Home / Horor / PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA / Mengambil hati mertua

Share

Mengambil hati mertua

Author: Emaknya Daru
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mas, gak ada salahnya nuruti Ibuk. Sampai kapan kalian diem-dieman kayak gini," kata Dewi mendukung Ibu mertuanya. 

"Nanti aku juga nyusul ke atas," ucap Dewi. Untuk membujuk Roni agar mau menemui Pak Darma. Roni memandang Dewi, seakan tak percaya.

"Kamu yakin?" tanyanya. Dewi sambut dengan anggukan kepala. Bu Wati tersenyum melihat anak dan menantunya itu.

Dewi merasa harus bisa mencairkan kebekuan di antara Pak Darma dan mereka. Dewi merasa tak nyaman di rumah mertuanya, bila selalu melihat wajah masam Bapak mertuanya. Roni akhirnya menuruti kata-kata Dewi.

Dengan ragu, Roni menaiki anak tangga satu persatu. Dewi dan Bu Wati yang masih di meja makan, memperhatikannya. Setelah memastikan Roni sampai di atas, Dewi segera membantu Bik Jum membereska

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ada yang mencurigakan

    Akhirnya Dewi bangkit, melangkah ke arah jendela, mencoba memberanikan diri mengintip keluar. Dengan tangan gemetar dibukanya jendela kamarnya. Disibaknya tirai jendela perlahan. Dia celingukan melihat ke luar jendela. "Tak ada apa-apa. Apa cuma pendengaranku saja?" Lagi-lagi Dewi bergumam sendiri. 'Ah sudahlah, aku lanjut tidur lagi. Mungkin hanya suara angin' batin Dewi.Baru Dewi akan melangkah kembali ke ranjangnya, Dewi mendengar suara itu lagi, bahkan kali ini disertai dengusan. Mendadak Dewi merasa takut, peluh membasahi pelipisnya. Rasa penasaran itu datang lagi, hingga mampu mengalahkan rasa takutnya.Hati-hati Dewi membalikkan badan, mencoba mengintip dari balik tirai jendela lagi. Dewi menajamkan penglihatannya. Dia terkesiap melihat ada seekor kuda di depan jendela kamarnya. Matanya seketika membulat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Digosok

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ibu penjual tiwul

    "Disini biasanya pekan hanya setiap hari Sabtu, biasanya selalu ramai dari pagi hingga sore hari," sambung Roni.Roni memarkirkan sepeda motornya. Mereka berjalan terus hingga memasuki area pekan, hiruk pikuk khas Pasar juga terasa di Pekan ini."Kamu suka tiwul kan?" tanya Roni. Dewi mengangguk saja."Kita cari makanan tradisional, sudah jarang ada kalau di kota."Mereka terus menyusuri Pekan, hingga terus masuk lebih jauh ke dalam. Sampai mereka pada seorang Ibu yang duduk di sebelah emperan pedagang sayur. Ibu itu hanya duduk di atas bangku plastik kecil, dia memakai jarik, dengan tampah yang berisi bahan dagangan, ada di hadapannya. Dewi terus memperhatikan Ibu penjual tiwul. 'Ibu ini … seperti Ibu tadi. Ya, gak salah. Ibu ya

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Pintu

    Roni yang belum selesai menghabiskan tiwulnya, terburu-buru melahap habis sarapannya itu. Dia langsung menenggak segelas teh manis panas yang sudah disediakan oleh Bik Jum. Dan terburu-buru menyusul Pak Darma."Dewi, kita ke samping yuk. Bantuin Ibu membersihkan tanaman di samping rumah," ajak Bu Wati pada Dewi, begitu Roni dan Pak Darma sudah pergi.Dewi mengekor saja di belakang Bu Wati. Sepertinya membersihkan tanaman menjadi satu alternatif, menghilangkan rasa takut Dewi di rumah mertuanya.Dewi dan Bu Wati mulai asik membersihkan dedaunan kering dari tanaman-tanaman hias koleksi Bu Wati."Dewi, ambilkan sekop kecil di dalam gudang. Ibu mau menggemburkan tanah di dalam pot-pot ini," suruh Bu Wati, tangannya masih asik me

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Bisikan

    Dewi sebenarnya sudah sangat mengantuk, tadi malam dia hampir tak tidur sama sekali. 'Tapi sebaiknya aku makan dulu, kasian bik Jum, udah capek-capek masak' batin Dewi."Bik, saya boleh nanya sesuatu?" tanya Dewi ke bik Jum. Saat dia sedang melintas di dekat meja makan"Mau nanya apa Mbak?" tanya Bik Jum langsung berhenti di hadapan Dewi."Bibi kan, udah lama kerja di sini. Kira-Kira Bibi tau gak, ruangan yang ada di dalam gudang?" Dewi mencoba menyelidiki melalui bik Jum dulu tentang ruangan yang tadi dilihatnya di gudang."Bibi gak tau, Mbak. Yang boleh masuk ruangan itu, cuma Bapak sama Ibuk aja.""Oh gitu.""

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Siapa bersama Dewi?

    "Yang, kenapa sih?" Roni menggaruk kepalanya, kebingungan melihat tingkah Dewi. "Tadi … aku duduk dan ngobrol di ayunan sama kamu Mas," bisik Dewi. "Bercanda kamu. Mas masih di dalam tadi." Roni tak percaya apa yang Dewi katakan, karena sedari tadi dia memang di dalam rumah tepatnya di dapur, membuat kopi. "Beneran Mas, ada yang aneh di rumah ini," kata Dewi. Bola mata Dewi liar menyapu setiap sudut kamar, Dewi merasa ada yang ikut mendengar pembicaraan mereka. Dewi merasa was-was. "Bukan Mas gak percaya sama kamu. Tapi Mas, sejak kecil tinggal di sini, tak pernah ada hal aneh. Mungkin hanya perasaanmu saja Yang." Roni masih berusaha meyakinkan Dewi. Bahwa tidak ada yang aneh di rumah orangtuanya

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Siapa yang masuk gudang

    Roni langsung terburu-buru masuk kamar mandi begitu melihat Dewi keluar, panggilan alam katanya."Kok, gak sholat?" tanya suami Dewi itu. Yang terlihat ganteng dengan memakai sarung, baju koko dan kopiah."Lagi kedatangan tamu Mas.""Oh."Selama menunggu Roni sholat, Dewi membuka gawainya. Berselancar ke dunia maya. Rindu dengan adik-adiknya di Panti. Dewi mengintip akun mereka. 'Alhamdulillah, sepertinya adik-adikku sehat' kata Dewi di dalam hatinya. Mereka semalam pergi jalan-jalan ke kolam renang yang tak jauh dari Panti. Itulah yang di lihat Dewi dari postingan salah satu anak Panti di media sosialnya. Bu Yanti memang rajin membawa anak-anak Panti refresing. Paling tidak sebulan sekali. "Nanti siang, aku akan video call mereka. Kangen dengar celotehan mereka," gumam Dewi.Tiba-tiba, Dewi seperti melihat siluet orang di jendela kamar. Dengan berjingkat Dewi bangkit dari tempat tidur, dan berjalan pelan ke arah jende

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mengikuti Ibu penjual tiwul

    "Mas, ini kan hari Minggu. Apa gak libur ke ke kebunnya.""Oh iya, Mas lupa. Biasanya sih, Bapak gak ke kebun kalau hari Minggu. Kalau nanti Mas gak diajak ke kebun sama Bapak. Kita ke rumah Iwan lagi.""Ngapain Mas?" Agak heran Dewi, apa hubungannya masalah ini dengan bang Iwan, pikirnya."Mas kan pernah bilang, kalau Iwan itu bisa melihat yang tidak bisa kita lihat. Iwan dulu juga pernah di Pesantren selama enam tahun. Siapa tau, dia bisa membantu kita."Dewi mulai mengerti, padahal baru kemarin Roni cerita padanya tentang Iwan."Iya ya Mas, mudah-mudahan dia bisa membantu kita. Mencari tau, apa yang sebenarnya terjadi sama Bapak dan Ibu."Mereka terus berlari kecil, sesekali berhenti untuk melakukan peregangan. Kembali mata Dewi tertuju ke arah Ibu penjual tiwul, yang mengambil daun-daun jati untuk membungkus tiwul-tiwulnya."Mas, itu Ibu penjual tiwul di Pekan," tunjuk Dewi ke arah

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Anak terbuang

    "Mas sekarang percaya kan? Ada yang aneh di rumah kita." Dewi menyambung pembicaraan mereka tadi."Iya, kita harus cari tau hal itu juga. Banyak misteri yang harus diungkap.""Ibu tadi juga aneh, ya Mas. Dia kok kayak mengenalku. Tapi, bagaimana bisa?""Mas rasa, Ibu itu mengetahui jati diri kamu sebenarnya."'Apa benar, Ibu itu tau jati diriku sebenarnya? Apa orang tua kandungku, juga berasal dari kampung ini. Ah, aku tak begitu perduli tentang jati diriku. Buat apa aku mencari mereka! Mereka juga sudah membuangku, bahkan … mungkin mereka mau aku mati saat itu. Berarti mereka tak menginginkan diriku. Ada rasa sakit di hati ini, bila mengingat aku hanya lah anak yang dibuang' batin Dewi terus berkecamuk sendiri."Mas, kalau memang benar Ibu itu tau tentang jati diriku. Biarkan saja lah, tak usah kita cari tau lagi." Roni menghentikan langkahnya ketika mendengar apa istrinya itu katakan."Kamu yaki

Latest chapter

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Suka berselimut duka (TAMAT)

    "Oek oek oek!" Suara tangisan bayi yang sudah lama ditunggu akhirnya terdengar juga. Semua orang bernafas lega mendengarnya."Alhamdulillah." Mereka semua mengucap syukur dengan mengusap kedua telapak tangan di wajah masing-masing."Suaranya kenceng bener. Sehat cucu kita," kata Bu Ipah dengan mata berbinar."Cowok apa cewek ya. Nggak sabar aku, pengen lihat wajahnya." Bu Wiyah mondar mandir di luar kamar bersalin.Sementara di dalam kamar bersalin, Roni tak sanggup menahan tangisnya. Dipeluknya erat tubuh Dewi yang semakin lemah. Dewi mengalami pendarahan hebat, hal ini di luar prediksi. Karena selama kehamilan, tak ada masalah apapun. Kata Bidan yang memeriksanya, Dewi bisa melahirkan normal. Begitu pun saat

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kabar gembira

    "Semua terserah pada Ibu. Maafkan Roni. Kali ini Roni gak bisa menuruti keinginan Ibu. Laki-laki yang tak bisa mengambil sikap, tak layak menjadi Imam." Widuri terdiam mendengar kata-kata Roni."Yang, tolong ambilkan makan Ibu," pinta Roni pada Dewi yang hanya mendengarkan dialog Ibu dan anak itu. Kali ini Dewi sama sekali tak berminat ikut campur.iDewi yang merasa kondisinya kurang fit segera bangkit, membuka rantang yang dibawa. Dan meletakkan sedikit nasi dan sup ikan pada piring makan Widuri. Setelah menyerahkan ke tangan Roni, tiba-tiba Dewi merasakan kepalanya sangat pusing."Yang, kamu gapapa?" tanya Roni melihat Dewi yang memegangi kepalanya. Dewi merasa, pandangannya seakan berputar hingga dia merasa mual. Dan ….

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Keinginan Widuri

    "Ibu baik-baik di sini ya. Pokoknya Roni dan kami semua akan menepati janji. Setiap hari akan menemani Ibu di sini." Roni berjongkok di hadapan Widuri, menggenggam tangannya dengan hangat. Widuri mengangguk, dia sudah sangat senang Roni menempatkannya di tempat yang sangat baik. Puluhan tahun dia tinggal di kandang kambing, dan terpisah dari anaknya. Kalau hanya menunggu beberapa saat lagi, hal itu masih bisa dia lakukan."Bu kami pamit ya. Besok kami datang lagi." Dewi memeluk tubuh Widuri. Widuri membelai lembut kepala wanita yang memakai pasmina berwarna pastel itu. Bu Ipah dan Bu Wiyah juga melakukan hal yang sama terhadap Widuri."Ndok, Bapak tinggal ya. Sesok Bapak teko meneh. Kowe sing apik berobatnya. Biar ndang sembuh." Kek Warno memeluk putri semata wayangnya itu. Baru kali ini dia akan berada jauh dari anaknya.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ganjalan di hati Widuri

    Hanya satu yang mengganjal di hati Widuri. Roni masih belum bisa menerima, kalau Surya lah ayah kandungnya. Kesalahan yang Surya lakukan memanglah teramat besar. Namun Widuri bisa memaklumi, saat itu Surya masih terlalu belia, untuk bisa mempertahankan yang seharusnya menjadi miliknya. Hatinya dan Surya telah menyatu sejak lama, sebab itu Widuri tau, Surya tulus meminta maaf dan benar menyesali kebodohannya di masa lalu. Sorot mata Surya menyiratkan penyesalan yang begitu besar dan pengharapan akan maaf dari putra biologisnya. Widuri melihat, tak ada kebohongan di mata Surya, sebab itu bersedia menerima Surya kembali. Pun rasa cintanya di masa remaja, masih melekat kuat di hatinya. Tak terkalahkan, meski puluhan tahun raganya dikuasai iblis laknat."Ibu jangan takut ya, disana juga ada Bapak." Alis mata Widuri bertaut mendengar yang Roni bilang barusan.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mulai membaik

    "Gimana Ko, panen beberapa hari ini, apa sudah lebih baik?" tanya Roni pada Joko, salah satu orang yang dipercaya mengurus kebun milik Pak Darma."Masih belum ada perubahan yang signifikan Mas. Tapi sudah sedikit lebih baik dari beberapa hari lalu," jawab Joko yang berjalan mengikuti di samping Roni. Roni ingin melihat langsung, kondisi pohon-pohon sawit yang ada di kebun milik Pak Darma. Yang sekarang sudah diserahkan padanya."Oh iya. Kenalin, ini Kakek saya." Roni memperkenalkan Kek Warno pada Joko. Joko dengan sopan menyalami Kek Warno. Mereka lanjut lagi berkeliling kebun."Tapi biaya operasional bisa di atasikan?""Alhamdulillah, bisa Mas. Bahkan dua hari ini, bisa menambah isi kas, biarpun sedikit

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 2

    "Mungkin karena belum terbiasa dengan rumah ini Bulek," kata Dewi. Tangannya terus mengaduk nasi yang sudah mulai menjadi bubur. Sementara Bik Jum membantu menyiapkan bahan pelengkap untuk bubur ayam.Hati Dewi sebenarnya sedikit ragu akan kata-katanya sendiri, tapi dia tak mau membuat Bu Ipah khawatir. Hal yang dia dan Widuri bisa rasakan, sangat sulit untuk dijelaskan."Bulek bawakan teh ini dulu ke depan ya. Tadi sepertinya Roni sama Lek Warno keluar.""Paling di halaman depan, Bulek. Kata Mas Roni, dia mau olahraga sedikit.""Ya sudah, Bulek antar ke teras. Bik, tolong ambilkan biskuit," kata Bu Ipah pada Bik Jum.Bik Jum membuka salah satu

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 1

    Alangkah terkejutnya mereka, melihat Bu Ipah dan Bu Wiyah berusaha mengangkat Widuri yang tergeletak di lantai. Roni langsung bergerak cepat mengangkat tubuh Widuri ke atas ranjang. Dewi langsung ke dapur, mencari kotak P3K yang ada di lemari dapur. Dengan langkah lebar dia kembali lagi ke kamar bersama kotak P3K di tangannya."Kok Ibu bisa jatuh?" tanya Dewi, sembari tangannya terampil membersihkan luka di dahi Widuri dengan kapas yang sudah diberi alkohol. Lalu Dewi teteskan antiseptic dan menutupnya dengan perban dan plaster.Widuri tak menjawab, bukan tak mau. Tapi dia belum bisa mengeluarkan kosa kata yang banyak dari pita suaranya. Widuri tadi seperti melihat ada siluet orang dari jendela kamar, karena panik Widuri lupa, kalau kakinya belum kuat untuk berjalan. Hingga akhirnya dia terjatuh dari atas ranjang.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Sampai rumah

    TIN TIN TINPak Dirman berlari-lari kecil menuju gerbang ketika mendengar suara klakson mobil majikannya. Buru-buru dibukanya pintu gerbang dengan lebar, agar mobil majikannya bisa segera masuk ke halaman. Pak Dirman terus melihat ke arah mobil Roni. Dia merasa sedikit heran, karena melihat orang tak dikenal bersama dengan Roni duduk di depan.Segera ditutupnya kembali pintu gerbang setelah mobil Roni masuk dengan sempurna dan berhenti di halaman rumah. Semua orang yang ada di dalam mobil langsung turun. Bik Jum yang juga keluar dari dalam rumah ketika mendengar suara klakson mobil Roni, segera membantu mengangkat semua barang dari dalam mobil."Ron angkat Ibumu," titah Bu Ipah."Iya Bulek." Roni gegas menggendong Wid

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kembali pulang

    Roni hanya menatapi Kakeknya dan anggota keluarga yang lain saling berbasa basi dengan para tetangga untuk sekedar berpamitan, karena mereka akan pergi cukup lama dari kampung itu. Bahkan mungkin tak akan kembali lagi. Roni melihat Surya menggendong tubuh ringkih Widuri. Hatinya sangat sakit melihat itu, sedianya tadi, dia yang hendak menggendong Widuri. Tapi rasa kesal di dadanya tak mampu dia sembunyikan, meski hanya dengan seulas senyum kepalsuan."Kenapa Kakek dan Ibu mudah sekali memaafkan dia!" gumam Roni dengan gigi gemeletuk.Dewi mengiringi di belakang Surya yang menggendong Widuri, bergegas menyiapkan bantal buat bersandar Widuri agar merasa lebih nyaman di dalam mobil. Roni hanya diam, tanpa sedikitpun menoleh. Dia terpaku oleh rasa sakit di hati. Padahal dia baru saja mengetahui kebenaran tentang dirinya. Tapi rasa

DMCA.com Protection Status