Home / Urban / PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN / 089 - Petani Yang Busuk Hati

Share

089 - Petani Yang Busuk Hati

Author: Rytíř
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Orang dari Palembang itu menghela nafas cukup dalam. Tentu dia mengerti juga pentingnya untuk menjaga amanah dalam perdagangan. Tapi dia tak juga bisa membuang raut wajah kecewanya.

Di situ Yusuf mulai merasa sedikit prihatin dan tergerak untuk membantu.

“Apa Pak Rizky mau sedikit bersabar? Ini aku juga sedang panen kentang. Kalau dari yang sudah terkumpulkan seharian ini, mungkin ada sekitar 700 an kilo,” tawar Yusuf.

Pedagang itu pun menoleh ke arah tumpukan stok barang Yusuf. Stok yang banyak di sana juga kentang-kentang juga.

“Rasanya, tak mungkin juga saya muat truk dengan kentang saja semuanya,” ucap orang tersebut.

“Ya, tak apa. Ambil saja kentang ini nanti sebanyak kebutuhan Pak Rizky saja. Sementara itu, kenapa tak saya temani saja mencari barang? Mumpung masih sore,” tawarnya.

Raut wajah pedagang dari Palembang itu sedikit berubah mendengarkan tawaran tersebut.

Yusuf pun bersegera mencarikan orang untuk membantu Dani dan Bobby memuat kentang-kentang yang ada ke dalam karung
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   090 - Bukan Sekadar Petani Kampungan

    Pada akhirnya, pedagang dari Palembang itu dapat juga bernegosiasi untuk membeli hasil panen seorang petani. Ini merupakan petani kedua yang bisa mereka ajak negosiasi setela seharian mencari.Dari jumlah tomat yang sudah dipanen, bisa diperkirakan semuanya mencapai 6-7 peti tomat. Tentu akan butuh waktu juga bagi petani itu untuk mengemas dan juga menimbang semuanya.“Mumpung masih belum gelap, kenapa tak kita lihat dulu lebih jauh ke dalam,” saran Yusuf.“Apa tak masalah ditinggal saja dulu?” tanya Pak Rizky berbisik.“Kenapa memangnya?” balas Yusuf bertanya.“Aku takut nanti petani itu malah melepasnya ke pedagang lain yang datang sepeninggal kita,” balas Pak Rizky menjelaskan kesangsiannya.“Kalau begitu, Pak Rizky bisa tinggalkan saja dulu uang muka untuk tanda jadi saja dulu,” saran Yusuf.Pedagang dari Palembang itu mengangguk pelan menerima usulan tersebut. Dia pun menghampiri si petani sembari menghitung-hitung lipatan uang kertas yang dia keluarkan dari sakunya.“Pak, kami m

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   091 - Syaiful Mulai Berulah

    Di rumah, hanya tinggal anaknya Pak Salman yang membantu yang lainnya mengemas kentang Yusuf. Karena Bobby dan Dani sudah duluan berangkat sesaat setelah magrib, dan tak sempat bertemu Yusuf.Sekarang pekerjaan itu dilanjutkan oleh ibunya Yusuf bersama Aisyah. Bahkan Cindy pun ikut serta, meski aslinya lebih banyak bikin ulah. Kentang-kentang yang dia masukkan ke dalam karung malah meliuk ibarat ular yang kekenyangan.“Sudah, Cindy. Kamu ke dalam saja temani kakakmu jagain si Taufiq,” seru Yusuf sembari sibuk mengeluarkan kentang-kentang yang sudah dimasukkan Cindy.Tentu Cindy merasa tak enak, karena malah membuat mereka menjadi semakin sibuk. Namun begitu, dia sedikit merasa enggan juga kembali ke dalam rumah. Pada akhirnya, dia bertahan di sana, memancing Aisyah mengobrol di tengah kesibukannya.Aisyah yang paham dengan kondisi itu, akhirnya memilih berhenti untuk membantu dan mengajak Cindy ikut pergi.“Yuk, Kak! Kita ke dalam saja,” ajaknya.Setelah isya, mereka baru selesai meng

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   092 - Mana Harga Dirimu

    Keributan di salah satu rumah warga itu mulai semakin tak terkendali. Untungnya, satu petani yang kebetulan sedang memegang cangkul itu cukup bisa ditahan oleh warga lain.Sementara itu, ribut-ribut yang dimunculkan oleh emak-emak yang berteriak histeris masih terus berlanjut, seiring beberapa orang mulai terlibat adu pukul.Sedikit warga yang sudah ada di sana tak begitu banyak yang bisa melerai. Karena sebagian besar mereka yang datang adalah mereka yang marah pada satu petani tersebut, yang hanya dibantu oleh dua orang anak remajanya.Yusuf pun datang menghampiri. Tanpa pandang bulu, dia malah ikut serta dalam keributan itu. Namun tak ikut berkelahi. Dia langsung membanting mereka satu persatu ke tanah tanpa melakukan satu pun pukulan.“Hey, siapa kau ikut-ikut campur dalam urusan ini?” teriak salah seorang warga yang baru saja dibanting Yusuf ke tanah.Namun Yusuf tak sempat menjawab, karena satu pukulan baru saja melayang ke kepalanya dari belakang. Satu anak remaja dari si petan

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   093 - Bukan Lagi Seorang Kacung

    Yusuf tak bisa juga memungkiri kenyataan, kalau si petani itu tetap bersalah. Namun, karena merasa iba juga, Yusuf terpaksa sedikit berbohong untuk mendamaikan mereka semuanya, dengan mengalihkan persoalan itu semua pada Syaiful, si tauke yang dia yakini menjadi biang dari ini semua. “Sebelumnya maaf, Pak! Aku ingin kasih tahu dulu, mengenai masalah ini, tak hanya terjadi di sini saja,” sela Yusuf memancing perhatian mereka semua. Baru di situ, warga-warga itu tak lagi memojokkan satu petani bernama Rusli itu. Toh mereka memang mengharapkan sesuatu dari Yusuf, yang sebelumnya mengaku tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Apa yang ingin kau jelaskan?” sahut salah seorang dari mereka. Yusuf pun menghela nafas sedikit, sebelum memberikan penjelasan yang mungkin akan sedikit panjang pada mereka. “Sebenarnya ini semua adalah tipu muslihat dari sekelompok tauke yang ingin memonopoli hasil panen di daerah kita. Jadi Pak Rusli ini tak bisa disalahkan dan dianggap mencegah petani lainn

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   094 - Sepi Di Keramaian

    Terdapat empat nagari di Kecamatan Lembah Gumanti yang luas, dengan setidaknya 39 Jorong (kampung) tersebar. Dari empat nagari tersebut, tiga diantaranya seperti mulai bulat menyatukan suara. Para petani ladang di tiga nagari yang kesemuanya merupakan pemasok utama di kecamatan Lembah Gumanti itu, bersepakat untuk tidak akan menjual barang mereka lagi pada beberapa tauke dari Padang. Satu nama yang sudah mereka black list adalah Syaiful, satu tauke yang sejatinya memang hampir tak pernah mencari barang ke sana. Karena selama ini dia sendiri selalu mengirim anak buahnya ke daerah lain. Mungkin karena alasan itu juga, Syaiful ini berani membuat ulah seperti itu di sana. Karena tak akan ada resiko yang akan datang padanya. Begitu juga dengan Mahzar, yang masih memonopoli pasokan dari kabupaten lain. Kehilangan kepercayaan para petani dari sejumlah jorong di Lembah Gumanti tak akan membuatnya kesulitan mendapatkan pasokan barang. Namun hal itu sekarang membuat situasi beberapa tauke l

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   095 - Lancang Kau

    Gara-gara kejadian di beberapa hari belakangan, kembali Harmoko meminta Yusuf untuk duduk bersama dengan beberapa tauke lainnya. Ini sesuatu yang sama sekali tanpa sepengetahuan Yusuf. Namun tentu saja dia tak bisa menolak permintaan dari mertuanya tersebut. “Dani, kamu kembali saja dulu. Tak enak juga dengan Pak Salman kalau anaknya pulang kemalaman,” jelas Yusuf. Dani mengangguk dan kembali ke mobil di mana anak Pak Salman masih menunggu. Satu mobil itu pun kembali, sementara Yusuf terpaksa harus bertahan dulu ditemani Bobby. Kembali warung sate itu penuh, dan rata-rata yang duduk di sana adalah para juragan besar di Pasar Raya. Sebagian besar dari mereka menatap tak ramah dengan kedatangan Yusuf. Dan seperti biasa, Harmoko menawarkannya dan juga Bobby sate. Namun Mahzar langsung menyela. “Maaf, aku sibuk dan masih ada lebih banyak hal yang harus aku urus. Tolong, Pak Bos kalau memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, langsung saja pada pointnya.” Harmoko pun menghelas na

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   096 - Mati Ang

    Dalam perjalanan pulang, Yusuf masih belum lepas dari rasa kesalnya. Bobby sesekali melirik, dan mendapati Yusuf masih membuang muka ke sisi kiri. "Kau seharusnya sudah mengerti dari jauh hari, cepat atau lambat kita pasti akan berurusan dengan Mahzar. Jadi apapun yang mau kau lakukan, harusnya kamu lakukan dengan penuh perhitungan," ucap Bobby. "Ya aku tak mungkin dia saja, Bob!" sanggah Yusuf. "Aku tak menyalahkan tindakanmu. Tapi sebisanya, jangan sampai tindakanmu itu hanya karena dorongan emosi. Aku khawatir nanti kau malah membuat keputusan yang justru akan merugikan kita semua." Yusuf menghela nafas dan mengangguk pelan menerima saran temannya itu. Karena memang ada kebijakan dari kata-katanya tersebut. Dia pun mencoba menenangkan dirinya, khawatir jika sampai moodnya yang jelek itu bertahan sampai di rumah malah akan mendatangkan masalah lain. Memang sebagai laki-laki, tak seharunya dia membawa masalah yang dia temui di luar ke rumah. Namun sesaat menjelang mobil pick up

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   097 - Periksa Saja TKP-nya

    Bobby memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menyerang sisanya dengan membabi buta. Tiga orang begal itu semakin panik, karena satu temannya masih meirntih dengan luka di lengannya.Pada akhirnya mereka pun memilih kabur. Sementara sisa begal lainnya yang sudah dilumpuhkan Yusuf, masih terdengar merintih di beberapa tempat.Bobby terkesima dengan apa yang sudah diperbuat Yusuf, sementara sahabatnya itu masih berdiri seorang diri. Dia pun menghampirinya dari belakang.Namun belum beberapa langkah Bobby berjalan, Yusuf langsung nampak lunglai. Bobby bergegas menghampirinya dan memapah Yusuf seketika.“Suf! Kau baik-baik saja?”Namun Yusuf tak menjawab, hanya berusaha tetap bertahan dengan satu lutut tertekuk di tanah. Hanya suara nafasnya saja yang begitu berat terdengar.Bobby pun memeriksa kondisinya dengan senter, hingga dia menyadari obeng yang masih tertancap di perut Yusuf.“Andeh, Suuuuf!”“Bagaimana dengan mereka?” tanya Yusuf.“Mereka sudah kabur. Sebaiknya biarkan saj

Latest chapter

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   103 - Pembalasan Mantu Kampungan

    Selang beberapa minggu, kepolisian masih saja belum menemukan keberadaan satu preman yang jadi buronan tersebut. Tentu mereka sadar juga, satu preman itu pasti sudah melarikan diri keluar dari provinsi. Atau mungkin keluar dari pulau Sumatera. Begitu juga dengan laporan orang hilang atas David dan Rani, sampai sekarang belum juga mendapatkan kabar. Kehilangan mereka berdua, sedikit banyak telah memancing dugaan dari tim penyelidik. Pasalnya, mereka masih satu keluarga. Pihak kepolisian menduga hilangnya dua orang tersebut mungkin karena mereka juga telah menjadi target dari orang yang sama yang ingin mencelakai Yusuf. Namun Harmoko meyakinkan polisi bahwa itu tak mungkin ada hubungannya dengan insiden yang menimpa Yusuf. “Kami masih sedang mengusahakannya dalam dua minggu ini. Apa Bapak yakin ini tak ada hubungannya dengan hal yang menimpa menantu Bapak yang seorang lagi?” tanya polisi pada Harmoko. Harmoko pun mendekatkan duduknya pada petugas polisi itu, seperti ingin berkata se

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   102 - Buronan

    Sore harinya, dua orang petugas dari kepolisian mendatangi rumah sakit di mana Yusuf di rawat. Salah satu dari mereka langsung meminta untuk melepaskan borgol Bobby.“Kenapa di borgol?” tanyanya.“Lah tadi katanya suruh tahan dulu di sini.”Petugas itu hanya memasang wajah memelas dan kemudian masuk ke dalam ruang perawatan untuk mendatangi Yusuf. Kebetulan pada saat itu Yusuf sudah kembali bangun dan sedang makan disuapi ibunya.Polisi yang baru datang itu juga meminta petugas yang menjaga untuk melepaskan borgol di tangan Yusuf. Setelah itu, dia kemudian memberikan sedikit keterangan mengenai kasus yang sedang mereka selidiki.“Kami menemukan luka-luka di bagian kaki. Otot-otot di belakang tumit mereka putus. Begitu juga di bagian lutut dan pangkal lengan. Apa saudara yang melakukannya?”Mak Sannah terdiam mendengar pertanyaan polisi terhadap anaknya itu, dan langsung meletakkan piring makanan di atas meja. Yusuf menepuk lembut lengan ibunya, dan tersenyum seakan mengatakan tak perl

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   101 - Maafkan Aku

    Di gerbang, Rani sempat berpas-pasan dengan Cindy yang kembali dengan motor maticnya. Cindy langsung berhenti di gerbang itu, dan bertanya pada Rani.“Ran, mau ke rumah sakit?” tanyanya.Namun Rani tak menyahut dan terus berlalu.Cindy mengerutkan wajahnya sedikit. Dia tak yakin kalau raut wajah Rani yang tengah diliputi kepiluan itu karena rasa simpati soal apa yang terjadi dengan Yusuf.Sesaat dia berpikir, apa mungkin Rani seperti itu karena mendapatkan kabar buruk. Namun dia tak juga bisa menerima kemungkinan itu, karena baru saja dia sudah mendapatkan berita dari Rayna soal kondisi Yusuf.Dia pun berlalu, dan kembali mengarak motor maticnya itu memasuki perkarangan rumah. Hingga kemudian perhatiannya tertuju pada pintu rumah Rani yang dibiarkan terbuka. Dari situ, baru Cindy menyadari ibunya yang sudah tergeletak di teras rumah.“Buu!”Dia langsung menelantarkan motor, dan bergegas ke teras rumah tersebut. Dia sempat mendapati sebelah lengan ibunya bergerak seperti orang ayan. Ha

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   100 - Kesalahpahaman

    Kebetulan, daun pintu itu sedikit terbuka. Dan Rosdiana langsung saja mendorong pintu itu lebar-lebar, kemudian berlagak pinggang di sana. Anehnya, David dan Rani sama sekali tak menunjukkan wajah bersalahnya. Gelak tawa mereka hanya terurai sedikit saja, dan menoleh ke arah Rosdiana dengan sedikit kesan pangling. Toh, pikir mereka selama ini Rosdiana sangat membenci Yusuf sebenci-bencinya sampai tak memiliki empati lagi. Setidaknya itu dipikiran mereka. Namun tidak, Rosdiana langsung membentak David begitu keras. “Dasar setan! Keluar kau dari rumah ini!” Rani terkejut, dan wajahnya pun langsung pucat. Dia bergegas menghampiri ibunya dengan kegamangan tergambar di wajahnya. “Bu, kenapa Ibu tiba-tiba...” “Diam kau!” bentak Rosdiana. Rani pun terkenjut, bahkan tergerak mundur menerima semprotan amarah dari ibunya itu. Dia sudah sering melihat ibunya itu marah-marah. Tapi baru kali ini dia yang dimarahi. Satu tangan Rosdiana pun bergemetaran menunjuk ke arah David. Emosinya begitu

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   099 - Gelak Tawa

    Harmoko yang menyadari kedatangan istrinya itu, langsung bergegas keluar. Dia berlalu sesaat melewati Rayna dengan tatapan tak senang.Tentu Rayna pun diliputi perasaan bersalah. Karena bagaimanapun, Rosdiana tetap ibu kandunganya. Dia pun kembali masuk menghampiri suaminya dengan perasaan campur aduk.Hingga tiba-tiba, si petugas polisi yang sedang berjaga di sana mengatakan sesuatu yang cukup penting untuk Rayna.“Aku pikir mungkin Ibu dan keluarga perlu mencari pengacara. Ini hanya saran saya secara pribadi saja untuk berjaga-jaga, siapa tahu masalah ini akan lebih rumit untuk suami Ibu nantinya.”Rayna hanya menoleh sesaat, dan memberikan satu anggukan tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia masih tak senang dengan petugas tersebut karena telah memborgol suaminya.Meski begitu, sepertinya sekarang dia mulai sedikit bisa memahami kalau polisi tersebut sama sekali tak memiliki pandangan buruk terhadap Yusuf.Di koridor, Harmoko mencoba menyusul istrinya. Dia menahan bahu Rosdiana dari

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   098 - Rasa Bersalah

    Polisi pun datang, namun tak seorang di sana kecuali beberapa mayat yang tergeletak di semak-semak. Satu petugas langsung melakukan panggilan dan meminta bantuan ke Polres Kota Padang.Tak hanya itu, dia juga melakukan panggilan pada satu rekannya yang masih berada di rumah sakit menjaga Yusuf dan Bobby.“Apa laki-laki itu masih bersamamu?”[Ya!]“Tahan dulu dia untuk sementara waktu. Kami menemukan mayat di sini. Orang-orang yang katanya sempat mereka lumpuhkan ternyata sudah mati.”Tanpa melakukan penyelidikan lebih jauh, tentu masih terlalu dini bagi mereka untuk menilai kalau Bobby dan Yusuf lah pembunuhnya. Namun tetap saja, mereka berdua saat ini menjadi satu-satunya tersangka. Karena Bobby sendiri telah mengaku bahwa mereka yang melumpuhkan preman-preman tersebut.Satu petugas polisi mencoba mengamati mayat-mayat tersebut secara seksama tanpa menyentuhnya. Dia mendapati tubuh-tubuh preman itu penuh luka, baik di bagian lengan maupun kaki..Namun satu luka yang jelas fatal yang

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   097 - Periksa Saja TKP-nya

    Bobby memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menyerang sisanya dengan membabi buta. Tiga orang begal itu semakin panik, karena satu temannya masih meirntih dengan luka di lengannya.Pada akhirnya mereka pun memilih kabur. Sementara sisa begal lainnya yang sudah dilumpuhkan Yusuf, masih terdengar merintih di beberapa tempat.Bobby terkesima dengan apa yang sudah diperbuat Yusuf, sementara sahabatnya itu masih berdiri seorang diri. Dia pun menghampirinya dari belakang.Namun belum beberapa langkah Bobby berjalan, Yusuf langsung nampak lunglai. Bobby bergegas menghampirinya dan memapah Yusuf seketika.“Suf! Kau baik-baik saja?”Namun Yusuf tak menjawab, hanya berusaha tetap bertahan dengan satu lutut tertekuk di tanah. Hanya suara nafasnya saja yang begitu berat terdengar.Bobby pun memeriksa kondisinya dengan senter, hingga dia menyadari obeng yang masih tertancap di perut Yusuf.“Andeh, Suuuuf!”“Bagaimana dengan mereka?” tanya Yusuf.“Mereka sudah kabur. Sebaiknya biarkan saj

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   096 - Mati Ang

    Dalam perjalanan pulang, Yusuf masih belum lepas dari rasa kesalnya. Bobby sesekali melirik, dan mendapati Yusuf masih membuang muka ke sisi kiri. "Kau seharusnya sudah mengerti dari jauh hari, cepat atau lambat kita pasti akan berurusan dengan Mahzar. Jadi apapun yang mau kau lakukan, harusnya kamu lakukan dengan penuh perhitungan," ucap Bobby. "Ya aku tak mungkin dia saja, Bob!" sanggah Yusuf. "Aku tak menyalahkan tindakanmu. Tapi sebisanya, jangan sampai tindakanmu itu hanya karena dorongan emosi. Aku khawatir nanti kau malah membuat keputusan yang justru akan merugikan kita semua." Yusuf menghela nafas dan mengangguk pelan menerima saran temannya itu. Karena memang ada kebijakan dari kata-katanya tersebut. Dia pun mencoba menenangkan dirinya, khawatir jika sampai moodnya yang jelek itu bertahan sampai di rumah malah akan mendatangkan masalah lain. Memang sebagai laki-laki, tak seharunya dia membawa masalah yang dia temui di luar ke rumah. Namun sesaat menjelang mobil pick up

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   095 - Lancang Kau

    Gara-gara kejadian di beberapa hari belakangan, kembali Harmoko meminta Yusuf untuk duduk bersama dengan beberapa tauke lainnya. Ini sesuatu yang sama sekali tanpa sepengetahuan Yusuf. Namun tentu saja dia tak bisa menolak permintaan dari mertuanya tersebut. “Dani, kamu kembali saja dulu. Tak enak juga dengan Pak Salman kalau anaknya pulang kemalaman,” jelas Yusuf. Dani mengangguk dan kembali ke mobil di mana anak Pak Salman masih menunggu. Satu mobil itu pun kembali, sementara Yusuf terpaksa harus bertahan dulu ditemani Bobby. Kembali warung sate itu penuh, dan rata-rata yang duduk di sana adalah para juragan besar di Pasar Raya. Sebagian besar dari mereka menatap tak ramah dengan kedatangan Yusuf. Dan seperti biasa, Harmoko menawarkannya dan juga Bobby sate. Namun Mahzar langsung menyela. “Maaf, aku sibuk dan masih ada lebih banyak hal yang harus aku urus. Tolong, Pak Bos kalau memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, langsung saja pada pointnya.” Harmoko pun menghelas na

DMCA.com Protection Status