"Untung saja kamu bisa menyadari jika ada bahaya di tempat ini," ucap Ki Pramana mendengar penjelasan Angga ketika berada di bukit di atas Lembah Hijau.
Angga hanya garuk-garuk kepala, bingung mau bicara apa, malah takut ketahuan jika dia Pendekar Macan Kumbang. Jika itu terjadi, tamatlah penyamarannya saat ini.
"Anak muda. Kenapa kau membawa Pedang Tanpa Bayangan?" tanya Ki Pramana lagi. Sebagai sosok yang kenyang pengalaman dia dapat mengenali pusaka dunia kedigdayaan yang maha sakti itu.
Mendengar hal itu Angga tampak bingung mau menjawab apa. Namun otaknya tetap berpikir apa yang harus diucapkan."Ini punya Tuan Adyaksa, saya yang membawakan untuknya," ucap Angga berbohong.
"Kenapa pemuda itu bisa memiliki senjata Pusaka?" tanya Ki Pramana lagi.
"Dia berhasil merebutnya dari Tokoh Golongan Hitam bergelar Iblis Janggut Putih,""Aneh sekali, pemuda itu belum mencapai kedigdayaan tingkat langit. Tetap
"Ada hubungan apa sebenarnya Si Codet dengan Putra Senopati itu?" tanya Bayu Buwana dalam hati. Perwira tersebut curiga jika sosok serba hitam ada hubungannya dengan Angga dan Adyaksa. Meskipun dia tidak punya bukti bahwa keduanya terlibat dalam kekacauan di Paladu."Tidak ada sama sekali Tuan. Kebetulan dia ingin membuang senjata ini, lalu saya memintanya. Daripada dibuang mending dipakai untuk membelah kayu saja," ucap Angga."Coba aku ingin lihat, apa pedang sebagus itu tumpul?" pinta Perwira Bayu Buwana sambil mengadahkan tangan.Angga hanya menunduk, bingung mau memberikan atau tidak."Apa kau tak ingin memberikannya padaku?" tanya sang perwira lagi.Angga akhirnya mengangguk, kemudian meletakkan pedang ke tangan Perwira Bayu Buwana dengan kedua tangannya.Namun alangkah terkejutnya sang perwira, ketika tahu betapa beratnya pedang tersebut. Jika ditimbang beratnya sama dengan satu buah kapak pembelah
“Betul Angga malam tadi bersama saya?” sanggah Jati Luhur.“Sebaiknya Tuan Putri dan Jati Luhur ikut kami ke Paseban, silakan berikan keterangan di sana. Kami hanya diberi perintah untuk membawa Si Codet ke sana,” ucap Perwira Tinggi.Semua pada akhirnya setuju untuk bersama-sama menuju ke Paseban untuk melihat hukuman yang akan dijatuhkan kepada Angga.Sesampainya di Paseban, yang berada di dekat Istana Utama, terletak di tengah-tengah Istana Paladu. Tampak semua sesepuh kerajaan sudah berada di kursi kehormatan masing-masing. Semua sudah menyiapkan pertanyaan yang mirip dengan apa yang dikatakan oleh Perwira Tinggi.Jati Luhur juga telah memberi keterangan bahwa dia bersama Angga tadi malam. Namun ada beberapa pihak yang masih tidak percaya dengan keterangan tersebut.“Tetapi pisau kecil itu ada di kamar Gara! Itu adalah bukti yang tak terbantahkan,” ucap Ki Wiranata, Ketua Partai Bukit Merah.&n
Namun yang terjadi justru di luar dugaan, Perwira Palangka malah menyerang Gusti Patih. Lelaki itu tampak kesetanan dengan merebut golok yang dipegang oleh Gusti Patih.Sayangnya golok kecil simbol kerajaan Paladu justru menancap di leher Perwira Palangka. Lelaki tersebut tewas sebelum dia bersaksi siapa yang menyuruhnya membunuh beberapa orang di Paladu."Ada yang tidak beres dengan Perwira Palangka dan Gusti Patih?" tanya Angga dalam hati. Saat dia melihat kejadian tersebut karena Gusti Patih membisikkan sesuatu sebelum Perwira Palangka merebut goloknya.Ternyata bukan hanya Angga yang melihat keanehan tersebut, tetapi juga Adyaksa. Bahkan Gusti Prabu sendiri raut wajahnya juga berubah melihat kejadian tersebut. Hal itu terjadi karena Gusti Patih Singa Maruta tidak pernah berdiri dari tempat duduknya ketika ada acara di Paseban.Namun semua yang berada di Paseban tampak hanya bisa geleng-geleng kepala, tak menyangka jika Perwira Palang
Tuan Putri Lintang Ayu merupakan delegasi Sayembara dua tahun lalu. Tidak tanggung-tanggung, dia mencapai babak semifinal sebelum kalah oleh Adyaksa. Semenjak kekalahan itu keduanya tak lagi akrab karena Adyaksa dianggap tidak mau mengalah dengan Tuan Putri."Tetapi dia sekarang sudah mendaftarkan diri dari sebagai perwakilan dari Kerajaan Patuha," ucap Ki Pramana. Hal itu jelas membuat Tuan Putri tampak terkejut dengan apa yang didengarnya."Kenapa paman bisa tahu hal itu?""Tadi ketika melihat daftar peserta yang sudah mendaftar, ada namanya," ucap Ki Pramana, "Kita tidak boleh sembarangan memilih perwakilan mengingat orang yang mendaftar mempunyai kedigdayaan tinggi,""Betul Paman, Pangeran Mahesa juga ikut mewakili Sindang Nagara," ucap Tuan Putri. Gadis itu paham jika Pangeran tersebut memiliki kedigdayaan di atas rata-rata tokoh di Tanah Suci."Namun jika memaksakan anggota Partai yang ada di Lembah Hijau itu sama saja bunuh
"Aku mengerti kekhawatiran yang kau rasakan. Maka akan ku ajari beberapa jurus Partai Lembah Hijau kepadamu,""Dengan waktu tinggal tiga hari lagi?""Aku percaya kamu bisa melakukannya, ilmu Pengemis Tua Edan saja bisa dikuasai dengan waktu sangat singkat. Masa dengan ilmu sederhana milikku tidak bisa mengikutinya?"Mendengar ucapan Ki Pramana, Angga hanya bisa mengangguk. Situasi membuatnya tidak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan orang di hadapannya."Tetapi aku tidak bisa berjanji untuk bisa memenangkan pertarungan!" seru Angga."Kami tidak memintamu untuk menang, tetapi justru punya tugas lain," ucap Ki Pramana lagi."Apa maksud Paman?""Tolong hentikan Partai Bukit Merah untuk menjuarai Sayembara," ucap Ki Pramana. Hal itu jelas membuat Angga kaget, belum mengerti apa yang direncanakan pria paruh baya di depannya itu."Kenapa seperti itu?" Angga betul-betul tidak mengerti.
"Itu karena aku tidak mau ada urusan dengan Prabu Jantra Maheswara, Raja Sindang Nagara," ucap Jati Luhur lagi.Menjelaskan bahwa Partai Telaga Emas adalah sekutu dari Kerajaan Sindang Nagara. Sama seperti Partai Bukit Merah dengan Kerajaan Paladu."Berarti yang membunuh ayahku?" tanya Angga mencoba menerka siapa orangnya."Benar. Orang pemerintahan dan Partai Telaga Emas!""Jika begitu urusannya, Ketua Partai Telaga Emas mengincar diriku bukan hanya urusan kematian Paman Ranu Paksi. Bukan juga karena terkena rayuan Seta Jelang?""Betul Angga! Ketika mendengar nama belakang yang kau pakai adalah Saksana. Mereka ketakutan jika dirimu akan membalaskan kematian ayah angkatmu itu," tambah Jati Luhur.Malam itu seakan menjadi titik awal, sebuah tabir mulai terbuka. Angga kini paham kenapa dirinya diincar, semua karena ada sangkut paut dengan ayah angkatnya."Terus kenapa Paman baru bicara sekarang?" tanya Angg
Sebuah pohon tumbang ketika Jati Luhur menyerang Angga secara tiba-tiba. Membuat Angga kaget, mau tak mau menyerang gurunya dengan kemampuan seadanya.Kini Angga memutuskan untuk tidak menggunakan Ilmu Macan Kumbang. Menggunakan kemampuan yang didapat dari Jati Luhur saat masih di Gunung Larang."Sepertinya sudah cukup, kamu berada satu tingkat di atas orang kedigdayaan seusiamu."Terima kasih Paman!" seru Angga yang kini merasa bertambah kuat."Sekarang kau harus dikubur di bukit ini sampai fajar menyingsing. Itu akan membuat dirimu jauh lebih kuat dalam waktu cepat," ucap Jati Luhur.Tujuan dari Jati Luhur adalah membuat Angga memiliki daya tahan yang cukup kuat. Sehingga dengan mengubur Angga di bukit supaya seluruh kemampuan menghisap racun cepat bereaksi pada tubuhnya.***Lembah hijau seakan bergemuruh ketika ada sebuah pertarungan antara dua orang. Pertama adalah seorang pemuda berpakaian abu-abu s
"Terima kasih atas kehadiran para tamu undangan juga peserta yang berada di tanah Suci. Mohon jika penyambutan kami ala kadarnya, tidak semegah acara sebelumnya. Namun kami berharap acara bisa lancar sampai menemukan siapa pemenang dengan cara jujur."Ucapan itu diamini oleh berbagai pihak, berharap tidak ada kecurangan di Sayembara."Sebagai hadiah untuk pemenang adalah seratus koin emas."Mendengar ucapan Gusti Prabu semua tampak senang karena uang sebesar itu dapat membeli lima puluh ekor kerbau ukuran dewasa."Sebagai tambahan, jika pemenangnya seorang laki-laki dapat berkesempatan untuk menjadi pendamping Tuan Putri Lintang Ayu Kencana."Mendengar hal itu semua orang tampak riuh, terutama para laki-laki yang menjadi peserta. Mana ada orang yang tak mau menjadi pasangan Tuan Putri."Aku harus memenangkan Sayembara, supaya Tuan Putri jadi milikku," ucap salah satu peserta sambil tersenyum.Hanya ada dua oran
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah