Beranda / Urban / PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN / 083 - Iri Dengki Yang Mengintai

Share

083 - Iri Dengki Yang Mengintai

Penulis: Rytíř
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sementara itu, Cindy asyik bersama Aisyah di kamarnya, tak tahu-menahu apa yang sedang terjadi di luar.

“Dingiiiin,” gumamnya dengan menggoyang-goyang kedua lutut.

Cindy duduk bersila di atas kasur, bergumul dengan selimut tebal karena belum terbiasa dengan dinginnya malam di kampung tersebut. Aisyah juga menemaninya di sana dengan tetap asyik bermain dengan anaknya Yusuf.

“Mau ditambah selimutnya, Kak Cindy?” tanya Aisyah.

Cindy menggeleng cepat. “Aku sengaja memilih datang ke sini di musim penghujan ini, karena berharap bisa merasakan sensasi penggunungan yang berkabut. Besok juga akan terbiasa,” jelasnya.

“Sekarang mah, tak jelas lagi musim kemarau atau musim penghujam, Kak. Cuaca sekarang sudah tak menentu,” balas Aisyah.

“Hoho, mau bahas efek pemanasan global sekarang?” sahut Cindy berseloroh.

Di ruang tengah, Rosdiana masih diam, duduk ditemani suaminya dan Mak Sannah. Mak Sannah nampak serba salah, mendapati dua orang besannya itu seperti tak menikmati kunjungan mereka di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   Sedikit Catatan Tentang Harta Pusaka Di Minangkabau

    Ini merupakan catatan penulis (bebas coin), sebagai pendukung agar pembaca bisa lebih memahami konflik yang terjadi di cerita ini terkait harta warisan. Dulu sempat terjadi antara Keluarga Yusuf dan Keluarga Mila, dan mungkin akan kembali lagi terjadi di keluarga lainnya dengan pemicu yang berbeda. “Bagi yang rasanya malas membacanya, boleh di skip saja dan lanjutkan ke chapter berikutnya” Di dalam adat Minangkabau, terdapat tiga jenis peninggalan yang diserahkan oleh pendahulu terhadap para generasi penerus. Yang pertama adalah “sako”, yang berarti gelar, yang akan diturunkan pada setiap laki-laki yang sudah menikah. Ini hampir tak pernah ada masalah, karena hanya menyangkut gelar yang akan disandang oleh seorang laki-laki. Namun seperti biasanya, masalah itu baru muncul ketika sudah menyangkut “harta”. Selain “Sako” tadi, ada lagi istilah “Pusako” yang berarti harta pusaka. Terdapat dua jenis harta pusaka. Yang pertama adalah “Pusako Tinggi” atau harta pusaka utama yang diturunka

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   084 - Kegundahan David

    Sejatinya, siapa pun kerabat dari pihak Rosdiana.yang ingin tinggal di Rumah Gadang itu, bisa tinggal bersama-sama di sana jika mereka mau. Termasuk pihak keluarga lain yang masih satu rumpun dengan Rosdiana. Begitu juga dengan Cindy, serta Rani bersama suaminya, David. Padahal Rosdiana membuatkan satu rumah khusus untuk Rani dan David adalah bentuk sayang dia pada mereka, agar mereka bisa leluasa di sana. Ini sesuatu yang tak didapatkan oleh Yusuf dan Rayna selama tinggal bersama Rosdiana dan Harmoko di Rumah Gadang itu. Bahkan jika David dan Rani ingin tinggal di sana pun sepeninggal Rosdiana, tak ada juga yang berhak untuk melarang. Karena Rayna nanti hanya mewarisi amanah merawat Rumah Gadang itu, bukan mewarisi kepemilikannya. Namun David justru iri atas apa yang akan Yusuf peroleh dengan menikahi Rayna yang anak tertua. Pada hal, dia sendiri hidup enak dan tenang, jauh lebih baik dari apa yang didapatkan Yusuf selama dua tahun tinggal di sana. “Sudah lah! Kamu hanya menambah

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   085 - Pertemuan

    Memang dalam urusan bisnis, tak selamanya semuanya bersifat pribadi. Kadang ini semua hanya sebatas negosiasi.Di satu waktu mungkin seseorang akan berkata bahwa dia tak akan berbisnis dengan orang tertentu karena ada kesan buruk. Namun ketika datang tawaran yang menggiurkan, semua kesan buruk masa lalu itu bisa dilupakan.Ini juga kenapa, sebagian orang tak terlalu memikirkan soal prinsip dan etika dalam berbisnis. Terutama bagi mereka yang merasa bahwa pihak mereka punya daya tawar lebih kuat, dan memang punya dukungan yang kuat untuk itu.Mereka percaya semua akan berubah ketika sudah dihadapkan pada uang. Mereka percaya bisa merubah sikap orang, ketika mereka bisa memberikan tawaran yang tak bisa ditolak.Itu lah yang dipikirkan David saat ini. Dia sadar banyak petani yang enggan menjual barang mereka padanya. Begitu juga pada para tauke lain yang satu komplotan dengannya.Selama ini dia dan tauke lainnya mengabaikan hal itu. Karena mereka percaya punya daya tawar yang kuat. Namun

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   086 - Rumah Yang Lapuk

    Tentu bisik-bisik Mahzar itu cukup menyita perhatian para distributor lainnya yang ada di ruangan VIP di rumah makan tersebut.“Ada apa, Da Mahzar?” tanya Syaiful.“Ini! Bocah ini bersikeras kalau dia yang ingin mentraktir semuanya. Jika aku biarkan dia yang bayar, mau ditaruh di mana mukaku sebagai yang paling senior di sini,” jawab Mahzar berkilah.“Ya biar saja. Sekali-kali kasih juga ruang pada yang paling muda untuk berbuat sesuatu,” balas Syaiful sembari sibuk mencuci tangannya di kobokan.Mahzar pun menyikut lengan David dan mengatakan kalau dia menerima tawaran David untuk membayar semua pesanan itu. David hanya bisa menunduk dengan memasang wajah malu-malunya di depan para tauke senior yang lainnya.Namun tak seperti para tauke yang lainnya, Arifin yang duduk di sebelah David cukup bisa mendengar bisik-bisik mereka itu. Namun dia tetap bersikap tenang tanpa memberikan reaksi sedikit pun, seakan dia tak tahu apa-apa.Setelah puas menyantapi hidangan itu, semua terlihat bersand

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   087 - Kayu Tua Penuh Memori

    Sekarang Mahzar masih saja memperhatikan David yang tengah sibuk mengelap wajahnya dengan tisu. Entah sudah berapa tisu yang sudah dia habiskan sejak keluar dari ruangan VIP tersebut. Di mata para milenial, penampilan David ini memang terkesan wah, memberikan gambaran profesional dari seorang pebisnis. Ibarat kata orang minang, “tacelak di mato rang banyak”, menjadi perhatian karena enak dipandang. Namun terkadang, ini juga yang menjadi penilaian buruk Mahzar terhadap David. Di matanya, David yang selalu parlente itu justru memberikan gambaran ketidakbecusan sebagai pedagang. Karena dalam pandangan konservatifnya, seseorang tak akan bisa sukses dalam berdagang kalau takut mengotori diri. “Kau lihat saja tingkahnya. Belum lama dia di dalam bersama yang lainnya, sekarang dia sudah begitu risih dengan kondisi penampilannya,” ucap Mahzar. “Bukankah beberapa waktu terakhir ini dia sendiri juga sudah ikut turun ke ladang, sejak Yusuf tak lagi bekerja pada Harmoko?” tanya anak buahnya. “

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   088 - Kejujuran Pengusaha Kampungan

    Sore itu, seluruh kentang itu ditumpuk di satu titik di salah satu sudut ladang. Sementara Yusuf baru saja kembali membawa gerobak yang baru saja ditambal bannya.Cindy dan Aisyah sudah asyik saja memilih-milih kentang yang besar dan yang paling bagus yang bisa mereka kumpulkan. Pasalnya, mereka juga sudah membeli dua jenis alat pemotong kentang. Satu untuk membuat stik kentang, satu lagi untuk membuat potato chip.Kening Yusuf terlihat berkerut saat menemukan mereka sudah cukup banyak juga menyisihkan kentang-kentang itu.“Serius mau diambil sebanyak itu?” tanya Yusuf.Cindy pun langsung termangu, merasa resah berpikir Yusuf tak begitu senang jika terlalu banyak kentangnya yang diambil. Dia pun mengembalikan beberapa dengan sedikit perasaan serba sungkan.Namun Aisyah malah mengambil lagi kentang yang dikembalikan Cindy, dan memasukkannya kembali ke dalam baskom.“Ih, Akak ini kenapa lah? Kok dikembalikan lagi? Sudah capek-capek ini Aisyah memilihnya,” gerutu adik Yusuf itu.“Kakakmu

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   089 - Petani Yang Busuk Hati

    Orang dari Palembang itu menghela nafas cukup dalam. Tentu dia mengerti juga pentingnya untuk menjaga amanah dalam perdagangan. Tapi dia tak juga bisa membuang raut wajah kecewanya.Di situ Yusuf mulai merasa sedikit prihatin dan tergerak untuk membantu.“Apa Pak Rizky mau sedikit bersabar? Ini aku juga sedang panen kentang. Kalau dari yang sudah terkumpulkan seharian ini, mungkin ada sekitar 700 an kilo,” tawar Yusuf.Pedagang itu pun menoleh ke arah tumpukan stok barang Yusuf. Stok yang banyak di sana juga kentang-kentang juga.“Rasanya, tak mungkin juga saya muat truk dengan kentang saja semuanya,” ucap orang tersebut.“Ya, tak apa. Ambil saja kentang ini nanti sebanyak kebutuhan Pak Rizky saja. Sementara itu, kenapa tak saya temani saja mencari barang? Mumpung masih sore,” tawarnya.Raut wajah pedagang dari Palembang itu sedikit berubah mendengarkan tawaran tersebut.Yusuf pun bersegera mencarikan orang untuk membantu Dani dan Bobby memuat kentang-kentang yang ada ke dalam karung

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   090 - Bukan Sekadar Petani Kampungan

    Pada akhirnya, pedagang dari Palembang itu dapat juga bernegosiasi untuk membeli hasil panen seorang petani. Ini merupakan petani kedua yang bisa mereka ajak negosiasi setela seharian mencari.Dari jumlah tomat yang sudah dipanen, bisa diperkirakan semuanya mencapai 6-7 peti tomat. Tentu akan butuh waktu juga bagi petani itu untuk mengemas dan juga menimbang semuanya.“Mumpung masih belum gelap, kenapa tak kita lihat dulu lebih jauh ke dalam,” saran Yusuf.“Apa tak masalah ditinggal saja dulu?” tanya Pak Rizky berbisik.“Kenapa memangnya?” balas Yusuf bertanya.“Aku takut nanti petani itu malah melepasnya ke pedagang lain yang datang sepeninggal kita,” balas Pak Rizky menjelaskan kesangsiannya.“Kalau begitu, Pak Rizky bisa tinggalkan saja dulu uang muka untuk tanda jadi saja dulu,” saran Yusuf.Pedagang dari Palembang itu mengangguk pelan menerima usulan tersebut. Dia pun menghampiri si petani sembari menghitung-hitung lipatan uang kertas yang dia keluarkan dari sakunya.“Pak, kami m

Bab terbaru

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   103 - Pembalasan Mantu Kampungan

    Selang beberapa minggu, kepolisian masih saja belum menemukan keberadaan satu preman yang jadi buronan tersebut. Tentu mereka sadar juga, satu preman itu pasti sudah melarikan diri keluar dari provinsi. Atau mungkin keluar dari pulau Sumatera. Begitu juga dengan laporan orang hilang atas David dan Rani, sampai sekarang belum juga mendapatkan kabar. Kehilangan mereka berdua, sedikit banyak telah memancing dugaan dari tim penyelidik. Pasalnya, mereka masih satu keluarga. Pihak kepolisian menduga hilangnya dua orang tersebut mungkin karena mereka juga telah menjadi target dari orang yang sama yang ingin mencelakai Yusuf. Namun Harmoko meyakinkan polisi bahwa itu tak mungkin ada hubungannya dengan insiden yang menimpa Yusuf. “Kami masih sedang mengusahakannya dalam dua minggu ini. Apa Bapak yakin ini tak ada hubungannya dengan hal yang menimpa menantu Bapak yang seorang lagi?” tanya polisi pada Harmoko. Harmoko pun mendekatkan duduknya pada petugas polisi itu, seperti ingin berkata se

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   102 - Buronan

    Sore harinya, dua orang petugas dari kepolisian mendatangi rumah sakit di mana Yusuf di rawat. Salah satu dari mereka langsung meminta untuk melepaskan borgol Bobby.“Kenapa di borgol?” tanyanya.“Lah tadi katanya suruh tahan dulu di sini.”Petugas itu hanya memasang wajah memelas dan kemudian masuk ke dalam ruang perawatan untuk mendatangi Yusuf. Kebetulan pada saat itu Yusuf sudah kembali bangun dan sedang makan disuapi ibunya.Polisi yang baru datang itu juga meminta petugas yang menjaga untuk melepaskan borgol di tangan Yusuf. Setelah itu, dia kemudian memberikan sedikit keterangan mengenai kasus yang sedang mereka selidiki.“Kami menemukan luka-luka di bagian kaki. Otot-otot di belakang tumit mereka putus. Begitu juga di bagian lutut dan pangkal lengan. Apa saudara yang melakukannya?”Mak Sannah terdiam mendengar pertanyaan polisi terhadap anaknya itu, dan langsung meletakkan piring makanan di atas meja. Yusuf menepuk lembut lengan ibunya, dan tersenyum seakan mengatakan tak perl

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   101 - Maafkan Aku

    Di gerbang, Rani sempat berpas-pasan dengan Cindy yang kembali dengan motor maticnya. Cindy langsung berhenti di gerbang itu, dan bertanya pada Rani.“Ran, mau ke rumah sakit?” tanyanya.Namun Rani tak menyahut dan terus berlalu.Cindy mengerutkan wajahnya sedikit. Dia tak yakin kalau raut wajah Rani yang tengah diliputi kepiluan itu karena rasa simpati soal apa yang terjadi dengan Yusuf.Sesaat dia berpikir, apa mungkin Rani seperti itu karena mendapatkan kabar buruk. Namun dia tak juga bisa menerima kemungkinan itu, karena baru saja dia sudah mendapatkan berita dari Rayna soal kondisi Yusuf.Dia pun berlalu, dan kembali mengarak motor maticnya itu memasuki perkarangan rumah. Hingga kemudian perhatiannya tertuju pada pintu rumah Rani yang dibiarkan terbuka. Dari situ, baru Cindy menyadari ibunya yang sudah tergeletak di teras rumah.“Buu!”Dia langsung menelantarkan motor, dan bergegas ke teras rumah tersebut. Dia sempat mendapati sebelah lengan ibunya bergerak seperti orang ayan. Ha

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   100 - Kesalahpahaman

    Kebetulan, daun pintu itu sedikit terbuka. Dan Rosdiana langsung saja mendorong pintu itu lebar-lebar, kemudian berlagak pinggang di sana. Anehnya, David dan Rani sama sekali tak menunjukkan wajah bersalahnya. Gelak tawa mereka hanya terurai sedikit saja, dan menoleh ke arah Rosdiana dengan sedikit kesan pangling. Toh, pikir mereka selama ini Rosdiana sangat membenci Yusuf sebenci-bencinya sampai tak memiliki empati lagi. Setidaknya itu dipikiran mereka. Namun tidak, Rosdiana langsung membentak David begitu keras. “Dasar setan! Keluar kau dari rumah ini!” Rani terkejut, dan wajahnya pun langsung pucat. Dia bergegas menghampiri ibunya dengan kegamangan tergambar di wajahnya. “Bu, kenapa Ibu tiba-tiba...” “Diam kau!” bentak Rosdiana. Rani pun terkenjut, bahkan tergerak mundur menerima semprotan amarah dari ibunya itu. Dia sudah sering melihat ibunya itu marah-marah. Tapi baru kali ini dia yang dimarahi. Satu tangan Rosdiana pun bergemetaran menunjuk ke arah David. Emosinya begitu

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   099 - Gelak Tawa

    Harmoko yang menyadari kedatangan istrinya itu, langsung bergegas keluar. Dia berlalu sesaat melewati Rayna dengan tatapan tak senang.Tentu Rayna pun diliputi perasaan bersalah. Karena bagaimanapun, Rosdiana tetap ibu kandunganya. Dia pun kembali masuk menghampiri suaminya dengan perasaan campur aduk.Hingga tiba-tiba, si petugas polisi yang sedang berjaga di sana mengatakan sesuatu yang cukup penting untuk Rayna.“Aku pikir mungkin Ibu dan keluarga perlu mencari pengacara. Ini hanya saran saya secara pribadi saja untuk berjaga-jaga, siapa tahu masalah ini akan lebih rumit untuk suami Ibu nantinya.”Rayna hanya menoleh sesaat, dan memberikan satu anggukan tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia masih tak senang dengan petugas tersebut karena telah memborgol suaminya.Meski begitu, sepertinya sekarang dia mulai sedikit bisa memahami kalau polisi tersebut sama sekali tak memiliki pandangan buruk terhadap Yusuf.Di koridor, Harmoko mencoba menyusul istrinya. Dia menahan bahu Rosdiana dari

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   098 - Rasa Bersalah

    Polisi pun datang, namun tak seorang di sana kecuali beberapa mayat yang tergeletak di semak-semak. Satu petugas langsung melakukan panggilan dan meminta bantuan ke Polres Kota Padang.Tak hanya itu, dia juga melakukan panggilan pada satu rekannya yang masih berada di rumah sakit menjaga Yusuf dan Bobby.“Apa laki-laki itu masih bersamamu?”[Ya!]“Tahan dulu dia untuk sementara waktu. Kami menemukan mayat di sini. Orang-orang yang katanya sempat mereka lumpuhkan ternyata sudah mati.”Tanpa melakukan penyelidikan lebih jauh, tentu masih terlalu dini bagi mereka untuk menilai kalau Bobby dan Yusuf lah pembunuhnya. Namun tetap saja, mereka berdua saat ini menjadi satu-satunya tersangka. Karena Bobby sendiri telah mengaku bahwa mereka yang melumpuhkan preman-preman tersebut.Satu petugas polisi mencoba mengamati mayat-mayat tersebut secara seksama tanpa menyentuhnya. Dia mendapati tubuh-tubuh preman itu penuh luka, baik di bagian lengan maupun kaki..Namun satu luka yang jelas fatal yang

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   097 - Periksa Saja TKP-nya

    Bobby memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menyerang sisanya dengan membabi buta. Tiga orang begal itu semakin panik, karena satu temannya masih meirntih dengan luka di lengannya.Pada akhirnya mereka pun memilih kabur. Sementara sisa begal lainnya yang sudah dilumpuhkan Yusuf, masih terdengar merintih di beberapa tempat.Bobby terkesima dengan apa yang sudah diperbuat Yusuf, sementara sahabatnya itu masih berdiri seorang diri. Dia pun menghampirinya dari belakang.Namun belum beberapa langkah Bobby berjalan, Yusuf langsung nampak lunglai. Bobby bergegas menghampirinya dan memapah Yusuf seketika.“Suf! Kau baik-baik saja?”Namun Yusuf tak menjawab, hanya berusaha tetap bertahan dengan satu lutut tertekuk di tanah. Hanya suara nafasnya saja yang begitu berat terdengar.Bobby pun memeriksa kondisinya dengan senter, hingga dia menyadari obeng yang masih tertancap di perut Yusuf.“Andeh, Suuuuf!”“Bagaimana dengan mereka?” tanya Yusuf.“Mereka sudah kabur. Sebaiknya biarkan saj

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   096 - Mati Ang

    Dalam perjalanan pulang, Yusuf masih belum lepas dari rasa kesalnya. Bobby sesekali melirik, dan mendapati Yusuf masih membuang muka ke sisi kiri. "Kau seharusnya sudah mengerti dari jauh hari, cepat atau lambat kita pasti akan berurusan dengan Mahzar. Jadi apapun yang mau kau lakukan, harusnya kamu lakukan dengan penuh perhitungan," ucap Bobby. "Ya aku tak mungkin dia saja, Bob!" sanggah Yusuf. "Aku tak menyalahkan tindakanmu. Tapi sebisanya, jangan sampai tindakanmu itu hanya karena dorongan emosi. Aku khawatir nanti kau malah membuat keputusan yang justru akan merugikan kita semua." Yusuf menghela nafas dan mengangguk pelan menerima saran temannya itu. Karena memang ada kebijakan dari kata-katanya tersebut. Dia pun mencoba menenangkan dirinya, khawatir jika sampai moodnya yang jelek itu bertahan sampai di rumah malah akan mendatangkan masalah lain. Memang sebagai laki-laki, tak seharunya dia membawa masalah yang dia temui di luar ke rumah. Namun sesaat menjelang mobil pick up

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   095 - Lancang Kau

    Gara-gara kejadian di beberapa hari belakangan, kembali Harmoko meminta Yusuf untuk duduk bersama dengan beberapa tauke lainnya. Ini sesuatu yang sama sekali tanpa sepengetahuan Yusuf. Namun tentu saja dia tak bisa menolak permintaan dari mertuanya tersebut. “Dani, kamu kembali saja dulu. Tak enak juga dengan Pak Salman kalau anaknya pulang kemalaman,” jelas Yusuf. Dani mengangguk dan kembali ke mobil di mana anak Pak Salman masih menunggu. Satu mobil itu pun kembali, sementara Yusuf terpaksa harus bertahan dulu ditemani Bobby. Kembali warung sate itu penuh, dan rata-rata yang duduk di sana adalah para juragan besar di Pasar Raya. Sebagian besar dari mereka menatap tak ramah dengan kedatangan Yusuf. Dan seperti biasa, Harmoko menawarkannya dan juga Bobby sate. Namun Mahzar langsung menyela. “Maaf, aku sibuk dan masih ada lebih banyak hal yang harus aku urus. Tolong, Pak Bos kalau memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, langsung saja pada pointnya.” Harmoko pun menghelas na

DMCA.com Protection Status