''Hmm, begitu ya. Ya sudah kita pesan makan dulu. Kamu sudah laparkan?'' tanyanya.''Aku sudah sarapan sebenarnya tadi di rumah, jika kamu lapar silahkan saja pesan. Aku pesan minuman dingin aja,'' kataku menjawab ucapannya.''Ya sudah, aku pesan dulu ya,'' ujarnya langsung bangkit dan menuju kasir.Aku terdiam sambil menatap Dina yang tengah mengobrol dengan seorang waiters, hatiku entah kenapa tiba-tiba sangat gundah ketika telah membicarakan hal barusan pada Dina.Apa Dina akan menjaga rahasiaku ya?! Hmm, jika masalah ini terbongkar aku yakin Dinalah orang pertama yang akan aku habisi. Aku tidak akan pernah main-main dengan seseorang, walaupun dia sahabatku aku tidak akan merasa takut padanya.Setelah Dina memesan, dia langsung menghampiri dan duduk di sebelahku, lalu tersenyum manis padaku.''Oh iya Syifa,
''Sebelum polisi datang, cepatsegeracari CCTV itu mungkin saja belum ada yang mencoba mengambil, kita harus mengetahui siapa dalang dari ini semua,'' ucap suara wanita memerintahkan seseorang, aku tidak tahu siapa wanita itu. Tapi jika mendengar dengan seksama itu suara mantan Ibu mertuaku.''Siap. Laksanakan!'' sahut suara lelaki.Hatiku benar-benar takut, mereka telah mengobrak abrik semua yang berada di ruangan ini untuk mencari CCTV. Padahal sampai sekarang aku baru menemukan satu bukti saja dan lainnya belum kutemukan.Aku harus bergerak lebih cepat dari mereka, aku tidak akan kalah dengannya.Aku segera mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang dan ingin menyuruh untuk mengusir kedua orang tidak tahu diri itu.''Hallo. Saya ada tugas unt
''Entahlah, tapi kata pihak kepolisian Danu kabur karena ingin mencari ketiga anakmu. Dia menyangkal bahwa anakmu diculik,'' ucap Mama memberitahuku.''Memang sih Mah, aku menyebut bahwa ketiga anakku telah diculik oleh beberapa orang pria bertopeng suruhanku. Tapi aku sama sekali tidak menyangka bahwa dia nekad melarikan diri dari penjara hanya karena ucapanku,'' sahutku pada Mama.''Jika Danu tahu keberadaan cucu mama bagaimana, Syifa? Apalagi sekarang dia telah menjadi buronan,'' ujar Mama kembali, wajah mama memperlihatkan tengah khawatir. Tapi aku harus tetap tenang.''Tenang saja Mah, tidak akan kok. Jika Mas Danu benar-benar berhasil mencari ketiga anakku ke sini, aku sendiri yang akan langsung menjebloskannya lagi ke penjara,'' aku menenangkan Mama. Tapi Mama terlihat masih sangat gusar.Tiba-tiba Papa datang dan menghampiri kami.
Dia tersenyum mendengar ucapanku yang menampakan raut wajah penasaran.''Wanita itu Dina.''''Apa? Dina. Apa kamu tidak salah? Kesalahan apa yang pernah Dina lakukan sampai membuatmu sakit hati? Tapi tunggu, apa jangan-jangan kamu mengetahui rahasiaku dari Dina?'' aku kaget mendengar ucapannya dan aku sama sekali tidak menyangka bahwa Dina membocorkan rahasia itu pada orang lain.Bukankah dia telah berjanji akan menjaga semua rahasiaku, tapi kenapa dia malah tega membongkarnya.Dasar Dina, kamu sepertinya ingin merasakan penderitaan yang sama seperti apa yang aku lakukan pada Mas Danu dan juga Laras.''Sudah sejak dahulu saya mempunyai dendam pada Dina, tapi sama sekali belum membalasnya. Waktu itu saya sama sekali tidak sengaja ketika Dina tengah berbinca
POV DANUFlash Back (Awal mula)Namaku Danu Anjasmara, aku memiliki istri bernama Syifa Putri Anaya. Usia pernikahanku telah akan memasuki jalan enam tahun lamanya. Sehari-hari aku bekerja menjadi seorang PNS yang berpangkat tinggi dan bergaji besar.Memang benar aku sangat mencintai Syifa, dari dahulu sangat menyayanginya. Jujur hatiku sungguh tak kuasa menahan gejolak cinta yang berada di dalam dada.Awal pertemuanku dengan Syifa, terbesit hasrat ingin meminangnya. Akan tetapi sayangnya malah Syifa selalu mengacuhkanku. Apalagi setelah tahu kedua orang tuanya tidak menyukaiku, aku sama sekali tidak berdaya.Aku terus saja mencari cara supaya Syifa bisa jatuh kepelukanku dan aku bertekad dalam hati pasti Syifa kelak akan menjadi istri dan kami akan hidup bahagia selamanya tanpa ga
''Saya nikahkan engkau dengan putri kandung saya Syifa Putri Anaya binti Bima Setiawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai,'' ucap Papanya Syifa menatap wajahku dengan serius dan langsung dengan cepat aku menjawab ucapannya.''Saya terima nikahnya Syifa Putri Ayana dengan mas kawin tersebut tunai.''Akhirnya ucapan izab qobulku telah terlaksana. Aku begitu sangat senang tatkala sekarang Syifa telah resmi menjadi kekasihku. Jujur saja hati ini begitu tak mampu untuk berucap kata. Satu hal yang tengah aku rasakan, bahwa aku sangat bahagia bisa memiliki Syifa seutuhnya.Lambat laun setelah pernikahan itu terjadi, aku dan Syifa masih menetap di kediaman rumah kedua orang tua Syifa. Ya, kami tinggal seatap di dalam satu rumah yang sama.Setelah pernikahanku berjalan satu
Hari-hari yang aku lalui sangat menyenangkan sekali. Betapa tidak, selain punya istri yang jago mengurus rumah, aku juga mempunyai wanita simpanan dan itu membuat aku sangat bahagia sekali. Hubunganku dengan Laras berjalan dengan mulus, Syifa istriku sama sekali tidak mengetahui tentang hubunganku dengan Laras, padahal mereka sering bertemu dan Syifa mungkin tidak pernah mencurigai bahwa aku telah mempunyai simpanan dan itu sahabatnya sendiri. Laki-laki itu sangat tidak puas dengan satu wanita saja, begitu pula denganku. Di rumah ada Syifa yang senantiasa mengurus kebutuhan rumah tangga, dia sangat pintar memasak dan mengemas rumah sampai bersih. Dia pun sangat pandai merawat anak-anak, setiap kebutuhan apa pun Syifa selalu melayaniku dengan senyuman yang membuat aku tidak ingin melepaskannya.
Kembali ke POV Devan.Hari ini aku sangat bahagia, karena sebentar lagi aku akan segera menikah dengan Laras, uang tabunganku pun sudah mengumpul. Apalagi dengan harta benda yang aku miliki.Untung saja Syifa mempercayakan penuh padaku, jadi aku tidak kepikiran tentang harta yang aku miliki, sebab semuanya atas namaku sendiri. Syifa memang benar-benar sangat bodoh, dia selalu menuruti perkataanku.Laras begitu sangat senang setelah mengetahui bahwa semua aset sertifikat berharga atas namaku, bukan atas nama Syifa. Aku pun berniat ingin mengubah semua sertifikat atas nama Laras, brankas pun aku ubah dengan tanggal lahir kekasihku.Syifa sama sekali tidak mengetahui surat penting itu karena aku menyimpan di suatu tempat yang tidak akan Syifa datangi. Ya di mana lagi kalau bukan di gudang.Hari ini aku berniat hendak membawa Laras untuk tinggal bersamaku di rumah ini. Dia begitu senang