Home / Horor / PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA / Suara aneh dari kamar mertua

Share

Suara aneh dari kamar mertua

Author: Emaknya Daru
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aaaarrghh!" Dewi dan Roni terkejut mendengar ada suara jeritan. 

Gegas mereka berlari kecil, dengan cepat menuruni anak tangga. Mereka langsung menuju ke kamar Bu Wati. Suara itu berasal dari kamar Bu Wati.  

"Bu! Ibu! Ibu kenapa?" Roni memanggil-manggil, sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar orangtuanya. Gurat khawatir tergambar jelas di wajahnya. Takut terjadi apa-apa dengan orangtuanya. 

"Eng–gak papa. Ma–matiin tivinya." Suara Bu Wati terbata dari dalam kamar. 

Dewi cepat berlari lagi ke atas, segera mematikan tivi. Lalu balik lagi, pintu kamar Bu Wati belum dibuka juga ternyata. 

"Ibu, buka dulu pintunya," pinta Roni. 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Masuk ruangan rahasia

    "Mas memikirkan Bapak dan Ibu," kata Roni dengan pandangan nanar ke dinding kamar.Dewi memahami maksud Roni, hatinya pasti sedang dilanda kegalauan saat ini. Melihat hubungan yang semakin dingin dengan orangtuanya. Juga banyaknya kejanggalan yang terjadi."Apa yang ingin Mas lakukan?""Entahlah, terlalu banyak misteri di rumah ini.""Bapak dan Ibu sepertinya menyembunyikan sesuatu yang besar dari Mas," ucap Roni.Ya, di rumah itu banyak misteri yang belum terungkap.★★★KARTIKA DEKA★★★Sudah dua hari ini, De

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Siapa yang merasuki Dewi

    Roni sulit untuk menjelaskan keadaan Dewi, dia membuka pintu kamar perlahan. Untuk menunjukkan langsung pada Bapaknya, apa yang sedang terjadi pada istrinya. Pak Darma melihat Dewi masih berdiri bergelantungan di langit-langit kamar. Tanpa rasa takut, Pak Darma masuk."Siapa kamu?!" tanya Pak Darma tegas. Dewi memandang Pak Darma dengan bola matanya yang tetap saja putih."Bapak jahat!" Roni terperanjat mendengar suara yang keluar dari mulut Dewi. Seperti suara anak kecil. Suaranya begitu menggema. Dan seperti buka berasal dari satu orang, tapi suara dua orang."Keluar dari tubuh Dewi!" titah Pak Darma."Gak mau!" Dia yang saat ini sedang menguasai tubuh Dew

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kerasukan

    Terdengar suara gaduh di dalam kamar Bu Wati. Mereka semua saling pandang. Pintu kamar Bu Wati terkunci. Roni mencoba mendobraknya."Ibuk, Bapak!" Roni memanggil dengan suara yang kuat. Tapi tak ada sahutan, hanya suara rintihan dan erangan yang terdengar.Roni coba dobrak lagi, kali ini dibantu Iwan. Beberapa kali mereka mendobrak, sempat mengalami kesulitan karena pintu yang sangat kokoh, akhirnya setelah hampir menyerah, pintu berhasil juga didobrak. Mereka semua terperanjat melihat kondisi kamar Bu Wati yang sangat berantakan.Roni melihat Bapaknya menggeliat di dekat lemari, seperti menahan sakit yang teramat sangat. Iwan segera menolong Pak Darma yang terus mengerang kesakitan.Hal ta

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kerasukan

    Terdengar suara gaduh di dalam kamar Bu Wati. Mereka semua saling pandang. Pintu kamar Bu Wati terkunci. Roni mencoba mendobraknya."Ibuk, Bapak!" Roni memanggil dengan suara yang kuat. Tapi tak ada sahutan, hanya suara rintihan dan erangan yang terdengar.Roni coba dobrak lagi, kali ini dibantu Iwan. Beberapa kali mereka mendobrak, sempat mengalami kesulitan karena pintu yang sangat kokoh, akhirnya setelah hampir menyerah, pintu berhasil juga didobrak. Mereka semua terperanjat melihat kondisi kamar Bu Wati yang sangat berantakan.Roni melihat Bapaknya menggeliat di dekat lemari, seperti menahan sakit yang teramat sangat. Iwan segera menolong Pak Darma yang terus mengerang kesakitan.Hal tak jauh berbeda pun terjadi dengan Bu Wati, dia mengge

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Larangan sholat

    Roni segera mendekati istrinya, membantunya berjalan dengan memapahnya. Dewi kelihatan begitu lemah. Wajahnya pun masih terlihat pucat. Roni membantunya duduk di sofa."Bik, tolong ambilkan air minum buat Dewi," kata Roni pada Bik Jum."Air yang di botol tadi. sudah habis Bung?" tanya Iwan."Masih ada," jawab Roni."Itu saja minumkan. Air itu sudah dibacakan doa ruqyah, sama santri-santri di Pesantren. Kami sengaja membawa beberapa botol," ucap Iwan. Roni segera beranjak masuk ke kamarnya, mengambil sisa air di botol mineral yang tadi buat membasuh wajah Dewi.Segera diminumkan air itu perlahan ke istrinya. "Ada apa denganku Mas?" tanya Dewi dengan suara yang masih terdengar le

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kedatangan Ustad Faruk

    Suara itu begitu menyeramkan, siapa pun yang mendengar pasti bergidik ngeri. Bik Jum dan Pak Dirman sampai gemetaran."Tak usah didengarkan, dia sengaja ingin membuat kita takut dengannya. Sehingga lupa, bahwa ada Zat yang jauh lebih kuat darinya," kata Solihin.Terdengar suara ringtone berdering. Ternyata panggilan masuk di ponsel Iwan. Dia cepat mengambil gawai dari dalam saku celananya."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Iwan mengucapkan salam pada orang yang meneleponnya.[Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Ana sama Ustad Imam sudah sampai di depan rumah yang ente maksud] jawab Ustad Faruk, orang yang menghubungi ponsel Iwan.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Melawan Jin

    "Ron, ini Ustad Faruk dan Ustad Imam. Pemilik pesantren tempatku belajar ilmu tauhid juga kebatinan. Insha Allah beliau bisa membantu kita." Iwan mengenalkan Ustad Faruk dan Ustad Imam. Roni menundukkan kepalanya sebagai salam perkenalan. Di situasi seperti ini, Roni tak.bisa menyambut kedatangan dua Ustad itu terlalu formal."HAHAHAHAHA KALIAN TAK SANGGUP MELAWANKU! SAMPAI MEMINTA BANTUAN HAHAHAHA. TAK AKAN ADA YANG SANGGUP MENGUSIRKU HAHAHAHAH." Suara menyeramkan itu terdengar lagi, seakan mengejek kehadiran Ustad Faruk dan Ustad Imam."Astaghfirullah." Ucapan istighfar serentak keluar dari mulut Ustad Faruk dan Ustad Imam."Semuanya harap tenang. Selain kami jangan ada yang masuk," kata Ustad Faruk."Wan, k

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kesurupan lagi

    Bik Jum semakin ketakutan, meringkuk ke dekat Dewi. Begitupun dengan Pak Dirman."Bik, terus zikir," bisik Dewi. Bik Jum melanjutkan zikirnya dengan mata terpejam."Dewiiii ikut kami." Dewi tiba-tiba mendengar suara bisikan. Kepalanya menoleh ke asal suara, tak ada siapa-siapa."Ayo ikut kami." Suara itu terdengar lagi.Kembali Dewi menoleh, tetap kosong. Dewi mencoba mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, tetap kosong. Hah, kosong!"Kemana Mas Roni? Kemana Bang Iwan? Kemana Bapak? Dimana Bik Jum dan Pak Dirman? Bukankah tadi mereka di sini. Bahkan tadi Bik Jum mendekat denganku." Dewi bergumam sendiri.

Latest chapter

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Suka berselimut duka (TAMAT)

    "Oek oek oek!" Suara tangisan bayi yang sudah lama ditunggu akhirnya terdengar juga. Semua orang bernafas lega mendengarnya."Alhamdulillah." Mereka semua mengucap syukur dengan mengusap kedua telapak tangan di wajah masing-masing."Suaranya kenceng bener. Sehat cucu kita," kata Bu Ipah dengan mata berbinar."Cowok apa cewek ya. Nggak sabar aku, pengen lihat wajahnya." Bu Wiyah mondar mandir di luar kamar bersalin.Sementara di dalam kamar bersalin, Roni tak sanggup menahan tangisnya. Dipeluknya erat tubuh Dewi yang semakin lemah. Dewi mengalami pendarahan hebat, hal ini di luar prediksi. Karena selama kehamilan, tak ada masalah apapun. Kata Bidan yang memeriksanya, Dewi bisa melahirkan normal. Begitu pun saat

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kabar gembira

    "Semua terserah pada Ibu. Maafkan Roni. Kali ini Roni gak bisa menuruti keinginan Ibu. Laki-laki yang tak bisa mengambil sikap, tak layak menjadi Imam." Widuri terdiam mendengar kata-kata Roni."Yang, tolong ambilkan makan Ibu," pinta Roni pada Dewi yang hanya mendengarkan dialog Ibu dan anak itu. Kali ini Dewi sama sekali tak berminat ikut campur.iDewi yang merasa kondisinya kurang fit segera bangkit, membuka rantang yang dibawa. Dan meletakkan sedikit nasi dan sup ikan pada piring makan Widuri. Setelah menyerahkan ke tangan Roni, tiba-tiba Dewi merasakan kepalanya sangat pusing."Yang, kamu gapapa?" tanya Roni melihat Dewi yang memegangi kepalanya. Dewi merasa, pandangannya seakan berputar hingga dia merasa mual. Dan ….

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Keinginan Widuri

    "Ibu baik-baik di sini ya. Pokoknya Roni dan kami semua akan menepati janji. Setiap hari akan menemani Ibu di sini." Roni berjongkok di hadapan Widuri, menggenggam tangannya dengan hangat. Widuri mengangguk, dia sudah sangat senang Roni menempatkannya di tempat yang sangat baik. Puluhan tahun dia tinggal di kandang kambing, dan terpisah dari anaknya. Kalau hanya menunggu beberapa saat lagi, hal itu masih bisa dia lakukan."Bu kami pamit ya. Besok kami datang lagi." Dewi memeluk tubuh Widuri. Widuri membelai lembut kepala wanita yang memakai pasmina berwarna pastel itu. Bu Ipah dan Bu Wiyah juga melakukan hal yang sama terhadap Widuri."Ndok, Bapak tinggal ya. Sesok Bapak teko meneh. Kowe sing apik berobatnya. Biar ndang sembuh." Kek Warno memeluk putri semata wayangnya itu. Baru kali ini dia akan berada jauh dari anaknya.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ganjalan di hati Widuri

    Hanya satu yang mengganjal di hati Widuri. Roni masih belum bisa menerima, kalau Surya lah ayah kandungnya. Kesalahan yang Surya lakukan memanglah teramat besar. Namun Widuri bisa memaklumi, saat itu Surya masih terlalu belia, untuk bisa mempertahankan yang seharusnya menjadi miliknya. Hatinya dan Surya telah menyatu sejak lama, sebab itu Widuri tau, Surya tulus meminta maaf dan benar menyesali kebodohannya di masa lalu. Sorot mata Surya menyiratkan penyesalan yang begitu besar dan pengharapan akan maaf dari putra biologisnya. Widuri melihat, tak ada kebohongan di mata Surya, sebab itu bersedia menerima Surya kembali. Pun rasa cintanya di masa remaja, masih melekat kuat di hatinya. Tak terkalahkan, meski puluhan tahun raganya dikuasai iblis laknat."Ibu jangan takut ya, disana juga ada Bapak." Alis mata Widuri bertaut mendengar yang Roni bilang barusan.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mulai membaik

    "Gimana Ko, panen beberapa hari ini, apa sudah lebih baik?" tanya Roni pada Joko, salah satu orang yang dipercaya mengurus kebun milik Pak Darma."Masih belum ada perubahan yang signifikan Mas. Tapi sudah sedikit lebih baik dari beberapa hari lalu," jawab Joko yang berjalan mengikuti di samping Roni. Roni ingin melihat langsung, kondisi pohon-pohon sawit yang ada di kebun milik Pak Darma. Yang sekarang sudah diserahkan padanya."Oh iya. Kenalin, ini Kakek saya." Roni memperkenalkan Kek Warno pada Joko. Joko dengan sopan menyalami Kek Warno. Mereka lanjut lagi berkeliling kebun."Tapi biaya operasional bisa di atasikan?""Alhamdulillah, bisa Mas. Bahkan dua hari ini, bisa menambah isi kas, biarpun sedikit

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 2

    "Mungkin karena belum terbiasa dengan rumah ini Bulek," kata Dewi. Tangannya terus mengaduk nasi yang sudah mulai menjadi bubur. Sementara Bik Jum membantu menyiapkan bahan pelengkap untuk bubur ayam.Hati Dewi sebenarnya sedikit ragu akan kata-katanya sendiri, tapi dia tak mau membuat Bu Ipah khawatir. Hal yang dia dan Widuri bisa rasakan, sangat sulit untuk dijelaskan."Bulek bawakan teh ini dulu ke depan ya. Tadi sepertinya Roni sama Lek Warno keluar.""Paling di halaman depan, Bulek. Kata Mas Roni, dia mau olahraga sedikit.""Ya sudah, Bulek antar ke teras. Bik, tolong ambilkan biskuit," kata Bu Ipah pada Bik Jum.Bik Jum membuka salah satu

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 1

    Alangkah terkejutnya mereka, melihat Bu Ipah dan Bu Wiyah berusaha mengangkat Widuri yang tergeletak di lantai. Roni langsung bergerak cepat mengangkat tubuh Widuri ke atas ranjang. Dewi langsung ke dapur, mencari kotak P3K yang ada di lemari dapur. Dengan langkah lebar dia kembali lagi ke kamar bersama kotak P3K di tangannya."Kok Ibu bisa jatuh?" tanya Dewi, sembari tangannya terampil membersihkan luka di dahi Widuri dengan kapas yang sudah diberi alkohol. Lalu Dewi teteskan antiseptic dan menutupnya dengan perban dan plaster.Widuri tak menjawab, bukan tak mau. Tapi dia belum bisa mengeluarkan kosa kata yang banyak dari pita suaranya. Widuri tadi seperti melihat ada siluet orang dari jendela kamar, karena panik Widuri lupa, kalau kakinya belum kuat untuk berjalan. Hingga akhirnya dia terjatuh dari atas ranjang.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Sampai rumah

    TIN TIN TINPak Dirman berlari-lari kecil menuju gerbang ketika mendengar suara klakson mobil majikannya. Buru-buru dibukanya pintu gerbang dengan lebar, agar mobil majikannya bisa segera masuk ke halaman. Pak Dirman terus melihat ke arah mobil Roni. Dia merasa sedikit heran, karena melihat orang tak dikenal bersama dengan Roni duduk di depan.Segera ditutupnya kembali pintu gerbang setelah mobil Roni masuk dengan sempurna dan berhenti di halaman rumah. Semua orang yang ada di dalam mobil langsung turun. Bik Jum yang juga keluar dari dalam rumah ketika mendengar suara klakson mobil Roni, segera membantu mengangkat semua barang dari dalam mobil."Ron angkat Ibumu," titah Bu Ipah."Iya Bulek." Roni gegas menggendong Wid

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kembali pulang

    Roni hanya menatapi Kakeknya dan anggota keluarga yang lain saling berbasa basi dengan para tetangga untuk sekedar berpamitan, karena mereka akan pergi cukup lama dari kampung itu. Bahkan mungkin tak akan kembali lagi. Roni melihat Surya menggendong tubuh ringkih Widuri. Hatinya sangat sakit melihat itu, sedianya tadi, dia yang hendak menggendong Widuri. Tapi rasa kesal di dadanya tak mampu dia sembunyikan, meski hanya dengan seulas senyum kepalsuan."Kenapa Kakek dan Ibu mudah sekali memaafkan dia!" gumam Roni dengan gigi gemeletuk.Dewi mengiringi di belakang Surya yang menggendong Widuri, bergegas menyiapkan bantal buat bersandar Widuri agar merasa lebih nyaman di dalam mobil. Roni hanya diam, tanpa sedikitpun menoleh. Dia terpaku oleh rasa sakit di hati. Padahal dia baru saja mengetahui kebenaran tentang dirinya. Tapi rasa

DMCA.com Protection Status