Lu Shiceng menggendong Ratu Yang di dadanya, lantas membawa sang ratu menuju kamar.Dibahkan tubuh sang Ratu di tengah-tengah ranjang. Ia segera bergegas, namun Ratu Yang meraih lengannya. Lu Sicheng memutar tubuh kembali menghadap pada sang ratu."Temani aku, Suamiku." Ratu Yang tersenyum manis menggoda."Tidak, Yang Mulia. Aku harus pergi sekarang." Lu Sicheng melepaskan genggaman tangan Ratu Yang darinya, lantas segera meninggalkan kamar itu.Ratu Yang merasa aneh dengan sikap Lu Sicheng yang tidak biasanya itu."Astaga, apakah dia sudah kembali ke habitatnya? Menjadi batu es lagi." Ratu Yang segera menarik selimut sampai ke leher.Ia tersenyum sembari memeluk jubah Lu Sicheng. Wangi sekali. Wangi sensual seorang Panglima Lu. Ratu Yang berdesah menginginkan Lu Sicheng.***Sementara itu di istana Selatan.Raja Tong Hao sedang minum arak bersama pendekar dari Selatan, Lin Cangyi. Sudah lama sejak peperangan di Selatan yang menewaskan Yang Jingmi, Cangyi baru menemui Raja Tong Hao la
Jenderal Chou dan Hong Ri sedang berjalan menuju kamar Lu Sicheng. Keduanya merasa heran pada Lu Sicheng, karena pemuda itu tidak keluar kamar sejak tadi pagi. Mereka merasa cemas dan hendak mengajak panglima mereka itu untuk makan siang."Jenderal, aku rasa Panglima Lu sedang patah hati. Ya, ini pasti karena berita pernikahan Yang Mulia Ratu dengan Pangeran Agung Lin Jiang. Dan yang aku dengar kemarin, Yang Mulia Raja Lin meminta Panglima Lu untuk menikahi Puteri Lin Jia. Oh, astaga. Apakah ini yang dinamakan ujian cinta?" Hong Ri menggelengkan kepala setelah menyelesaikan ucapannya itu."Kau ini, bergosip saja. Adik Lu hanya sedang beristirahat. Semalam ia baru saja membunuh Pangeran Agung Tong Yi. Dan Yang Mulia Raja sangat ingin menemuinya sekarang," cetus Jenderal Chou sembari meneruskan langkahnya."Apa? Panglima Lu membunuh Pangeran Agung Tong Yi seorang diri? Wah, itu sungguh luar biasa. Yang Mulia Raja Lin pasti akan memberinya hadiah yang banyak," ucap Hong Ri dengan terkagu
Ratu Yang menoleh pada Lin Jia yang tampak sedih mendengar ucapannya tadi. Kemudian manik matanya melirik pada Lu Sicheng yang juga memberinya wajah penuh tanya. Ratu Yang hanya tersenyum tipis dan kembali menatap pada Raja Lin yang berdiri di hadapannya."Maaf, Yang Mulia Raja. Panglima Lu tidak bisa menikahi puteri Lin Jia. Karena Perdana Menteri Han sudah melamarnya untuk menikahi puterinya, Han Xue Ying. Dan aku sudah menyetujuinya. Lagi pula, tidak mungkin seorang Panglima menikahi seorang Puteri Agung, bahkan mendapatkan tahta kerajaan Selatan ini," ringkas Ratu Yang.Ia terpaksa merendahkan Lu Sicheng di depan semua orang. Tak ada jalan lain. Karena tak mungkin ia merelakan kekasihnya itu menikahi Lin Jia.Lu Sicheng tersenyum tipis. Ia mengerti kenapa Ratu Yang menghinanya di depan semua petinggi istana. Dia sangat bersyukur Ratu Yang begitu cerdas mencari alasan untuk tidak menyetujui perintah Raja Lin."Ternyata begitu? Panglima Lu sudah menerima lamaran dari Perdana Menteri
"Yang Mulia!" Min Jue hanya bisa berteriak melihat Ratu Yang tak berdaya lagi dalam cengkeraman iblis muka rusak itu."Aku sudah katakan tadi. Tapi kau tidak mengerti juga, Yang Mulia. Sekarang ayo ikut denganku ke istana iblis." Minghao mulai menggiring Ratu Yang untuk pergi bersamanya. Sang ratu terus berusaha berontak, namun cengkeraman tangan iblis itu sungguh sangat kuat."Lepaskan!" erang Ratu Yang.Baru saja Minghao akan terbang membawa Ratu Yang, tiba-tiba sebuah serangan membuatnya terpental ke semak-semak. Ratu Yang segera menoleh ke arah belakangnya. Dia mengulas senyum lega melihat Lu Sicheng datang."Yihua, cepat bawa Yang Mulia Ratu berlindung," perintah Lu Sicheng tanpa mau menoleh pada Ratu Yang dan Yihua. Dia lebih fokus pada Minghao yang baru saja bangkit dari semak-semak.Yihua dan Ratu Yang segera menyingkir. Sedangkan Lu Sicheng dan Minghao mulai bertarung. Ternyata iblis bernama Minghao itu kuat juga. Lu Sicheng segera menghunus Pedang Tiga Elemen untuk memusnah
Lu Sicheng masih menatap Ratu Yang dengan pendar mata heran. Apa yang akan Ratu Yang lakukan? Apakah berciuman? Lu Sicheng tersenyum tipis kemudian."Kenapa malah tersenyum? Cepat pejamkan matamu, Suamiku." Ratu Yang tampak kesal menatap pada pria di hadapannya.Lu Sicheng hanya tersenyum tipis dan segera memejamkan sepasang matanya. Ratu Yang tersenyum puas. Perlahan ia mulai memajukan wajahnya. Mengincar bibir kemerahan Lu Sicheng. Wajahnya semakin mendekat. Bahkan sangat dekat. Dia hampir saja meraih ciumannya. Namun Lu Sicheng tiba-tiba membuka matanya.Ratu Yang membulatkan sepasang pupil matanya kaget."Hentikan, Yang Mulia." Lu Sicheng segera melepaskan rangkulan tangan Ratu Yang dari lehernya. Ia segera bangkit dari tepi ranjang.Ratu Yang hanya memandang heran pada pemuda di hadapannya itu."Istirahatlah," ucap Lu Sicheng tanpa menoleh pada Ratu Yang. Sepasang tungkainya segera terayun meninggalkan Ratu Yang sendiri dalam rasa kesalnya."Batu es itu!" Sang ratu hanya bisa men
Pagi-pagi sekali rombongan Ratu Yang segera meninggalkan lereng gunung Liowang. Ratu Yang memaksa untuk segera pulang. Perasaannya sungguh sangat gelisah sejak mimpi buruknya semalam. Bahkan sang ratu tak bisa terlelap lagi karena mimpinya itu.Lu Sicheng dapat melihat ada kecemasan yang tersirat dari pendar mata Ratu Yang. Namun dirinya tak bisa menanyakannya sekarang. Pangeran Lin Jiang selalu berada di samping sang ratu.Sepanjang perjalanan pulang Ratu Yang tampak hampa dan tidak ceria seperti biasanya. Yihua berulang kali menggoda Ratu Yang. Namun sang ratu tampak tidak senang dan memilih untuk berdiam diri.Setiba di istana pun Ratu Yang segera mengunci diri dalam kamarnya. Dia sungguh dalam dilema besar. Dia yakin jika setiap mimpinya pasti akan menjadi kenyataan. Namun yang menjadi pertanyaan besar dalam benaknya adalah; apa yang membuatnya begitu murka sampai-sampai menyerang Lu Sicheng tanpa ampun.Lu Sicheng yang juga gelisah memikirkan Ratu Yang, tak bisa berdiam diri teru
Paginya Lu Sicheng tampak berada di tempat berlatih. Dia dan Hong Ri sedang berlatih pedang. Sedangkan Jenderal Chou tampak melatih beberapa prajurit baru. Pangeran Lin Jiang mulai bosan, karena Ratu Yang terus mengarahkan sepasang netranya pada Lu Sicheng. Hh, ingin rasanya ia maju ke tempat pelatihan, lantas melumpuhkan panglima menyebalkan itu.Tapi sial! Jurus pedangnya bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Lu Sicheng. Pendekar dari Barat itu memang sangat memukau. Pangeran Lin Jiang mengaku kalah. Tapi meski begitu, dirinya tetap tidak suka melihat cara Ratu Yang menatap Lu Sicheng.Tatapan yang begitu lembut dan terpukau. Seharusnya tatapan itu tertuju padanya sebagai calon suaminya. Tapi sang ratu tampaknya tidak memiliki perasaan yang istinewa padanya. Oleh karena itu Pangeran Lin Jiang tak pernah mengatakan perasaannya pada Ratu Yang.Menikah saja. Tak perduli meski Ratu Yang tidak mencintainya. Toh nanti juga Ratu Yang akan melahirkan anaknya, pikir Pangeran L
"Yang Mulia, siapa sebenarnya Ibu Suri itu?" tanya Lu Sicheng saat dirinya dan Ratu Yang berada di atas atap istana.Ratu Yang memaksa Lu Sicheng untuk menemaninya melihat bintang sembari duduk di atap istana. Meski awalnya Lu Sicheng menolak dan mengatakan jika Ratu Yang sangat kekanak-kanakan. Namun akhirnya ia setuju setelah Ratu Yang mengatakan, jika Lu Sicheng bukanlah pria yang romantis dan sangat membosankan.Demi menyenangkan hati kekasihnya yang sedang merajuk itu, Lu Sicheng akhirnya mau bersikap kekanak-kanakan untuk melihat bintang bersama Ratu Yang di atas atap istana.Tak ada seorang pun yang mengetahuinya. Bahkan Hong Ri dan Yihua sudah kelelahan mencari mereka. Sedangkan Pangeran Lin Jiang mulai merasa curiga, karena Lu Sicheng juga tak ada di mana-mana. Mungkinkah Ratu Yang pergi bersama pria itu? Tiba-tiba terbesit dalam benaknya.Sepertinya dirinya harus segera menikahi Ratu Yang sebelum sang ratu benar-benar jatuh cinta pada Lu Sicheng. Pangeran Lin Jiang tampak mo
Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi
Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal
Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke
Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri
Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan
Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor
Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen
Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!
Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi