Share

78. SAKSI KUNCI

Penulis: Zifi Kani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Om, Tante, aku mau ke kantor polisi! Aku mau ketemu Papa!”

“Naya ... Naya dengerin Tante. Kamu lebih aman di sini dulu. Jangan kemana mana. Kamu sama Miss Rei jangan keluar dari rumah ini dulu sampai keadaan lebih kondusif.” Priska, istri Rio mencoba membujuk Dinaya yang sejak pagi mengamuk ingin bertemu Dirga.

“Naya, dengerin Om, tadi Om Farez dan Om Dillo meminta kamu jangan datang dulu. Di kantor polisi banyak kerabat dan keluarga korban. Mereka masih mengamuk, terlalu berbahaya kalau kamu muncul di depan mereka. Bagaimana perasaan Papamu kalau kamu sampai ikut diserang mereka?” bujuk Rio.

“Rumah papamu saja tadi subuh dilempari batu oleh orang tak dikenal Nay. Mereka lolos dari pantauan security dan merusak rumah papamu. Bukan tidak mungkin kamu juga akan diserang. Terlalu berbahaya.”

Akhirnya Dinaya diam mendengar penjelasan Rio dan Priska. Ia lalu kembali mengurung diri di kamar dan menolak makan. Priska dengan sabar membujuknya tapi Dinaya tetap bersikukuh tak menyentuh apapun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
mommy can
berat amat kak ceritanya coba yg ringan n happy 2 gtu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   79. TRAUMA TUJUH TAHUN SILAM

    ( Tujuh tahun yang lalu ... )“Du-Dua milyar?”“Iya Ga ... Maafin aku Ga. Aku banyak bohong sama kamu. Aku salah Ga, aku khilaf, maafin aku Ga.”Dirga tak menjawab. Ia terdiam mematung sementara orang yang paling dia percaya setelah ayah dan ibunya ini memeluk kedua kakinya, lalu bersimpuh memohon maaf.“Itu uang siapa Mas? Sekarang dimana semua uang itu?” geram Dirga sambil berusaha menarik kakinya.“Uang itu sudah habis semua Ga. Uang itu uang beberapa rekan kerjaku, uang klien, uang tetangga juga ada. Bahkan uang ... U-uang ibumu juga terpakai Ga.”“Astaghfirullah ... Ya Allah Mas Wildan! Dua milyar itu bukan sedikit Mas! Dikemanakan semua uang itu sampai habis?” raung Dirga."Aku banyak hutang dengan rentenir Ga. Hutang dengan bunga tinggi dan jangka waktu singkat. Aku dikejar kejar rentenir itu, dihadang debt collector, dan hampir diciduk polisi! Tolong aku, Ga!" tangis Wildan pecah. Ia menangkupkan kedua tangannya di wajah. Bahunya sampai berguncang karena terisak."Ya Allah, M

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   80. TRAGEDI

    “Mas! Kenapa aku yang jadi penjamin hutang Mas Wildan?” tanya Dirga dengan kemarahan memuncak tapi masih berusaha sabar.“Maaf, Ga. Aku benar benar kebingungan dan tidak tau harus apa. Jadi saat mereka meminta penjamin, aku menyebut nama dan alamatmu. Aku juga memberi mereka fotokopi KTP mu Ga. Maaf aku benar benar terdesak waktu itu dan hanya kamu yang aku ingat.”“Ya Allah Mas. Kok Mas Wildan setega itu? Apa karena aku menghasilkan banyak uang? Mas, uangku hampir habis untuk kuliah Nina, biaya berobat Bapak, dan aku baru beli rumah cash Mas. Uangku sekarang nggak banyak karena aku juga sedang renovasi rumah yang baru kubeli. Percuma Mas Wildan menjadikan aku penjamin, Demi Allah uangku nggak banyak, Mas. Di rekening tinggal beberapa juta untuk menyambung hidup,” jelas Dirga panjang lebar sambil menahan kesal.Dirga ingin sekali meluapkan emosinya tapi ia menahan diri. Baginya Wildan adalah sosok yang sangat ia kagumi. Sejak Dirga kecil, Wildan yang selalu membantu dan menemaninya. A

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   81. INGATAN SEUMUR HIDUP

    “Kenapa dia bisa begini?” tanya Rio sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Rio menatap iba ke arah Dirga yang masih berteriak tak terkendali. Kedua tangannya diborgol.Setelah kejadian, Ibu menelepon Farez dan memintanya ke kantor polisi. Farez yang belum lama jadi pengacara segera menghubungi Dillo dan Rio. Saat mereka tiba di kantor polisi, Dirga tengah dikurung sendirian di sel dalam kondisi masih mengamuk memanggil nama Wildan.“Dirga ... Istighfar Nak ... Istighfar ...” Dari luar sel, Ibu terus berusaha menyadarkan Dirga sambil menangis. Rio dan Priska, istrinya langsung menenangkan Ibu, sementara Dillo dan Farez mengurus proses hukum Dirga. Polisi masih belum bisa menginterogasi Dirga karena kondisi mentalnya yang belum stabil.Berjam jam Dirga mengamuk, sampai akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dirga terbangun saat sayup sayup azan subuh berkumandang dari masjid yang letaknya persis di depan kantor polisi. Saat melihat sekeliling, Dirga sadar dirinya berada di dal

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   82. KEAJAIBAN

    “Dirga? Ga? Kamu nggak apa apa?”Suara Farez perlahan lahan terdengar di telinga Dirga. Seketika ingatannya tentang kenangan mengerikan tujuh tahun yang lalu mulai memudar. Dirga melihat sekelilingnya. Dia masih di kantor polisi, Farez duduk di sebelahnya, dan mereka berdua ada di sini karena kejadian tujuh tahun yang lalu terulang lagi dengan versi yang berbeda.“Kamu nggak apa apa? Kamu teringat kejadian tujuh tahun yang lalu ya?” tanya Farez menatap tajam Dirga, memastikan sahabatnya itu baik baik saja. Dirga mengangguk lemah.“Setiap kali mendengar nama Dokter Syarvan, mau nggak mau aku teringat kejadian itu, Rez. Padahal terakhir kali kami bertemu, aku sudah berjanji padanya dan pada diriku sendiri untuk mengubur semua kenangan buruk dan meninggalkan beban itu jauh jauh di belakang,” sahut Dirga sambil menghela nafas.“Kita hanya bisa berdoa, semoga semua baik baik saja,” ujar Farez sambil menepuk bahu Dirga. Keduanya terdiam sambil terpekur menatap garis lantai.“Rez, jaga Dinay

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   83. MENEBUS KESALAHAN

    “Naya udah tidur Kak?” tanya Reisha pada Priska dengan suara pelan.“Udah. Kasian dia nangis seharian. Akhirnya capek dan ketiduran. Untung tadi mau makan walaupun sedikit. Kamu juga makan dulu Rei. Seharian belum makan kan?” tanya Priska khawatir.“Iya Kak, aku mandi dulu sebentar ya Kak. Nanti aku makan.”“Ya udah sana mandi dulu. Nanti kita makan sama sama. Aku nungguin Bang Rio tapi kayaknya dia nggak pulang. Barusan telepon katanya mereka bertiga mungkin menginap di rumah Mas Farez. Rumah Mas Farez paling dekat dengan kantor polisi. Malam ini mereka bertiga dan tim lawyer mau meeting lagi,” jelas Priska sambil menghela nafas.“Kak, maaf ya ... Semua orang jadi repot gara gara masalah ini. Makasih banyak ya kak sudah mau menampung aku di rumah ini.”“Ya Allah Reisha. Kamu kok masih ngomong gitu sih? Kan Bang Rio udah bilang, kamu, Dinaya, dan Mas Dirga itu udah kami semua anggap bagian dari keluarga. Bukan cuma aku dan Bang Rio, tapi juga Mas Farez dan Mbak Elga, Mas Dillo dan Mba

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   84. IDE BRILIAN

    “Papaaaa!”“Naya kamu harus sehat. Kalau kamu nggak kuat, papa juga nggak kuat. Kekuatan Papa ada sama kamu sayang. Naya harus sehat ya? Harus kuat, harus kuatkan Papa. Papa sayang Naya ...”Dinaya tak bisa bicara lagi. Hanya isaknya yang terdengar. Dinaya masih terbaring di tempat tidur dengan selang infus tertancap di tangan dan selang oksigen terpasang di hidungnya. Dokter mengatakan Dinaya terguncang secara psikis dan membuat tubuhnya ikut lemah. Ditambah lagi, sejak Dirga ditahan, Dinaya susah sekali diminta makan dan minum. Akhirnya gadis itu tumbang dan Priska memanggil dokter keluarga untuk memeriksa kondisi Dinaya.Setelah selesai pengobatan, dokter mengatakan Dinaya stress berat dan itu membuat tubuhnya melemah. Itu sebabnya Rio langsung menghubungi Dillo yang sedang berada di kantor polisi. Rio meminta Dillo menemui Dirga dan melakukan panggilan video dengan Dinaya.Baru melihat wajah Dirga di layar ponsel, tangis Dinaya pecah. Dia rindu sekali dengan ayahnya dan sangat kha

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   85. KESAKSIAN TERAKHIR

    “Rei, ini kesempatan terakhirmu, saat nanti memberikan kesaksian, kasih informasi sebaik mungkin. Walaupun kemungkinan besar Dirga akan ditahan,” ujar Farez lirih.“Iya Mas Farez, InsyaaAllah aku hari ini berusaha sebaik mungkin,” sahut Reisha sambil berjalan ke arah tim penyidik yang akan mencatat kesaksiannya.Reisha gugup sekali. Tapi yang membuatnya gugup bukanlah kesaksian terakhirnya kali ini, melainkan tentang rencana yang dikatakan Shelly. Reisha masih belum yakin apakah rencana Shelly ini akan berhasil atau tidak. Tapi yang pasti resikonya besar sekali.Pihak keluarga Rehan pasti akan marah besar dan kalau itu sudah terjadi, entah apa yang akan mereka lakukan untuk membalas dendam. Itu saja sudah membuat Reisha ketakutan. Dia tak ingin semua ini pada akhirnya akan berimbas pada Dirga dan Dinaya.Tapi di sisi lain rencana yang disebutkan Shelly sangatlah masuk akal dan kemungkinan besar bisa membantu kalau memang berjalan lancar sesuai dengan yang mereka prediksi. Sampai saat

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   86. KEADILAN DI TANGAN NETIZEN

    “Dia pembunuh Abangku! Abangku cuma ikut tiga temannya nonton bola. Malamnya, Abangku dan teman temannya dikeroyok Rehan dan gerombolannya. Tiga temannya sempat luka parah tapi sekarang sudah sehat, dan Abangku meninggal dunia karena pendarahan di kepala! Kami terpaksa bungkam karena waktu itu adik laki lakiku yang bungsu diancam akan dipukuli juga! Jangan salahkan Dokter itu, memang sudah seharusnya Pak Dokter memukuli Rehan sampai mati karena dia memang biadab!”“Ayahku mantan wasit sepakbola yang harus pensiun dini karena pernah dipukul si Rehan ini. Gara gara pukulannya itu, syaraf mata ayah bermasalah dan harus berhenti bekerja. Padahal keputusan ayah saat pertandingan memang adil. Kejadian itu berakhir damai dan ayah diberikan ganti rugi. Tapi tetap tidak adil. Dia hanya menerima skorsing dua bulan sementara ayahku hampir buta di umurnya yang masih muda. Pak Polisi tolong jangan salahkan Pak Dokter. Rehan memang pantas mati karena dia manusia kejam yang tidak punya otak dan hati

Bab terbaru

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   Ekstra Part 02 - MUSUH PAPA

    Jangan jangan Papa tau sehari sebelum aku berangkat ke sini, aku menginap di apartemen Ghazi hanya ... berdua? Batin Dinaya panik.“Nay?” Dirga memanggil nama Dinaya karena putrinya itu tak merespon.“Eh i-iya, Pa,” jawab Dinaya gugup.“Kamu kenapa bengong?” tanya Dirga dengan tatapan curiga. Dinaya tau Dirga punya insting tajam. Dan biasanya apapun yang disembunyikan Dinaya, Dirga pasti tau.“Nggak kok Pa. Cuma aku udah ngantuk banget, Pa,” kilah Dinaya cepat. Tapi justru kebohongannya itu makin menambah kecurigaan Dirga.“Nay? Kamu nggak lagi nyembunyiin sesuatu sama Papa kan?” tanya Dirga membuat Dinaya mengerang dalam hati.Aahh! Kan? Detektor kebohongannya menyala? Pasti Papa langsung tau aku bohong. Keluh Dinaya dalam hati. Sekarang dia pasrah seandainya Dirga pada akhirnya tau apa yang dilakukannya malam itu.“Nggak, Pa. Nyembunyiin apaan sih?” Dinaya masih mencoba mengelak.“Kamu jangan bikin Papa makin khawatir, Nay. Papa tau kamu nyembunyiin sesuatu. Nay, kamu sekarang jauh

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   Ekstra Part 01 - APA PAPA SUDAH TAU?

    (Lima tahun kemudian)“Papaaa! Tolooong! Aduuuh!” Dinaya terhuyung jatuh dan lututnya membentur lantai dengan keras. Sementara pengejarnya makin beringas berusaha menangkap Dinaya yang sudah kelelahan.“Papaaaa! Mamaaa! Tolooong!” Dinaya terus berusaha berlari dengan nafas tersengal sengal, tapi dia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Sekarang jarak antara Dinaya dan pengejarnya tinggal beberapa langkah saja. Dinaya tak sanggup lagi berdiri, dia sudah benar benar kelelahan.Salah satu pengejarnya mulai menarik tangan Dinaya dan gadis itu tak bisa berkutik. Lalu penyerang kedua mulai mengincar pinggangnya. Lalu ...“Kitik kitik kitik...”“Aaaah! Udah deeek! Geliiii! Papaaa tolongin Paaa ... Mereka berdua keroyokan nih. Aduuuh dek, geliiii!” Dinaya tertawa terbahak bahak saat Disha terus menggelitiki pinggangnya, sementara Shaga memegangi tangannya.Dirga yang melihat itu hanya tersenyum dan membiarkan Dinaya dikeroyok dua balita itu sampai kelelahan.“Shaga, Disha ... Udah udah, kakakny

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   97. EPILOG - PAPAKU BUKAN LAGI BUJANGAN

    Tiga bapak bapak tampak duduk di sudut gedung resepsi pernikahan dengan mata sembab. Yang satu sibuk menyusut air matanya dengan sapu tangan, yang satu pura pura batuk agar terlihat sedang flu, seolah mata yang merah dan ingus yang keluar bukan karena menangis melainkan karena pilek. Sementara yang satu lagi sejak tadi terlihat minum air mineral sesekali. Entah sudah berapa botol tandas, dan ia bolak balik ke kamar kecil.“Kita kenapa sedih?” tanya Rio sambil menghapus air matanya dengan saputangan pink buatan sang istri. Saputangan itu sudah basah karena Rio sejak akad nikah tadi tak bisa menahan tangis.“Memangnya kamu nggak sedih?” tanya Dillo sambil membuang botol air mineral yang sudah kosong ke tempat sampah di sudut.“Aku cuma terharu. Mungkin dia yang sedih,” tunjuk Rio ke arah Farez“Hatttchii!”“Jangan pura pura pilek Rez! Kalau nangis ya nangis aja. Semua orang tau itu air mata dan ingus keluar gara gara nangis dari pagi,” bentak Dillo.“Kalian juga kenapa nangis? Terharu ka

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   96. TEMPAT DI HATI

    (Satu bulan kemudian)“Naaah kaaan. Feeling saya itu tepat loh Mbak Tari. Dari awal entah kenapa saya yakin banget Dirga ini jodohnya Reisha,” ujar Bu Ambar dengan wajah sumringah. Sementara Bu Ratih duduk di sebelahnya dengan mata berkaca kaca.Dengan suasana haru yang masih menggantung di ruangan, Reisha dan keluarganya masih terlihat sumringah. Keceriaan terpancar dari setiap wajah, terutama Bu Ambar yang seakan-akan tidak berhenti mengulang kalimat penuh kepastian bahwa Reisha akhirnya bertemu dengan jodoh yang baik. Di satu sisi, Bu Ratih masih menyeka air matanya, teringat betapa berat perjalanan hidup keponakannya sejak kehilangan orang tua dan saudara kandungnya. Kini, Reisha akhirnya menemukan sosok pria yang mampu mengisi kekosongan itu, seorang pria yang tidak hanya tulus, tetapi juga datang dengan penuh niat baik. Bu Ratih menatap wajah Reisha dengan tatapan penuh kasih sayang.“Ya Allah, Nduk ... Reisha ... Ibu, Bapak, dan Mas mu pasti tenang di sana. Kamu sekarang udah ng

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   95. MENJAGA DAN MEMBAHAGIAKAN

    “Dinaya! Stop! Kalau kamu masih ketawa juga, papa potong uang saku kamu tiga bulan!!”“Hahahaha ... Iya iya maaf Papaaa. Abisnya papa lucu banget. Bisa bisanya papa mikir mau mati detik itu juga. Padahal kan papa nggak kenapa kenapa, cuma nggak bisa keluar doang. Astaga Papaaa ... Gemes banget sih papaku ini,” celoteh Dinaya saat mereka berdua sudah dalam perjalanan pulang ke rumah.Akhirnya semalam Dirga berhasil mengutarakan isi hatinya pada Reisha. Dan bisa ditebak, tentu saja Reisha mengiyakan meski dengan wajah bersemu merah.“Kamu bukannya khawatir papa hampir ketiban pohon, malah diketawain. Gimana sih?” omel Dirga sambil cemberut. Sementara Dinaya menahan tawa sampai wajahnya merah padam.“Maaf Papa. Abisnya lucu banget. Aku bukannya nggak khawatir, semalem pas denger kabar itu aku panik banget, tapi HP ku kan lowbatt. Terus kata Bu Indah semua baik baik aja dan Papa sama Miss Rei udah aman aman aja. Terus aku kan ngecharge HP, eeh ketiduran sampai pagi. Makanya nggak telepon

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   94. SEMESTA MENDUKUNG

    “Kami benar benar minta maaf ya Pak. Pak Rudi ini kebetulan staff kami yang baru saja bekerja tiga hari di sini. Dan ini hari pertama Pak Rudi bertugas di bagian paviliun. Sebelumnya beliau bertugas di bangunan utama lantai dua sampai empat. Jadi Pak Rudi lupa kalau di bagian belakang paviliun ada pintu satu lagi dari arah dapur Pak. Sebenarnya Pak Dirga bisa keluar dari sana, tapi Pak Rudi panik dan malah berlari ke lobi mencari bantuan untuk menggeser pohon dan mengeluarkan Pak Dirga dari paviliun. Mohon maaf sekali lagi Pak,” ucap manajer hotel dengan gugup.“Sa-saya tadi gugup sekali Pak. Saya takut Pak Dirga kenapa kenapa. Jadi saya panik dan nggak kepikiran kalau Pak Dirga bisa keluar dari pintu belakang. Saya malah lari cari bantuan. Mohon maaf sekali ya Pak.” Pak Rudi berkali kali minta maaf dengan wajah pucat pasi.“Nggak apa apa, Pak. Saya juga nggak terluka dan nggak kenapa kenapa. Bukan salah Pak Rudi. Kan Pak Rudi berusaha secepat mungkin menyelamatkan saya. Kalau saya ja

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   93. INGIN DICULIK ALIEN

    “Astaghfirullah! Apaan itu? Apaan barusan? Gempa bumi? Longsor? Tsunami? Tornado? Kiam ... Naudzubillah! Belum kiamat kan? Dosaku masih banyak Ya Allah,” Dirga berbalik dengan kaki gemetar ketakutan. Suara itu keras sekali.“Mas Dirgaaa! Ya Allah Mas Dirgaaa!” terdengar teriakan Reisha dari luar.Reisha! Apa dia baik baik aja? Jangan jangan dia ...“Rei! Reisha! Kamu nggak apa apa kan? Kamu kenapa?” Dirga buru buru berlari menuju pintu keluar, tapi pintu itu macet. Dirga terus menarik, mendorong, memutar, dan menggeser handle pintu, tapi tetap saja pintu itu tak bergeser. Kenapa ini?“Mas Dirga? Mas Dirga nggak apa apa kan?” tanya Reisha dari luar. Suaranya terdengar samar. Seperti jauh sekali. Dirga menyibak tirai dan melihat ke arah luar.Betapa terkejutnya Dirga melihat pohon besar beserta daun daunnya yang roboh dan jatuh tepat di depan pintu kamarnya. Karena panik, Dirga tak sempat melihat dengan jelas tadi. Ternyata bagian atas pintunya sudah retak bahkan ada ranting yang menanc

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   92. BADAI

    Jangan takut Dirga, jangan gugup, jangan panik. Dia cuma wanita biasa, bukan sundelbolong, kuntilanak, kuyang, nyi blorong, atau siluman ular putih. Jangan takut, jangan gugup, ngobrol biasa aja. Rileks ... Tenang ...Dirga mengafirmasi dirinya sendiri agar tak lagi gugup dan salah bicara pada Reisha. Kejadian ajakan les privat beberapa hari yang lalu sudah cukup jadi pelajaran. Dirga tak ingin gugup dan salah bicara lagi.“Kayaknya bakalan lama nih, Mas.” Reisha memulai pembicaraan lebih dulu untuk memecah kecanggungan di antara mereka berdua.“Kita masuk aja dulu, mudah mudahan nggak terlalu lama,” sahut Dirga berusaha bersikap tenang. Kata katanya berbanding terbalik dengan isi hatinya. Padahal dalam hati Dirga justru ingin sedikit lebih lama bersama Reisha. Kapan lagi punya quality time berdua Reisha di suasana alam secantik ini?Mereka berdua masuk ke bagian dalam pelabuhan. Tepat pada saat itu hujan deras mulai turun. Dirga dan Reisha memilih duduk sedikit ke dalam karena bagian

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   91. INI KESEMPATANKU

    “Pa, minggu depan papa ada kerjaan nggak?” tanya Dinaya tanpa melepas pandangan dari ponselnya. Gadis itu terlihat sangat fokus dengan apa yang ia baca di layar ponsel.“Weekend ya? Nggak ada sih. Paling nonton bola sama Dillo. Tapi nggak penting penting amat juga, bisa dibatalin. Kenapa? Kamu ada agenda sekolah penting? Papa harus datang?” Dirga menjelaskan sekaligus balas bertanya.“Nggak sih, bukan sekolah. Tapi ini cuma anak anak sekelas aja. Kan minggu ini udah selesai assesment udah selesai, jadi rencananya mau liburan yang deket deket aja. Ke pulau kelomang. Tapi sama orang tua dan beberapa guru juga. Papa bisa ikut nggak?” tanya Dinaya.“Aduh, Nay. Kamu kan tau papa mager banget kalau harus jalan jalan rombongan gitu. Orang tua wajib ikut ya? Kalau kamu aja nggak apa apa kan?” tanya Dirga enggan.Dirga memang malas sekali tour beramai ramai seperti itu. Entah itu acara kantor atau apapun, Dirga paling tak suka. Sejak kecil dulu, orang tuanya pontang panting mencari uang untuk

DMCA.com Protection Status