Share

[56] Satu Anak Lebih Baik

Sore hari Adnan berjalan sangat menyenangkan. Disaat istrinya beristirahat, membantu ibu mertuanya menyirami tanaman sembari mendengarkan cerita tentang masa kecil sang istri.

“Dia anaknya emang nggak pernah bisa diem, Sayang. Ada aja tingkahnya. Abangnya aja sekarang bisa santai begitu, dulu mah kerjaannya nangis diisengin sama dia.”

“Argam nangis, Mi?”

“Iya.. Karena kesel sih jatohnya. Abis istri kamu itu kalau Abangnya belom nangis, belom berhenti ngerusuhnya.”

“Heran Mami tuh.. Pokoknya kalau bukan Papi yang turun tangan, pecah rumah kaca rumah Mami.”

Adnan terkekeh. Sikap keras kepala istrinya memang tampak mendominasi dalam berbagai hal. Contoh nyatanya ya saat wanita itu bersikeras mendapatkannya.

Dulunya Adnan juga terheran-heran, bahkan sampai mempertanyakan apakah istrinya masih mempunyai urat malu atau tidak. Pasalnya, karena aksi PDKT-nya yang terlewat pantang untuk mundur, tak sedikit orang yang mencibir dan mengolok-ngolok wajah temboknya.

Sekarang pun istrinya masih har
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status