Share

Tetangga kepo

Penulis: Emaknya Daru
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bulek ini bilal jenazah, Ron," kata Bu Ipah. Roni tak mengetahui kalau profesi Bu Ipah di kampung adalah sebagai seorang bilal jenazah. Seorang yang mengurus jenazah, mulai dari memandikan hingga mengkafani.

"Alhamdulillah, syukur kalau begitu. Karena kondisi Ibu. Kita harus meminimalisir orang yang melihat jenazahnya. Untuk menghindari banyaknya opini yang akan beredar," kata Iwan. 

"Sudah jam sepuluh, sebelum Zuhur jenazah Ibumu kita kebumikan. Aku panggil Solihin dan Pak Dirman untuk membantu mengangkat jenazah Ibumu." Tanpa menunggu jawaban Roni. Iwan langsung keluar kamar dan menutupnya lagi. 

"Bulek, ini Dewi, istri Roni." Roni lupa, kalau tadi belum sempat memperkenalkan Dewi. Dewi mencium punggung tangan Bulek. Bu Ipah mengulas senyum manis di bibirnya. Sa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Pemakaman

    Setelah jenazah Bu Wati selesai dikafani, langsung dimasukkan ke dalam keranda yang ada di ruang tamu. Karena Bu Wati harus segera disholatkan. Hal itu tak mungkin dilakukan di kamar, meskipun kamar Bu Wati terbilang luas. Namun kalau untuk melaksanakan sholat jenazah, sangat tak memungkinkan.Banyak kasak kusuk terdengar dari para pelayat yang saling berbisik-bisik melihat bentuk jenazah Bu Wati yang tak lazim. Saat Roni, Iwan, Solihin dan Pak Dirman mengangkatnya ke ruang tamu dan memasukkannya ke dalam keranda. Meskipun sudah dibalut kain kafan, tetap saja bentuknya terlihat tak biasa."Saatnya jenazah disholatkan, yang ingin ikut berjamaah, segera ambil wudhu. Jenazah akan segera dimakamkan sebelum Zuhur." Pak Rt buka suara.Beberapa orang bergegas meng

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Terpaksa bohong

    Setelah jenazah Bu Wati selesai dikafani, langsung dimasukkan ke dalam keranda yang ada di ruang tamu. Karena Bu Wati harus segera disholatkan. Hal itu tak mungkin dilakukan di kamar, meskipun kamar Bu Wati terbilang luas. Namun kalau untuk melaksanakan sholat jenazah, sangat tak memungkinkan.Banyak kasak kusuk terdengar dari para pelayat yang saling berbisik-bisik melihat bentuk jenazah Bu Wati yang tak lazim. Saat Roni, Iwan, Solihin dan Pak Dirman mengangkatnya ke ruang tamu dan memasukkannya ke dalam keranda. Meskipun sudah dibalut kain kafan, tetap saja bentuknya terlihat tak biasa."Saatnya jenazah disholatkan, yang ingin ikut berjamaah, segera ambil wudhu. Jenazah akan segera dimakamkan sebelum Zuhur." Pak Rt buka suara.Beberapa orang bergegas meng

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kuburan dibongkar

    "Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh." Hampir serentak mereka mengucapkan salam, setelah memarkirkan motor di halaman rumah."Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakutuh." Roni, Dewi juga Pak Darma menjawab salam mereka. Pak Darma dan Roni saling bersalaman dengan Iwan, Ustad Faruk dan Ustad Imam. Kecuali Dewi yang hanya menangkupkan kedua telapak tangannya."Gimana Bung, sudah bisa kita mulai," kata Iwan."Masuklah dulu. Kita sarapan, biar jangan terlalu tegang," ajak Roni, sembari merangkul bahu Iwan berjalan masuk ke dalam rumah.Padahal Dewi sudah tak sabaran ingin tau apa yang ada di gudang. Apa sama dengan yang pernah dilihat di mimpinya? Dan ada satu bingkai foto y

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Melihat isi gudang

    "Kuburan itu dibuat lagi seakan tak tak pernah dibongkar. Padahal sudah kosong. Ibumu sangat rapi melakukannya, jadi hingga sekarang, gak ada yang tau. Kalau kuburan Danu sama Suci sudah dibongkar.""Pak, lalu bagaimana deng–" Dewi ingin bertanya. Tapi terpaksa terputus."Maaf, Mas. Lubangnya sudah siap," kata seorang laki-laki, yang ditaksir seumuran dengan Roni dari pintu depan yang dibiarkan terbuka. Membuat Dewi urung mengajukan pertanyaan ke Bapak mertuanya. Tadinya dia ingin bertanya perihal fhoto yang dilihatnya."Oh, makasih ya Mas. Ini bayarannya." Roni merogoh saku celananya, dan memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu ke penggali lubang."Banyak sekali ini Mas," kata penggali lubang. 

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Terjebak di ruangan rahasia

    "Maassss!" Dewi teriak sekuat tenaga memanggil Roni."Dewii!" Roni masih berusaha menggapai tanganku. Tapi tak berhasil.JEBRETPintu ruangan itu tertutup dengan sendirinya. Kejadiannya begitu cepat. Hal ini di luar dugaan mereka semua. Dewi sangat ketakutan. Jelas mereka yang ada di luar ruangan menjadi panik melihat kejadian yang barusan di depan mata mereka."Mas! Mas! Buka pintunya! Bapak!" Dewi terus teriak memanggil dan menggedor-gedor pintu dari dalam. Tak ada hasil."Dewi! Kamu tenang ya Sayang. Menyingkir dari balik pintu, Mas akan dobrak pintu ini," kata suaminya. Dewi menuruti kata-katanya dan menjauh dari pintu.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Penyesalan

    Roni melepaskan pelukannya dari Dewi. Matanya menyapu seluruh isi ruangan. Dia berjalan pelan, ke arah serpihan kaca dari bingkai yang jatuh tadi. Diambilnya foto yang ada di bingkai itu. Diperhatikannya dengan seksama. Dia melihat ke arah Dewi. Alisnya bertaut, melihat wajah yang ada di foto itu sangat mirip dengan istrinya. Tapi dia juga tau, itu jelas bukan Dewi."Pak … siapa wanita dalam foto ini?" katanya sembari berjalan mendekati Bapaknya yang masih berdiri terpaku di depan pintu. Roni menunjukkan lembaran foto itu ke Pak Darma. Pak Darma hanya menunduk lesu."Pak!" Roni lebih tegas memanggil Bapaknya. Karena sedari tadi, Pak Darma tak menjawab pertanyaannya."Namanya Minati." Pak Darma menyebutkan satu nama.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Jasad mengering

    "Usapkan ke wajah beliau, Bung." Roni menuruti instruksi Iwan. Segera diambilnya lagi botol yang ada di lantai itu, isinya masih ada sepertiga lagi. Lalu menuangkan ke telapak tangannya dan mengusapkan pada wajah Pak Darma. Beliau mulai agak tenang setelah wajahnya diusap dengan air yang sudah dibacakan doa ruqyah."Ya sudah, biarkan dulu. Kita urus jasad ini terlebih dahulu," kata Ustad Imam, dia menghela nafas juga menggelengkan kepala melihat Pak Darma yang masih terduduk dan menggumamkan penyesalannya.Kedua peti itu berisi jasad dua bocah yang sudah mengering layaknya mumi. Dengan posisi kepala mendongak ke atas, mata melotot juga mulut yang menganga. Kedua tangan dan kaki kedua bocah itu bentuknya menekuk. Sama persis dengan jasad Bu Wati.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Rasa bersalah

    "Bapak sepertinya sangat bersalah atas apa yang sudah terjadi selama ini. Dia terus saja meracau sampai tertidur sendiri." Roni menghela nafas mendengarnya."Bagaimana Ustad? Kira-kira apa yang harus kita lakukan?" tanya Roni pada Ustad Faruk dan Ustad Imam.Cukup lama mereka semua menunggu jawaban dari sang Ustad. Sang Ustad sedang memikirkan, solusi terbaik untuk Pak Darma. "Sebaiknya, jangan biarkan Bapak dalam keadaan sendirian. Rasa bersalahnya yang terlalu besar, takutnya bisa membuka jalan bagi jin kafir untuk kembali menyesatkannya."Roni menutup wajahnya, mengusap-usapnya dengan kasar. Sepelik ini ternyata berurusan dengan makhluk Allah yang dilaknat itu."Mas Roni, makan siang sudah

Bab terbaru

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Suka berselimut duka (TAMAT)

    "Oek oek oek!" Suara tangisan bayi yang sudah lama ditunggu akhirnya terdengar juga. Semua orang bernafas lega mendengarnya."Alhamdulillah." Mereka semua mengucap syukur dengan mengusap kedua telapak tangan di wajah masing-masing."Suaranya kenceng bener. Sehat cucu kita," kata Bu Ipah dengan mata berbinar."Cowok apa cewek ya. Nggak sabar aku, pengen lihat wajahnya." Bu Wiyah mondar mandir di luar kamar bersalin.Sementara di dalam kamar bersalin, Roni tak sanggup menahan tangisnya. Dipeluknya erat tubuh Dewi yang semakin lemah. Dewi mengalami pendarahan hebat, hal ini di luar prediksi. Karena selama kehamilan, tak ada masalah apapun. Kata Bidan yang memeriksanya, Dewi bisa melahirkan normal. Begitu pun saat

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kabar gembira

    "Semua terserah pada Ibu. Maafkan Roni. Kali ini Roni gak bisa menuruti keinginan Ibu. Laki-laki yang tak bisa mengambil sikap, tak layak menjadi Imam." Widuri terdiam mendengar kata-kata Roni."Yang, tolong ambilkan makan Ibu," pinta Roni pada Dewi yang hanya mendengarkan dialog Ibu dan anak itu. Kali ini Dewi sama sekali tak berminat ikut campur.iDewi yang merasa kondisinya kurang fit segera bangkit, membuka rantang yang dibawa. Dan meletakkan sedikit nasi dan sup ikan pada piring makan Widuri. Setelah menyerahkan ke tangan Roni, tiba-tiba Dewi merasakan kepalanya sangat pusing."Yang, kamu gapapa?" tanya Roni melihat Dewi yang memegangi kepalanya. Dewi merasa, pandangannya seakan berputar hingga dia merasa mual. Dan ….

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Keinginan Widuri

    "Ibu baik-baik di sini ya. Pokoknya Roni dan kami semua akan menepati janji. Setiap hari akan menemani Ibu di sini." Roni berjongkok di hadapan Widuri, menggenggam tangannya dengan hangat. Widuri mengangguk, dia sudah sangat senang Roni menempatkannya di tempat yang sangat baik. Puluhan tahun dia tinggal di kandang kambing, dan terpisah dari anaknya. Kalau hanya menunggu beberapa saat lagi, hal itu masih bisa dia lakukan."Bu kami pamit ya. Besok kami datang lagi." Dewi memeluk tubuh Widuri. Widuri membelai lembut kepala wanita yang memakai pasmina berwarna pastel itu. Bu Ipah dan Bu Wiyah juga melakukan hal yang sama terhadap Widuri."Ndok, Bapak tinggal ya. Sesok Bapak teko meneh. Kowe sing apik berobatnya. Biar ndang sembuh." Kek Warno memeluk putri semata wayangnya itu. Baru kali ini dia akan berada jauh dari anaknya.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ganjalan di hati Widuri

    Hanya satu yang mengganjal di hati Widuri. Roni masih belum bisa menerima, kalau Surya lah ayah kandungnya. Kesalahan yang Surya lakukan memanglah teramat besar. Namun Widuri bisa memaklumi, saat itu Surya masih terlalu belia, untuk bisa mempertahankan yang seharusnya menjadi miliknya. Hatinya dan Surya telah menyatu sejak lama, sebab itu Widuri tau, Surya tulus meminta maaf dan benar menyesali kebodohannya di masa lalu. Sorot mata Surya menyiratkan penyesalan yang begitu besar dan pengharapan akan maaf dari putra biologisnya. Widuri melihat, tak ada kebohongan di mata Surya, sebab itu bersedia menerima Surya kembali. Pun rasa cintanya di masa remaja, masih melekat kuat di hatinya. Tak terkalahkan, meski puluhan tahun raganya dikuasai iblis laknat."Ibu jangan takut ya, disana juga ada Bapak." Alis mata Widuri bertaut mendengar yang Roni bilang barusan.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mulai membaik

    "Gimana Ko, panen beberapa hari ini, apa sudah lebih baik?" tanya Roni pada Joko, salah satu orang yang dipercaya mengurus kebun milik Pak Darma."Masih belum ada perubahan yang signifikan Mas. Tapi sudah sedikit lebih baik dari beberapa hari lalu," jawab Joko yang berjalan mengikuti di samping Roni. Roni ingin melihat langsung, kondisi pohon-pohon sawit yang ada di kebun milik Pak Darma. Yang sekarang sudah diserahkan padanya."Oh iya. Kenalin, ini Kakek saya." Roni memperkenalkan Kek Warno pada Joko. Joko dengan sopan menyalami Kek Warno. Mereka lanjut lagi berkeliling kebun."Tapi biaya operasional bisa di atasikan?""Alhamdulillah, bisa Mas. Bahkan dua hari ini, bisa menambah isi kas, biarpun sedikit

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 2

    "Mungkin karena belum terbiasa dengan rumah ini Bulek," kata Dewi. Tangannya terus mengaduk nasi yang sudah mulai menjadi bubur. Sementara Bik Jum membantu menyiapkan bahan pelengkap untuk bubur ayam.Hati Dewi sebenarnya sedikit ragu akan kata-katanya sendiri, tapi dia tak mau membuat Bu Ipah khawatir. Hal yang dia dan Widuri bisa rasakan, sangat sulit untuk dijelaskan."Bulek bawakan teh ini dulu ke depan ya. Tadi sepertinya Roni sama Lek Warno keluar.""Paling di halaman depan, Bulek. Kata Mas Roni, dia mau olahraga sedikit.""Ya sudah, Bulek antar ke teras. Bik, tolong ambilkan biskuit," kata Bu Ipah pada Bik Jum.Bik Jum membuka salah satu

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 1

    Alangkah terkejutnya mereka, melihat Bu Ipah dan Bu Wiyah berusaha mengangkat Widuri yang tergeletak di lantai. Roni langsung bergerak cepat mengangkat tubuh Widuri ke atas ranjang. Dewi langsung ke dapur, mencari kotak P3K yang ada di lemari dapur. Dengan langkah lebar dia kembali lagi ke kamar bersama kotak P3K di tangannya."Kok Ibu bisa jatuh?" tanya Dewi, sembari tangannya terampil membersihkan luka di dahi Widuri dengan kapas yang sudah diberi alkohol. Lalu Dewi teteskan antiseptic dan menutupnya dengan perban dan plaster.Widuri tak menjawab, bukan tak mau. Tapi dia belum bisa mengeluarkan kosa kata yang banyak dari pita suaranya. Widuri tadi seperti melihat ada siluet orang dari jendela kamar, karena panik Widuri lupa, kalau kakinya belum kuat untuk berjalan. Hingga akhirnya dia terjatuh dari atas ranjang.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Sampai rumah

    TIN TIN TINPak Dirman berlari-lari kecil menuju gerbang ketika mendengar suara klakson mobil majikannya. Buru-buru dibukanya pintu gerbang dengan lebar, agar mobil majikannya bisa segera masuk ke halaman. Pak Dirman terus melihat ke arah mobil Roni. Dia merasa sedikit heran, karena melihat orang tak dikenal bersama dengan Roni duduk di depan.Segera ditutupnya kembali pintu gerbang setelah mobil Roni masuk dengan sempurna dan berhenti di halaman rumah. Semua orang yang ada di dalam mobil langsung turun. Bik Jum yang juga keluar dari dalam rumah ketika mendengar suara klakson mobil Roni, segera membantu mengangkat semua barang dari dalam mobil."Ron angkat Ibumu," titah Bu Ipah."Iya Bulek." Roni gegas menggendong Wid

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kembali pulang

    Roni hanya menatapi Kakeknya dan anggota keluarga yang lain saling berbasa basi dengan para tetangga untuk sekedar berpamitan, karena mereka akan pergi cukup lama dari kampung itu. Bahkan mungkin tak akan kembali lagi. Roni melihat Surya menggendong tubuh ringkih Widuri. Hatinya sangat sakit melihat itu, sedianya tadi, dia yang hendak menggendong Widuri. Tapi rasa kesal di dadanya tak mampu dia sembunyikan, meski hanya dengan seulas senyum kepalsuan."Kenapa Kakek dan Ibu mudah sekali memaafkan dia!" gumam Roni dengan gigi gemeletuk.Dewi mengiringi di belakang Surya yang menggendong Widuri, bergegas menyiapkan bantal buat bersandar Widuri agar merasa lebih nyaman di dalam mobil. Roni hanya diam, tanpa sedikitpun menoleh. Dia terpaku oleh rasa sakit di hati. Padahal dia baru saja mengetahui kebenaran tentang dirinya. Tapi rasa

DMCA.com Protection Status