Angin bertiup kencang, langit menghitam dan suara guntur bersahutan disertai kilap yang menyambar-nyambar.Kaisar Langit dan para dewa di kayangan mulai gusar. Bencana besar akan segera terjadi. Ratu Yang dan Lu Sicheng harus segera dihentikan.Jika tidak, tak hanya keseimbangan alam semesta yang akan hancur, tetapi juga hal yang sangat menakutkan akan terjadi. Naksu akan segera bangkit."Dewa Ming, cepatlah kau pergi ke alam menusia. Hentikan pertingkaian Lu Sicheng dan Ratu Yang. Pedang Suci sudah berbisik, Naksu akan segera terlepas." Kaisar Langit memberi perintah.Dewa Ming yang sedang berdiri di antara para dewa lainnya bergegas membungkukkan tubuh menerima perintah dari Kaisar Langit. "Baik, Kaisar. Aku dan Dewa Langit akan segera berangkat."Kaisar Langit hanya mengangguk menanggapai. Dewa Langit Lee Jin segera memohon izin padanya untuk pergi bersama Dewa Ming ke alam manusia.Dewa lainnya mengantar kepergian mereka sampai ke teras istana langit. Bencana besar akan segera terj
Ratu Seo Yeong masih menatap dengan takjub akan Naksu yang kini berada di hadapannya. Inilah saat yang tepat untuknya menyerap energi negatif dari Naga Bencana.Ekor matanya melirik pada peti jenazah yang terbuka di sebelahnya. Jasad Raja Zhang masih terbujur kaku dibalut hanbok putih.Seo Yeong sangat yakin jika suaminya yang sudah tewas selama satu tahun itu akan bisa bangkit kembali dan hidup kembali seperti dahulu.Tak mau membuang waktu lagi, Ratu Seo Yeong bergegas melipat kedua telapak tangannya. Bibirnya bergetar-getar membaca mantra suci. Lu Sicheng dan Dewa Ming menatap dengan wajah heran apa yang sedang Ratu Seo yeong lakukan. Apakah wanita itu benar-benar akan menyerap energi negatif Naksu? Mereka mulai curiga.Belum jua mantra suci itu selesai ia ucapnya. Naksu dengan buasnya langsung menyambar jasad Raja Zhang dari peti jenazah.Semua orang dibuat terkejut.Ratu Seo Yeong terpaksa menyudahi mantranya. Ia menjerit melihat Naga Bencana menelan suaminya.Lu Sicheng memejam
Langit di atas kota semakin menghitam. Guntur tak henti bersahutan disertai angin yang kencang dan salju yang mulai turun. Pertarungan sengit masih berlangsung antara roh roh dan Raja Zhang di atas kepala Naga Bencana.Lu Sicheng dan Dewa Ming berusaha keras mengendalikan para roh untuk melawan keganasan Naksu yang menguasai tubuh Raja Zhang.Ratu Yang dan Jenderal Chou mulai khawatir melihat roh roh itu tumbang satu per satu karena keganasan Naksu. Ini tak bisa dibiarkan! Mereka harus melakukan sesuatu untuk menghentikan Naksu."Maha Dewa, kami akan membantu mengunci Naksu."Dua dewa utama tiba-tiba muncul. Lu Sicheng tak menyahut, ia fokus dengan ritual mantranya mengendalikan roh.Kedua dewa utama yaitu Dewa Air dan Dewa Bumi segera melesat terbang menuju pertarungan roh roh dan Raja Zhang. Dengan kekuatan dewanya, mereka berusaha menghentikan Naksu."Hentikan! Hentikan semua ini! Kalian akan menyakiti suamiku!" Ratu Seo Yeong berteriak melihat Raja Zhang dikeroyok.Wanita itu beru
Salju masih berjatuhan. Butiran putih itu memenuhi rambut hitam Lu Sicheng yang sedang meratapi kematian istrinya.Langit masih hitam dengan guntur yang bersahutan. Naksu, memandangi sambil berdiri di atas kepala Naga Bencana.Raja Iblis Xin Yi hanya menatap ke bawah di mana Lu Sicheng berada. Sial! Kenapa Dewi Quan Hie tiada? Ini sama saja ia membunuh ribuan sukunya. Jika Dewi Quan Hie benar-benar tiada, maka bagaimana kelangsungan bangsa iblis?"Maha Dewa, izinkan rohku menjadi pelindungmu."Lu Sicheng mengangkat sepasang matanya mendengar suara itu. Matanya yang basah menatap sendu akan sosok yang kini berdiri di hadapannya. Ratu Yang, tidak, tapi Dewi Quan Hie telah menjelma menjadi Roh Penjaga."Tidak, Yang Zhu. Jangan lakukan itu!" Lu Sicheng berseru. Ia tak mau Ratu Yang mengorbankan jiwanya untuk membinasakan Naksu. Jika hal itu sampai terjadi, maka Dewi Quan Hie tak akan bisa bereingkarnasi menjadi suku dewa lagi."Yang Zhu!" Lu Sicheng menatap ke langit.Dewi Quan Hie dalam
Sang mentari mulai terjaga dari tidurnya. Sinar jingganya terpancar dari kaki gunung Huan Zhu dengan pongah. Embun suci berhatuhan dari ujung daun-daun maple yang merah. Juga kuntum-kuntum sakura yang berterbangan tertiup angin pagi.Sejarah peperangan melawan Naksu sudah di tulis dalam sebuah kitab tebal yang di simpan di perpustakaan istana Dong Taiyang. Juga kisah cinta abadi Lu Sicheng dan Ratu Yang. Semuanya dikemas rapi dan akan selalu dibaca dalam setiap hari besar atau perayaan di negeri Timur.Kerajaan Dong Taiyang kini tinggal sejarah, karena negeri Timur telah berubah menjadi kota kekaisaran yang masyur.Pakaian kebesaran Raja Lu sebagai Raja Dong Taiyang terakhir di pajang di alun-alun istana sebagai bukti abadi Lu Sicheng yang pernah menjadi Raja Timur selama dua puluh tahun.Lu Sicheng menjadi satu-satunya raja tanpa permaisuri dan selir setelah istrinya, Ratu Yang wafat. Olehnya ia tak memiliki keturunan yang bisa meneruskan tahta Kerajaan Dong Taiyang selanjutnya.Hing
Sejak insiden di Kerajaan Dong Taiyang seribu tahun silam. Raja Iblis yang kecewa karena rencananya gagal telah mengatur rencana sendiri. Ia dan Xi-wang mencari keberadaan Roh Penjaga yang membawa jiwa Dewi Quan Hie pergi.Hingga dua ratus tahun berlalu di alam manusia, akhirnya Xin Yi menemukan Roh Penjaga.Roh Penjaga berada di Gunung Hanciang. Informasi itu Xin Yi dapatkan dari Raja Siluman, Kyun Bao. Kemudian ia dan Xi-wang mendatangi Gunung Hanciang dengan membawa pasukan iblis.Roh Penjaga yang sedang bertapa dibuat terusik atas kedatangan mereka. Hingga terjadi peperangan sengit di hutan. Hanya seorang diri, akhirnya Roh Penjaga berhasil dilumpuhkan."Kau, Penjaga Nirwana. Aku ingin Roh Penjaga masuk ke rahim istriku. Jika tidak, maka aku akan mengobrak-abrik Nirwana sampai lenyap dari seluruh semesta.""Kau iblis yang serakah. Roh Penjaga merupakan jiwa dari Dewi Quan Hie, beliau adalah suku Dewa. Mana mungkin dapat bereingkarnasi menjadi suku Iblis seperti yang kau inginkan?"
"Putri, ini buah untukmu." Xi-wang menyodorkan kedua telapak tangan yang dipenuhi buah-buah persik yang ranum. Bibirnya mengulas senyum dengan pipi merah. Ia tak berani mengangkat sepasang matanya karena rasa malu.Tak ada jawaban dari Yang Zhu. Xi-wang merasa heran. Perlahan ia mengangkat sepasang matanya. Dia dibuat terkejut karena Yang Zhu tak nampak di mana-mana."Putri!"Sambil berlarian ke sana ke mari, Xi-wang mencari Yang Zhu. Entah ke mana gadis itu pergi. Sial! Sepertinya Yang Zhu memang kabur karena tak mau pergi ke Barat.Sementara itu di sebuah desa kecil. Orang Barat menyebutnya, Desa Dongjin. Dongjin terletak di seberang laut dan dikelilingi pegunungan Hanciang.Hampir satu tahun ini, desa kecil itu tertimpa musibah. Semua penduduknya, terutama anak-anak terkena penyakit kulit yang aneh dan langka.Penyakit yang di awali dengan demam tinggi, lantas muncul bintik-bintik merah di kulit yang perlahan menjadi memar dan mengeluarkan cairan berbau busuk.Setiap jam ada saja o
"Huaaahh ... segar sekali rasanya setelah mandi!"Yang Zhu bicara sendiri sambil merentangkan kedua tangannya dan wajah yang mendongkak ke langit. Tubuh gadis itu hanya mengenakan sehelai handuk warna putih. Dia berdiri di tepi garis jendela besar sebuah kamar.Rambutnya yang basah terjalin acak-acakan. Kulitnya yang putih nyaris menyatu dengan kabut pagi yang menyelimuti Desa Dongjin.Bagi bangsa Iblis, usia Yang Zhu yang sudah 100 tahun di nilai masih sangat muda. Dia ceroboh dan suka bertingkah sesukanya. Mereka menganggap wajar semua itu."Oh, lelah sekali semalaman meracik obat. Sial! Apa yang dilakukan tabib dingin itu? Aku bahkan tak melihatnya semalam. Dasar tabib gadungan, huh!"Yang Zhu melakukan beberapa gerakan tubuh. Dia sedang berupaya meregangkan otot-ototnya. Tabib dingin yang dirinya rutuki tak lain adalah Wu Xian. Bahkan dia tak menyadari, jika pria itu sedang duduk di belakangnya kini.Sambil duduk minum teh dan menulis beberapa resep obat, Wu Xian tersenyum tipis m