Namun Angga sepertinya harus bangun cepat, karena pagi sudah tiba. Pikirannya melayang entah ke mana, sehingga tidak bisa tidur lelap.
Ditambah Angga dipanggil Tuan Putri ke kediamannya karena ada tugas baru. Pemuda itu tampak penasaran tugas apa lagi yang harus dikerjakan, apalagi dia datang sendirian tanpa Jati Luhur.
"Apa kamu sudah siap dengan tugas pertamamu ini?" tanya Tuan Putri.
Ketika Angga sudah berada di depan kediaman Tuan Putri. Tidak seperti biasanya sang putri berpakaian mewah, seperti akan berpesta.
"Siap. Tuan Putri."
Angga tampak takjub dengan kecantikan Tuan Putri, sehingga pandangannya tertuju kepada junjungannya. Dia tidak sadar jika telah melakukan sebuah kesalahan.
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Angga, paham jika dia telah salah ucap. Ketika hanya berdua tidak boleh menyebut Tuan Putri, tetapi nama aslinya.
"Maaf maksud saya, Lintang." ucap Angga gelagapan
Setelah membalikkan wajah melihat siapa yang menghampirinya. Angga sangat kaget, jantungnya terasa copot. Melihat siapa orang yang kini berada sangat dekat dengan dirinya."Tuan Adyaksa. Tuan juga makan di sini?" tanya Angga basa-basi. Pemuda itu jelas takut ketahuan jika Macan Kumbang adalah dirinya."Kamu tahu namaku dari mana?" tanya Adyaksa malah bertanya balik. Mendengar hal itu, Angga tampak kikuk, sakit takutnya bila ketahuan."Bukankah hanya ada satu orang yang mempunyai ciri-ciri seperti Tuan," ucap si pemuda memberi alasan."Kamu cakap juga, pantas Tuan Putri mengangkat dirimu menjadi ajudannya."Adyaksa justru memuji Si Codet, tidak seperti prajurit Paladu yang meremehkannya. Putra Senopati Darmayaksa itu merasakan ada aura luar biasa pada diri Angga. Meskipun dia belum curiga jika orang yang berada di depannya adalah Si Macan Kumbang."Kenapa tidak Tuan saja yang menjadi penjaga Tuan Putri?" tanya An
Semua tampak merenung, mencoba menelaah misteri yang terjadi. Meskipun tidak ada titik terang, masalah malah bertambah runyam."Ini sangat gawat, keselamatan dirimu sangat penting." ucap Pramana setelah mendengar cerita dari Tuan Putri."Apa paman ada kecurigaan tentang siapa yang melakukannya?" tanya Tuan Putri penasaran. Mengingat Pramana setidaknya lebih paham tentang kerajaan dibandingkan Tuan Putri.Karena alasan itu juga, Tuan Putri datang ke Lembah Hijau. Memenuhi undangan Juragan Koswara adalah formalitas semata."Susah sekali ditebak, Tuan Putri. Ada banyak kepentingan di Istana, termasuk pihak ingin berkuasa." ucap Ketua Partai Lembah Hijau."Apa paman curiga dengan orang Partai Bukit Merah?" tiba-tiba Angga bicara. Jelas membuat semua yang ada di situ cukup terkejut.Hal itu terjadi karena memang kedua Partai tidak pernah akur. Namun yang membuat heran dari mana Angga tahu hal tersebut.
Tuan Putri keceplosan menyebutkan nama Angga yang membuat sosok serba hitam kaget. Namun ketika menyebutkan Anggara keempatnya kembali tenang.Putri Lintang Ayu dan Angga dalam bahaya besar, sekali serang akan merenggut nyawa mereka.“Pastikan Tuan Putri hidup, sedangkan pemuda itu biarkan saja mati,” ucap salah satu dari sosok serba hitam. Tampak dari cara bertarungnya, dia yang paling kuat di antara yang lainnya.“Tidak semudah itu, hadapi aku terlebih dahulu!” seru seseorang yang datang ke tempat tersebut.Sosok yang datang ternyata ada dua orang dengan kudanya masing-masing. Sosok pertama seorang lelaki tua dengan pakaian pejabat kerajaan Paladu. Sedangkan yang kedua adalah seorang pemuda dengan pakaian serba putih.Melihat siapa yang datang, keempatnya tampak terkejut. Mengenal siapa pemuda yang tadi berbicara tersebut.CIATT!Pemuda berpakaian serba putih langsung
Adyaksa penasaran sebenarnya siapa Angga sebenarnya? Meskipun Jati Luhur bilang bahwa dia keponakannya, namun itu sungguh aneh. Sepengetahuan si pemuda Jati Luhur hidup sendirian di Paladu dalam waktu lama.Meskipun beberapa tahun ke belakang dia pernah memutuskan pulang kampung halamannya di Srimanganti. Sebuah daerah yang berada di ujung selatan Tanah Suci.Tanah Suci adalah sebutan bagi daerah barat pulang Jawa, namun bukan yang paling barat. Daerah yang dikelilingi enam Gunung yang dijadikan kerajaan."Aku masih ingat, malam itu Macan Kumbang datang ke tempatku. Penampilannya mirip dengan Gara ketika berjalan, namun dia tak memiliki codet di pelipis kirinya?" tanya Adyaksa kepada dirinya sendiri."Biarkan saja, kalau benar dia Macan Kumbang justru itu lebih baik," ucap Adyaksa kembali. Pemuda berpakaian serba putih bersyukur jika Macan Kumbang masih hidup.Adyaksa menganggap dosa telah mengkhianati sahabatnya itu s
Saat itu seluruh warga yang selamat langsung menurunkan mayat tersebut disertai isak tangis."Ayah. Jangan tinggalkan aku sendirian!" seru anak lelaki berusia tiga belas tahun meratapi mayat. Ternyata dia adalah putra dari orang yang tewas di tiang gantungan tersebut"Tabahkan hatimu anak muda, biar aku yang merawat dirimu sekarang." Ucapan itu muncul dari seseorang lelaki tua di belakang pemuda itu."Siapa kakek sebenarnya, apa mengenal ayah?" tanya pemuda itu dengan polos."Nanti juga akan tahu siapa aku, sekarang kita pergi dari sini," ajak pria tua dengan jambang serta rambut serba putih."Te-tetapi. Ayah bagaimana?" tanya pemuda. Tampak dia ingin mengebumikan jasad ayahnya untuk terakhir kalinya."Nanti diurus oleh warga, sekarang kita harus cepat, di sini berbahaya," ajak lelaki itu setengah memaksa."Tetapi aku ingin bersama ayah," ucap pemuda itu merengek tak ingin berpisah dengan ayahnya.&nbs
"Satu purnama ke depan, Gusti Prabu." ucap Ketua Partai Telaga Emas."Untuk keperluan yang tidak tersedia di Paladu akan dibantu oleh Sindang Nagara," ujar Pangeran Mahesa Maheswara. Pemuda itu tampak ramah, tidak seperti Pangeran lain yang terkesan sombong.Semua pada akhirnya setuju bahwa Paladu akan menjadi tuan rumah Sayembara yang dilaksanakan dua tahun sekali itu. Ini untuk pertama kalinya Paladu diberi mandat, setelah hampir seratus tahun Sindang Nagara menguasai Tanah Suci.Karena sepuluh tahun terakhir acara selalu dilaksanakan di Sindang Nagara yang notabene kerajaan paling besar di Tanah Suci.Sebenarnya ada empat kerajaan lain selain Paladu yang selalu mengikuti Sayembara. Namun daerah mereka kurang cocok dijadikan sebagai acara besar. Ditambah ada kerajaan yang sering terkena bencana.Selain itu ada dua belas Partai di Tanah Suci yang juga akan ikut dalam Sayembara tersebut. Tujuan diadakannya Sayembara ad
Angga tampak tidak mengelak sedikit pun melalui serangan dari lawan yang datang.Angga baru sadar dari lamunannya ketika sudah ambruk ke tanah gembur. Hidungnya mengeluarkan darah, pertanda lawannya memiliki kedigdayaan tinggi. Seketika dadanya sesak, kepalanya berkunang dengan badan yang bergetar hebat.Angga berusaha untuk berdiri, disisa tenaga yang dimilikinya. Si Codet berusaha melihat siapa orang yang telah membuatnya terpental sangat jauh.Pemuda dengan luka codet itu melihat sosok tak dikenal sedang melawan Adhyaksa. Keduanya terlibat dalam pertarungan yang luar biasa sengit."Oh iya, bukankah Adyaksa yang menemaniku ke Gunung Kubang?" tanya Angga kepada dirinya sendiri.PLAK!!Pemuda itu menampar dirinya sendiri berkali-kali, pertanda dia baru sadar. Meratapi apa yang dia lakukan, sehingga termenung begitu rupa."Setan apa yang membuatku seperti ini?" tanya Angga kembali. Dia terus me
BRAKK! Tubuh Adyaksa terpental ke belakang beberapa depa dari tempat pertarungan. Adyaksa terkapar di tanah dengan tubuh penuh darah. Baju serba putih yang dia pakai kini sudah tak terlihat saking kotornya. Membuat tubuh sang pemuda itu berlumuran darah, dia sudah tak bisa berdiri. Tangan kirinya sudah tak bisa digerakkan akibat serangan pertamanya, membuatnya meringis. Ditambah kaki kanan yang sudah robek oleh sabetan pedang, sehingga nyawanya di ujung tanduk. Sekali saja Jeladeri melayangkan pedang miliknya, maka nyawa Adyaksa akan melayang. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Angga kepada dirinya sendiri. Melihat kondisi Adyaksa yang berada di ujung tanduk. Jiwa ingin menolong jelas menggelora dari si pemuda Ada risiko yang harus dia terima dengan pilihan yang dipilih. Angga harus menimbang baik buruknya keputusan yang harus dia pilih. Angga ingat perjanjian dengan Tuan Putri agar tidak mengeluarkan kemampuannya. Nam
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah