancap ke bagian perut sebelah kiri agak atas. Persis seperti orang yang melakukan bunuh diri.Wajahnya masih tegak lurus dengan kedua mata terbuka menatap ke atas tempat tidur. Air mukanya menyiratkan rasa kaget yang luar biasa, seolah-olah tidak menyangka akan mendapati nasib yang mengerikan ini.Karena tatapan ke arah tempat tidur itulah, semua yang hadir juga pandangannya tertuju ke sana.Ternyata ada sepucuk daun lontar yang telah diguratkan sebuah kalimat."Menebus d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 047

    Ketika mereka kembali menemui tamu yang lain, suasana tampak tegang. Bayu terkejut melihat Mawar Jingga sedang dikepung para pendekar."Ada apa ini?" seru Ki Teja Maruta.Salah satu Jangkung Kembar yang merupakan paling tua dan sebagai pemimpin berpaling ke arah Ki Teja Maruta."Aku baru ingat sekarang, gadis ini adalah salah satu anggota kelompok pembunuh bayaran Gagak Setan!""Jadi maksudnya?" tanya Ki Teja Maruta."Dia pembunuhnya!" jawab si kembar."Kalian salah orang, aku tidak tahu menahu soal kelompok pembunuh bayaran itu!" sanggah Nindya Saroya. Sorot matanya jelas menampakkan kepanikan, tapi berusaha diredamnya."Tidak, aku tidak salah lihat!" bantah si kembar yang lain. "Kami memang pernah bentrok dengan kelompok pembunuh Gagak Setan yang semua anggotanya perempuan dan dia adalah salah satunya!""Apakah para pembunuh bayaran itu menampakkan wajahnya?" tanya Bayu karena biasanya pembunuh akan menyembuny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17

Bab terbaru

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 191

    Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 190

    Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 189

    Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 188

    Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 187

    Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 186

    Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 185

    Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 184

    Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 183

    Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status