Dadanya mulai berdegup lagi saat memasuki ballroom megah pernikahan mantan kekasihnya dengan putra pemilik perusahaan Adyatama. Berkali kali Raka terlihat menghembuskan nafas dengan tetap bersembunyi di balik ekspresi wajahnya yang nampak tenang. Sehingga jika dilihat, tak ada kejanggalan sama sekali dalam raut wajah pemuda itu. Lain halnya dengan Mayla. Gadis cantik berhijab yang digandengnya memasuki ruangan pesta itu terlihat sesekali menoleh ke arah pasangannya. Dari jarak yang begitu dekat, dia bisa merasakan Raka yang sedikit gugup. Beberapa kali gadis itu ingin mengajak Raka bicara tapi diurungkannya, karena takut salah bicara lagi. Raka menggandeng Mayla menuju meja yang masih kosong tak terlalu jauh dari pelaminan saat sebuah suara menyapanya. "Hei, Bro! Gue kira lo nggak dateng." Vanno memeluk hangat sahabatnya. "Apa kabar lo? Cepet bener uda
Raka melajukan mobilnya dengan cepat setelah menelpon Rio dan mendapatkan informasi di rumah sakit mana Faya dibawa. Raut panik dan sedih nampak terlihat jelas di wajah Mayla di dalam mobil yang membawa mereka menuju ke tempat dimana adiknya dirawat. Dengan tergesa, keduanya segera menuju ruang perawatan yang tadi diberitahu Rio lewat telepon. Langkah mereka yang panik bahkan tidak menghiraukan pandangan banyak pasang mata yang merasa sedikit keheranan dengan baju pesta yang masih mereka kenakan sore itu. "Faya!" Mayla segera menghambur ke ranjang dimana adiknya terbaring saat dia dan Raka memasuki ruang perawatan adiknya. Rani dan Rio yang melihat dua insan itu datang, nampak juga begitu kaget saat melihat pakaian apa yang sedang mereka pakai. "Ibu!" Usai memeluk adiknya yang terbaring lemah di ranjang, Mayla segera meng
Tak ada yang bisa menggambarkan perasaan Mayla saat itu selain sesal dan sedih. Saat Rani menemaninya untuk menemui dokter, dokter mengabarkan kondisi Faya semakin menurun. Pengobatan yang dilakukannya selama ini ternyata tidak terlalu berdampak pada penyakitnya. Hanya sementara waktu saja dia akan bisa bertahan. Saat keluar dari ruangan dokter, Rani merangkul bahu Mayla erat, seolah bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh gadis itu. Berkali kali wanita itu mengucap kata maaf dan menyesalnya karena telah berlaku kasar pada Mayla tadi sewaktu dia dan Raka datang. Rani sadar dia telah dibutakan oleh amarah melihat kedekatan putra sulungnya dengan Mayla. Namun melihat apa yang dialami gadis ini dan adiknya sekarang, untuk kesekian kalinya dia kembali jatuh iba. Raka dan Rio yang duduk di kursi tunggu ruang tak jauh dari ICU dimana sekarang Faya sedang dirawat secara khusus, sudah bisa meneba
"Om, Tunggu!" Firman menghentikan langkahnya menuju ke pintu keluar area pemakaman saat mendengar suara seseorang memanggilnya. Raka terlihat sedang berjalan cepat ke arah lelaki yang masih mengenakan seragam dinasnya itu. "Raka, ada apa?" tanya Firman sambil mengerutkan dahinya. "Boleh bicara sebentar?" tanya pemuda itu. "Tentu," sambut lelaki itu hangat. Yang Firman tahu, Raka adalah anak sulung dari Rani. Wanita yang telah disakiti oleh mantan kekasihnya dulu, yang bernama Mayang. Namun yang juga sangat berbesar hati menerima anak anak Mayang untuk dirawatnya. Pernah suatu kali Mayla bercerita tentang anak anak Rani saat pertemuan mereka. Salah satunya adalah Raka. Dan sebagai seorang Ayah, Firman sepertinya bisa menebak, bahwa
"Kamu serius, Ka?" Rani masih belum percaya apa yang baru saja dikatakan putra sulungnya. "Serius, Ma. Raka juga sudah bilang ke Om Firman soal itu." Rio yang dari tadi mendengarkan terlihat hanya mengangguk angguk saja tanda mengerti. Malam itu, Raka sengaja mengajak ibu dan adiknya makan di luar untuk membicarakan masalah keinginannya menikahi adik angkatnya. "Dan Pak Firman bilang apa? Dia mengijinkan?" tanya Rani penasaran. "Pak Firman menyerahkan semuanya sama Mayla. Tapi intinya dia setuju kalau Mayla juga mau, Ma. Mama sendiri gimana?" Seperti ada nada keraguan dari pertanyaan Raka. Dia ingat bagaimana beberapa waktu yang lalu ibunya itu begitu tidak suka melihatnya jalan bareng Mayla. "Kalau mengatakan tidak pun, Mama yakin Kamu
Mayla menghentikan langkahnya di teras saat mendengar sebuah mobil memasuki halaman. Dia sudah sangat hafal betul suara mobil kakaknya. Dan jantungnya seketika berdegup sangat kencang membayangkan apa yang akan dilakukan Raka saat melihatnya baru pulang sesore ini. Kakinya mendadak gemetaran. "Dari mana Kamu?!" Dan benar saja, Raka turun dari mobil dengan wajah bersungut. Berjalan cepat menghampirinya yang berdiri tegang di teras rumah menunggunya. "Maaf Kak, Mayla telat pulangnya. Mayla habis dari rumah temen," katanya dengan terbata. "Rumah temen? Sudah mulai keluyuran ya sekarang?" "Bukan Kak, Mayla ..." Belum sempat Mayla melanjutkan bicaranya, Bik Sani sudah muncul dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu sepertinya terganggu dengan suara
Tak seperti biasanya saat sedang berdua saja dengan Mayla, di rukonya ternyata Raka lebih cuek. Saat sampai di sana, Raka langsung meminta seorang karyawan wanitanya, Nindy, untuk menjelaskan pada Mayla pekerjaan barunya. Sementara dia sendiri sibuk di ruangannya bersama Radit. Kikuk dan minder. Itu yang dirasakan Mayla di kantor itu. Menjadi yang paling muda dan paling tidak tidak mengerti apa apa. Mayla jadi tersadar jika hidupnya selama ini terlalu disibukkan dengan kesengsaraan, ketidak-beruntungan. Hingga membuatnya merasa seperti orang yang terbelakang. Selain juga karena Raka tidak memperlakukannya secara spesial di tempat itu. "Setelah selesai, jangan lupa filenya disimpan ya. Buat nanti laporan mingguan ke Bang Raka," kata Nindy menjelaskan. "Ngerti kan, May?" tanya wanita cantik berambut panjang itu. "Iya, Kak. Insya Allah ngerti." &
"Mayla!" panggil Firman sedikit berteriak saat melihat Mayla muncul dari pintu gerbang sekolah. "Ayah!" Mata Mayla langsung berbinar melihat sang Ayah yang sedang berdiri di dekat mobil MPV keluaran tahun lama itu. "Ayah kok di sini?" tanyanya saat dirinya berhasil sampai di dekat sang Ayah. "Kebetulan tadi Ayah lewat, jadi sekalian mampir. Kamu sudah makan? Temenin Ayah makan siang yuk?" ajak Firman. Mayla pun mengangguk senang. Selain teman temannya di sekolah dan keluarga Ibu Rani, Mayla sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, kehadiran Ayah kandungnya kali ini nampaknya membawa suasana lain dalam hatinya. Mayla masuk ke dalam mobil sang ayah tepat pada saat mobil Raka berhenti di depan sekolahnya. Melihat Mayla dije