Share

Pulang kampung 2

Author: Emaknya Daru
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Hehhh, sampai kapan Bapak seperti itu?" 

[Sabar Bung. Banyak-banyak berdoa, semoga Allah segera mengembalikan kesadaran Pak Darma. Tadi kau bilang mau minta tolong, Bung. Minta tolong apa?]

"Aku mau minta tolong, lihat-lihat rumahku untuk beberapa hari ini. Aku akan berangkat ke kampung siang ini. Ada hal yang harus aku urus." 

[Insha Allah, besok aku kesana. Masih ada sedikit pekerjaan di sini]

"Apa gak bisa sore ini atau nanti malam Wan? Bik Jum takut ditinggal. Mungkin dia masih teringat kejadian kemaren." 

[Aku usahakan. Kalau nanti aku sudah selesai di sini. Aku langsung ke rumahmu] 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Emi Puji Lestari
ngulang ngulang menyebalkan
goodnovel comment avatar
Hany Mahanik
Kayalnya, bab berikutnya juga masih ukangan... Wah rugi berapa koin ne...
goodnovel comment avatar
Hany Mahanik
Masih ngulang lagi ya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Siapa dia

    Dewi memeluk erat pinggangnya. Takut jatuh dan mungkin dia takut akan suasana yang langsung menjadi gelap karena hujan. Roni terus saja melajukan motornya, jarak pandangnya pun jadi terbatas. Lampu motor sengaja disorot ke bawah, agar lebih jelas melihat jalan yang semakin tergenang air.Jlebb, tiba-tiba motornya terjerembab di lubang yang cukup dalam. Dewi langsung turun, untuk memudahkan motor keluar dari lubang. "Sial," umpat Roni, karena motornya malah mati. Padahal dia taksir masih setengah perjalanan yang mereka tempuh."Yang, kita jalan kaki saja ya!" Roni berbicara dengan agak berteriak agar Dewi bisa mendengar."Iya." Dia juga menjawab dengan agak berteriak.Tak mungkin mereka bertah

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Sampai di rumah Bulek Ipah

    Roni mendengar ada yang memanggil namanya. Dia melihat ke belakang, melihat istrinya masih mengikutinya. "Kamu manggil Mas?" tanya Roni. Dewi yang ada di belakangnya hanya menggeleng. Mereka melanjutkan lagi perjalanan.Cepat-cepat Dewi yang asli berlari, berusaha menyusulnya, sambil terus menggaungkan nama suaminya. "Mas Roniiii!"Dewi melihat Roni menoleh ke belakang, tapi dia seperti tak melihat Dewi yang masih belum ada melewati gapura sawit. Dewi terus berusaha mengejar. Dewi merasa ada yang aneh, karena dia tak sampai-sampai. Dewi seperti berlari di tempat.Roni semakin jauh masuk ke dalam pemukiman warga. Dewi terus berteriak, hingga suaranya parau. "Ya Allah, kenapa suamiku tak mendengarku. Kenapa aku tak bisa keluar dari jalan ini." Dewi mulai menangis dan ketakutan

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Terjebak

    Sementara Dewi masih terjebak di dalam hutan sawit. Dia terus berusaha untuk bisa keluar, tapi tetap tak bisa. Gapura selamat datang yang sudah ada di depan matanya, seakan menjadi begitu jauh, saat dia semakin melangkah untuk mendekat."Ya Allah, ada apa ini? Kenapa aku terjebak di sini." Dewi mulai mengisak. Dia mulai kelelahan, dihenyakkan bokongnya begitu saja ke tanah yang becek."Ikut kami.""Sini.""Suamimu tak sayang lagi.""Dia pergi bersama orang lain."Dewi mendengar suara-suara berbisik. Suara itu jelas terdengar di telinganya. Karena hujan sudah reda, hanya tinggal gerimis kecil saja. Horor sekali tempat itu. Hari juga s

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Terjebak di hutan sawit

    'Apa dia tak melihatku? Tidak mungkin! Sorot lampunya jelas menerangi wajahku tadi. Lagipula aku mengenakan mantel berwarna pink cerah. Kalau terkena lampu motornya, pasti langsung kelihatan. Kenapa dia bisa langsung melewati gapura itu?' Banyak tanya dan keanehan yang Dewi rasakan. Dia mulai merasa, tempatnya sekarang berada, ada sesuatu yang tak beres.Dewi terduduk lagi, air matanya merembes. Tak terbayang, dia harus terjebak di sini. Tak bisa keluar. Dia kebingungan harus berbuat apa lagi. Mungkin karena ini lah, makanya tadi siang, dia terus merasakan perasaannya ada yang mengganjal. Dia merasa sangat berat ingin pulang ke kampung Roni. Padahal dia sendiri yang ingin ikut."Dewiiii hehehehe.""Sini ikut kami."Dewi tak lagi menghiraukan s

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Makhluk

    Dewi mencoba melirik dengan ekor matanya ke arah belakang, jantungnya berpacu melebihi batas normal membuat dadanya bergerak naik turun mengikuti irama jantungnya yang berpacu dengan sangat kencang. Perlahan dia palingkan kepalanya untuk melihat ke belakang. Diabaikan, keringat yang mengalir di pelipisnya.Astaga, Dewi menutup mulutnya, dia langsung menjauh dengan merangkak. Tak mungkin untuk berlari, dengan kondisi kakinya yang terkilir. Dewi melihat makhluk dengan tubuh yang sangat besar sekali, ada di belakangnya. Makhluk itu sangat menyeramkan. Matanya merah, kulitnya hitam legam, hanya sinar bulan yang mengintip dari balik awan yang membantu Dewi memberi penerangan. Makhluk apa lagi itu, rambutnya acak-acakan dengan perut yang sangat buncit."Huahahahaha.""Hahahahaha "

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Gubuk

    Dewi berhasil. Makhluk itu menghentikan langkahnya. Untuk sejenak, dia diam memperhatikan Dewi. Matanya nyalang melihat ke arah Dewi, membuat siapa pun akan jatuh pingsan bila berhadapan dengannya. Dewi mencoba untuk bangkit, dia harus bisa berdiri, dibantu kayu di tangannya sebagai tongkat."Hihihihihhihi."Makhluk itu tertawa lagi, cekikikan. Jauh lebih menyeramkan daripada tadi.Dewi harus bisa mengalahkan rasa takutnya. Atau akan mati konyol di tempat itu. Dewi tak mau hal itu terjadi. Setelah Roni berhasil bangkit, Roni berusaha lari menjauh. Namun … bagaimana dia bisa lari? Dengan kondisi kaki terkilir seperti itu. Dewi, orang yang pantang menyerah, dia seret paksa kakinya. Dia terus berjalan dengan susah payah, dibantu kayu di tangannya. Mumpung makhluk itu

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Sikap aneh Dewi

    "Saya tak tau makhluk apa itu. Seperti hantu," kata Dewi, rasa takut itu hadir kembali di hatinya kala mengingat makhluk-makhluk tadi."Kamu sudah pernah kerasukan. Gerbang mereka untuk masuk mengganggumu sudah terbuka. Sebab itu mereka mudah menunjukkan diri di hadapanmu." Dahi Dewi mengernyit mendengar perkataan Ibu itu. 'Bagaimana dia bisa tau, kalau aku pernah kerasukan?' batin Dewi."Ibu kok tau, saya pernah kerasukan?" tanya Dewi. Dewi sangat tak sabaran, dia sudah bosan banyak menyimpan tanya hanya di dalam hati. Ada baiknya langsung bertanya saja pikirnya."Tak perlu tau, saya tau darimana. Istirahat saja lah dulu," kata Ibu itu."Ini dimana Buk?"

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Dewi menghilang

    Roni pun terpaksa masuk ke kamar. Dia harus bersabar menunggu besok. Kamar itu sudah seperti kamarnya sendiri. Sejak dulu, kalau dia datang menginap, dia selalu tidur di kamar ini. Tak ada yang berubah dari kamar ini. Masih seperti dulu. Makanya Bu Ipah tak lagi memberi tahu nya, dia harus tidur dimana.Roni mengganti bajunya, dengan baju yang benar-benar kering. Walaupun baju yang dikenakannya tak basah, tapi terasa lembab dipakai."Yang, ganti baju dulu. Baju yang ini agak terasa lembab. Nanti masuk angin.""Gak papa Mas, masih kering kok. Aku tidur duluan ya. Ngantuk sekali." Dewi langsung tidur memunggungi Roni."Sholat Isya dulu Yang," ajak Roni. Hening tak ada jawaban. Hanya terdengar suara d

Latest chapter

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Suka berselimut duka (TAMAT)

    "Oek oek oek!" Suara tangisan bayi yang sudah lama ditunggu akhirnya terdengar juga. Semua orang bernafas lega mendengarnya."Alhamdulillah." Mereka semua mengucap syukur dengan mengusap kedua telapak tangan di wajah masing-masing."Suaranya kenceng bener. Sehat cucu kita," kata Bu Ipah dengan mata berbinar."Cowok apa cewek ya. Nggak sabar aku, pengen lihat wajahnya." Bu Wiyah mondar mandir di luar kamar bersalin.Sementara di dalam kamar bersalin, Roni tak sanggup menahan tangisnya. Dipeluknya erat tubuh Dewi yang semakin lemah. Dewi mengalami pendarahan hebat, hal ini di luar prediksi. Karena selama kehamilan, tak ada masalah apapun. Kata Bidan yang memeriksanya, Dewi bisa melahirkan normal. Begitu pun saat

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kabar gembira

    "Semua terserah pada Ibu. Maafkan Roni. Kali ini Roni gak bisa menuruti keinginan Ibu. Laki-laki yang tak bisa mengambil sikap, tak layak menjadi Imam." Widuri terdiam mendengar kata-kata Roni."Yang, tolong ambilkan makan Ibu," pinta Roni pada Dewi yang hanya mendengarkan dialog Ibu dan anak itu. Kali ini Dewi sama sekali tak berminat ikut campur.iDewi yang merasa kondisinya kurang fit segera bangkit, membuka rantang yang dibawa. Dan meletakkan sedikit nasi dan sup ikan pada piring makan Widuri. Setelah menyerahkan ke tangan Roni, tiba-tiba Dewi merasakan kepalanya sangat pusing."Yang, kamu gapapa?" tanya Roni melihat Dewi yang memegangi kepalanya. Dewi merasa, pandangannya seakan berputar hingga dia merasa mual. Dan ….

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Keinginan Widuri

    "Ibu baik-baik di sini ya. Pokoknya Roni dan kami semua akan menepati janji. Setiap hari akan menemani Ibu di sini." Roni berjongkok di hadapan Widuri, menggenggam tangannya dengan hangat. Widuri mengangguk, dia sudah sangat senang Roni menempatkannya di tempat yang sangat baik. Puluhan tahun dia tinggal di kandang kambing, dan terpisah dari anaknya. Kalau hanya menunggu beberapa saat lagi, hal itu masih bisa dia lakukan."Bu kami pamit ya. Besok kami datang lagi." Dewi memeluk tubuh Widuri. Widuri membelai lembut kepala wanita yang memakai pasmina berwarna pastel itu. Bu Ipah dan Bu Wiyah juga melakukan hal yang sama terhadap Widuri."Ndok, Bapak tinggal ya. Sesok Bapak teko meneh. Kowe sing apik berobatnya. Biar ndang sembuh." Kek Warno memeluk putri semata wayangnya itu. Baru kali ini dia akan berada jauh dari anaknya.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ganjalan di hati Widuri

    Hanya satu yang mengganjal di hati Widuri. Roni masih belum bisa menerima, kalau Surya lah ayah kandungnya. Kesalahan yang Surya lakukan memanglah teramat besar. Namun Widuri bisa memaklumi, saat itu Surya masih terlalu belia, untuk bisa mempertahankan yang seharusnya menjadi miliknya. Hatinya dan Surya telah menyatu sejak lama, sebab itu Widuri tau, Surya tulus meminta maaf dan benar menyesali kebodohannya di masa lalu. Sorot mata Surya menyiratkan penyesalan yang begitu besar dan pengharapan akan maaf dari putra biologisnya. Widuri melihat, tak ada kebohongan di mata Surya, sebab itu bersedia menerima Surya kembali. Pun rasa cintanya di masa remaja, masih melekat kuat di hatinya. Tak terkalahkan, meski puluhan tahun raganya dikuasai iblis laknat."Ibu jangan takut ya, disana juga ada Bapak." Alis mata Widuri bertaut mendengar yang Roni bilang barusan.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mulai membaik

    "Gimana Ko, panen beberapa hari ini, apa sudah lebih baik?" tanya Roni pada Joko, salah satu orang yang dipercaya mengurus kebun milik Pak Darma."Masih belum ada perubahan yang signifikan Mas. Tapi sudah sedikit lebih baik dari beberapa hari lalu," jawab Joko yang berjalan mengikuti di samping Roni. Roni ingin melihat langsung, kondisi pohon-pohon sawit yang ada di kebun milik Pak Darma. Yang sekarang sudah diserahkan padanya."Oh iya. Kenalin, ini Kakek saya." Roni memperkenalkan Kek Warno pada Joko. Joko dengan sopan menyalami Kek Warno. Mereka lanjut lagi berkeliling kebun."Tapi biaya operasional bisa di atasikan?""Alhamdulillah, bisa Mas. Bahkan dua hari ini, bisa menambah isi kas, biarpun sedikit

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 2

    "Mungkin karena belum terbiasa dengan rumah ini Bulek," kata Dewi. Tangannya terus mengaduk nasi yang sudah mulai menjadi bubur. Sementara Bik Jum membantu menyiapkan bahan pelengkap untuk bubur ayam.Hati Dewi sebenarnya sedikit ragu akan kata-katanya sendiri, tapi dia tak mau membuat Bu Ipah khawatir. Hal yang dia dan Widuri bisa rasakan, sangat sulit untuk dijelaskan."Bulek bawakan teh ini dulu ke depan ya. Tadi sepertinya Roni sama Lek Warno keluar.""Paling di halaman depan, Bulek. Kata Mas Roni, dia mau olahraga sedikit.""Ya sudah, Bulek antar ke teras. Bik, tolong ambilkan biskuit," kata Bu Ipah pada Bik Jum.Bik Jum membuka salah satu

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 1

    Alangkah terkejutnya mereka, melihat Bu Ipah dan Bu Wiyah berusaha mengangkat Widuri yang tergeletak di lantai. Roni langsung bergerak cepat mengangkat tubuh Widuri ke atas ranjang. Dewi langsung ke dapur, mencari kotak P3K yang ada di lemari dapur. Dengan langkah lebar dia kembali lagi ke kamar bersama kotak P3K di tangannya."Kok Ibu bisa jatuh?" tanya Dewi, sembari tangannya terampil membersihkan luka di dahi Widuri dengan kapas yang sudah diberi alkohol. Lalu Dewi teteskan antiseptic dan menutupnya dengan perban dan plaster.Widuri tak menjawab, bukan tak mau. Tapi dia belum bisa mengeluarkan kosa kata yang banyak dari pita suaranya. Widuri tadi seperti melihat ada siluet orang dari jendela kamar, karena panik Widuri lupa, kalau kakinya belum kuat untuk berjalan. Hingga akhirnya dia terjatuh dari atas ranjang.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Sampai rumah

    TIN TIN TINPak Dirman berlari-lari kecil menuju gerbang ketika mendengar suara klakson mobil majikannya. Buru-buru dibukanya pintu gerbang dengan lebar, agar mobil majikannya bisa segera masuk ke halaman. Pak Dirman terus melihat ke arah mobil Roni. Dia merasa sedikit heran, karena melihat orang tak dikenal bersama dengan Roni duduk di depan.Segera ditutupnya kembali pintu gerbang setelah mobil Roni masuk dengan sempurna dan berhenti di halaman rumah. Semua orang yang ada di dalam mobil langsung turun. Bik Jum yang juga keluar dari dalam rumah ketika mendengar suara klakson mobil Roni, segera membantu mengangkat semua barang dari dalam mobil."Ron angkat Ibumu," titah Bu Ipah."Iya Bulek." Roni gegas menggendong Wid

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kembali pulang

    Roni hanya menatapi Kakeknya dan anggota keluarga yang lain saling berbasa basi dengan para tetangga untuk sekedar berpamitan, karena mereka akan pergi cukup lama dari kampung itu. Bahkan mungkin tak akan kembali lagi. Roni melihat Surya menggendong tubuh ringkih Widuri. Hatinya sangat sakit melihat itu, sedianya tadi, dia yang hendak menggendong Widuri. Tapi rasa kesal di dadanya tak mampu dia sembunyikan, meski hanya dengan seulas senyum kepalsuan."Kenapa Kakek dan Ibu mudah sekali memaafkan dia!" gumam Roni dengan gigi gemeletuk.Dewi mengiringi di belakang Surya yang menggendong Widuri, bergegas menyiapkan bantal buat bersandar Widuri agar merasa lebih nyaman di dalam mobil. Roni hanya diam, tanpa sedikitpun menoleh. Dia terpaku oleh rasa sakit di hati. Padahal dia baru saja mengetahui kebenaran tentang dirinya. Tapi rasa

DMCA.com Protection Status