Share

CELOTEH GUS ALAM

Author: Alna Selviata
last update Last Updated: 2021-06-06 06:03:52

Gus Alam masih menunggu Arlesa di ruang tamu, Arlesa masih di dalam kamar mengganti pakaiannya, terlihat di laci meja boneka beruang coklat yang usang duduk lesuh, Arlesa tersenyum kecil pada boneka Maysa itu.

"Aku sudah menemukan, Tuanmu." Ucap Arlesa pada boneka itu.

Dia membayangkan senyuman manis Maysa saat di Cafe, Ah, betapa manisnya gadis itu. Wajahnya penuh keluguan, ada ketulusan, hangat, dan ceria. Tak sia-sia dia menjaga hati untuk putri kecil itu, kata orang, cinta memang kadang buat orang bodoh, Arlesa menunggu waktu selama 15 tahun hanya bertemu dengan gadis dari dunia seberang.

Padahal, di dunianya bertebaran gadis cantik yang sangat memujanya. Namun hanya Maysa yang menjebaknya dalam kenangan. Akankah Maysa mengingat Arlesa bila memperkenalkan diri lagi? Arlesa harap demikian.

Setelah berganti pakaian dengan kaos oblong putih, Arlesa turun ke lantai bawah, di ruang tamu masih ada Gus Alam yang masih mengamati setiap interior rumah sewaan itu.

"Pak Gus, aku mau masak. Pak Gus lapar?" tanyanya.

"Kenapa kamu masak? tinggal pesan saja, kan bisa?" timpal Gus Alam heran.

Arlesa berlalu ke dapur, "Aku senang dengan masakanku sendiri, jika ada waktu luang, aku selalu memasak untuk diriku sendiri." Sahut Arlesa yang mulai mengambil bahan-bahan tersedia di kulkas.

Gus Alam pun ke dapur, dia akan mewawancarai Arlesa lagi, begitu banyak rahasia Wandara yang ingin ia ketahui, rasa penasarannya makin menggebu melihat Arlesa yang mampu memiliki apa yang sulit di dapat di dunianya.

"Kau di Wandara kerja apa?" tanya Gus Alam.

"Belajar, dan belajar saja." Sahut Arlesa yang sedang mengiris dadu bawang bombai.

"Bararti di Wandara kau anak konglomerat, ya?"

"Bisa di bilang begitu, Pak Gus."

Belum cukup puas, Gus Alam lagi-lagi bertanya.

"Disana banyak kemampuan bela diri, ya?"

"Iya, bagi siapa saja yang pantas menerimanya." Jawab Arlesa.

"Contohnya?"

Arlesa memukul dinding tembok rumah itu dengan keras, sehingga tembok  retak oleh bekas tonjokkan tangan kanannya yang sangat kuat.

Gus Alam terkejut menarik nafas. Selain tampan nan kaya, Arlesa juga memiliki kekuatan yang dasyat.

"Kamu dapat ilmu tenaga dalam dari mana?" tanya Gus Alam meraba dinding retak itu.

"Dari Paman Rajab." Jawab Arlesa, yang di maksud olehnya ialah Panglima Rajab, karna tak ingin memberitahu Gus Alam identitasnya, terpaksa Arlesa harus berbohong kecil kali ini.

" Berhentilah bertanya tentang Wandara padaku, Pak Gus. Tanya yang lain saja." Protes Arlesa.

Dia lelah bila harus menceritakan Wandara secara detil.

"Baik, tapi aku mau tanya lagi, siapa yang kau cari di alam kami?" tanya Gus Alam yang ingin serba tahu semua tentang Arlesa.

Arlesa lelah ditanya menghela nafas. Apa yang harus dijawabnya, padahal ini rahasia  pribadinya.

"Pasti seorang perempuan, kan?" Gus Alam menebak.

"Iya, seorang perempuan yang 15 tahun menyiksaku."

"Selama itu? "

"Iya, Pak Gus. Makanya aku ke dunia kalian karena aku ingin menemui dia. Kami sudah berjanji dulu untuk bertemu saat dewasa."

Gus Alam memahami bahwa kisah cinta Arlesa ternyata sudah lama terjalin. Pria paruh baya itu ingin bertanya lagi, tetapi Arlesa tiba-tiba mengutarakannya sendiri.

"Pak Gus mau tau siapa perempuan itu?" tanya Arlesa.

"Hm," Gus Alam memainkan telujuknya. "Dari pancaran matamu, aku sudah bisa tebak." Imbuh Gus Alam memanyunkan bibir.

Arlesa tersenyum malu, ternyata sejak di cafe tadi, Gus Alam memperhatikan sikapnya pada Maysa. Ah, apakah Maysa juga menilik hal itu? semoga saja tidak. Arlesa belum menemukan kesiapan mengakui semuanya.

"Setelah makan, saya akan ke Cafe lagi, Pak Gus." Ujarnya.

"Saya ikut, masa tuan rumah keluar, tamu malah sendiri." Ketus Gus Alam yang mulai akrab dengan Arlesa yang beda generasi dengannya.

**********************

Pukul sebelas malam, Maysa masih berada di Cafe. Gala sudah pulang sejam yang lalu, karena besok dia punya jadwal mata kuliah pagi. Maysa hanya seorang diri di Cafe, ada tamu tapi hanya hitungan jari saja.

Mata Maysa mulai menyipit. Kantuknya tak tertahan, kopi cara jitunya melawan rayuan malam agar meringkuk di balik selimut. Oh, Tuhan, buatlah mataku bertahan sampai subuh nanti. Batinnya meronta.

Tidak lama kemudian, ada empat anak muda mabuk didepan cafenya. Mereka masuk dengan suara teriakan tak jelas. Kaki mereka ada yang menendang meja, ada pula yang membanting kursi. Melihat aksi brutal anak muda yang seumuran Gala itu, Maysa beranjak mengambil sapu.

"Kalian keluar dari sini, dasar anak-anak tidak tau aturan." Hardik Maysa.

Sebagian pengunjung cafe di buat takut oleh mereka. Ada yang bersembunyi, ada pula yang keluar dari cafe itu tanpa membayar pesanan mereka. Salah seorang dari anak muda itu menghampiri Maysa, matanya merah, langkah gontai karena mabuk berat.

"Hei, perawan tua. Bikinkan kami kopi, dan makanan." Katanya penuh wajah ancaman.

Maysa mengangkat bibir sebelah, dia memukul kepala remaja itu dengan gagangan sapu, sekuat-kuatnya.

Plak ! Plak !

"Ini, enak saja mau menyuruh saya dengan cara tidak sopan." Kecam Maysa yang masih memukuli remaja itu

Ketiga teman mereka mulai jengkel dengan perlawanan pemilik Cafe Zona. Dua orang meraih tangan Maysa untuk di ringkus dari belakang, sementara seorang lagi ingin membekap mulut Maysa. Mereka sudah gelap mata, akal mereka sudah  menjadi binatang lagi, Maysa akan mereka perkosa beramai-ramai.

"Jangan !!" Pinta Maysa menutup mata. Salah satu remaja itu mulai mendekatkan bibirnya.

Duk ! Duk ! Duk ! Duk ! plak !

Tiba-tiba ada suara pukulan keras terdengar. Maysa masih menutup mata. Dia meraba sekujur tubuhnya, tak ada yang sakit, lalu siapa yang di pukuli? perlahan, Maysa membuka mata. Di lihatnya keempat remaja itu, sudah tergeletak di lantai dengan wajah memerah.

Di antara mereka ada pria tampan yang tidak asing berdiri. Pria itu Arlesa, pengunjung cafe yang tadi siang. Imbuh Maysa dalam hati.

"Kamu baik-baik saja? tanya Arlesa berjongkok mengamati wajah Maysa yang masih ketakutan.

Maysa hanya mengangguk. Tangannya di raih oleh Arlesa untuk berdiri. Untuk pertama kalinya, tangan mereka bersentuhan, menyatu setelah berpisah lima belas tahun. Wajah mereka sangat berdekatan, Arlesa menatap  Maysa penuh kerinduan, seakan ingin menumpahkan rasanya malam ini juga.

"Terima kasih," ucap Maysa pelan.

Keempat remaja itu keluar dari Cafe, mereka ketakutan sebab pukulan Arlesa begitu keras. Hanya sekali pukulan, wajah mereka bengkak lebam membiru.

"Apa mereka sering menganggu mu?" tanya Arlesa.

"Ini pertama kali, aku juga tidak tahu, mereka siapa." Jawab Maysa yang meraih kursi untuk Arlesa.

Maysa ikut pula duduk di kursi secara berhadapan. Dia memijit-mijit tangannya bekas cengkraman remaja tadi.

"Ini sudah malam, sangat bahaya bila perempuan bekerja." Tukas Arlesa.

Maysa menghela nafas, benar kata pria itu, tapi apa boleh buat, tanggungan hidup terlalu besar. Dia harus bisa bekerja keras demi kelangsungan pendidikan adik-adiknya.

"Aku tahu, tapi hidupku  bukan untuk bersantai, ada banyak yang harus aku bahagiakan."

Arlesa memahami maksud kata-kata Maysa. Andaikan Maysa sudah menjadi kekasihnya, dia tidak akan membiarkan Maysa bekerja keras seperti ini. Apapun yang diminta Maysa akan dia berikan, tanpa bersusah payah begadang meniti pekatnya malam.

"Oh, ya. Saya panggil Arlesa saja, sepertinya usia kita tidak beda jauh." Ujar Maysa mengakrabkan diri, karena bagaimana pun dia berhutang budi pada pria rupawan itu.

"Iya, usia kita memang hanya beda setahun."

"Hem? apa maksudnya?" Maysa bingung lagi, bagaimana Arlesa bisa tahu usia mereka hanya beda setahun? ah, pria ini apakah para normal? batin Maysa menyelidik.

Related chapters

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   INGATAN YANG HILANG

    Maysa masih menilik setiap kalimat Arlesa. Pria tampan itu sangat santun bicara, lembut, juga meneduhkan. 'Pasti dia berasal dari keluarga ningrat, tutur bahasanya lembut sekali.' Imbuh Maysa dalam hati. "Arlesa, kamu berasal dari kota mana?" tanya Maysa mencoba akrab. Arlesa tergugu. Jawaban itu belum ia persiapkan. Dia sama sekali tak tahu nama Kota di dunia manusia. "Dari Kota Bandung." Ujar Gus Alam yang tiba-tiba nimbrung di antara mereka. Arlesa yang tadi tegang, kini bernafas lega. Tak rugi dia berteman dengan Gus Alam, pria paruh baya itu bisa menolongnya dari hal-hal yang tak dia ketahui di dunia manusia. "Bandung? wah, jauh, ya." Ujar Maysa. Arlesa megangguk, dia terjebak dalam kebohongan kecil lagi. Seharusnya dia memberitahu Maysa bahwa dirinya adalah Pangeran Arlesa dari kerajaan Wandara. Arlesa memberikan t

    Last Updated : 2021-06-06
  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   PENCARIAN ARLESA

    Malam itu, Ratu Risani di rundung kesedihan. Arlesa tidak pernah lagi memberi kabar letak keberadaannya. Seluruh pengawal istana, Rexa kerahkan secara diam-diam, tetapi jejak Arlesa sama sekali tak di temukan. Sehingga Rexa menyimpulkan bahwa adiknya itu berada di dunia seberang."Bunda Risani, saya yakin, Arlesa berada di dunia manusia." Ujar Rexa pada ibu tirinya.Ratu Risani perlahan duduk di kursi. Dia tak menyangka Arlesa nekat ke dunia manusia. Bagaimana bila ada manusia yang jahil ingin mengujinya? naluri seorang ibu begitu khawatir."Bunda juga bingung, Nak. Karena Arlesa tidak pernah memberitahu itu." Sahut Ratu Risani.Rexa berjongkok ke ibu tirinya."Biarkan saya menyeberang juga, Bunda. Saya akan mencari Arlesa." Pinta Rexa agar di beri izin."Tapi, Nak. Dunia manusia itu banyak yang jahat." Imbuh Ratu Risani mengingatkan."Saya punya kekuatan melebihi mereka, Bunda." Sahut Rexa meyakinkan."Iya, Tapi kamu hati-hati.

    Last Updated : 2021-06-09
  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   KEJUJURAN ARLESA

    Pelanggan Cafe Zona semua sudah pulang, Bahan di kulkas juga sudah habis. Gala tak sanggup lagi bila dia harus mengantar Maysa ke pasar. Mendengar keluhan Gala, Arlesa menawarkan diri . Dia beranjak ke bartender."Aku bisa antar kamu." Kata Arlesa.Maysa termangu. "Yakin, tidak merepotkan?" tanyanya.Arlesa menganggukkan kepala, "iya.""Baiklah, kita ke pasar sekarang."Mereka berdua menuju ke mobil yang baru saja di beli oleh Gus Alam." Ah, Arlesa bisa saja mengambil kesempatan." Ketus Gus Alam.Sebelum mengemudi, Arlesa mengaktifkan GPSnya. Jalur kota itu belum sepenuhnya ia ketahui. Maysa tersenyum kecil melihat itu."Tenang saja, itu tugasku yang arahkan kamu." Tukas Maysa.Sepulang dari pasar buah, mereka kembali menuju lagi ke Cafe. Arlesa melajukan mobilnya pelan. Dia ingin lebih banyak waktu bersama Maysa. Ada yang ingin ia katakan."Maysa, apa kamu percaya dengan kehidupan metafisik?"

    Last Updated : 2021-06-11
  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   KEKECEWAAN ARLESA

    Maysa mengambil bonekanya. Dia tersenyum mengingat moment ketika ayahnya memberikan boneka itu saat berulang tahun yang ke- 9."Ayah .." Lirih Maysa berkaca-kaca."Maysa, kamu mengingatnya?" tanya Arlesa.Maysa mengangguk, "Ini boneka dari ayahku, terakhir kali aku menghilangkannya di hutan.""Aku harap kamu juga mengingatku," ucap Arlesa.Maysa menenggelamkan wajah Arlesa di kedua bola matanya."Aku belum bisa mengingatmu. Tapi aku percaya itu." Sahut Maysa dengan mata berbinar.Arlesa memeluknya kembali. Mengusap kepala Maysa dengan lembut."Aku hampir gila selama lima belas tahun."Maysa belum membalas pelukannya. Tapi ketulusan Arlesa menyentuh kalbunya."Kenapa kamu bisa begitu? aku hanya manusia biasa.""Kamu satu-satunya yang buat aku selalu berpikir tentang cinta." Sahut Arlesa

    Last Updated : 2021-06-11
  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   CINTA JIN DAN MANUSIA

    Malam pun tiba, Arlesa dan Gus Alam duduk di ruang tamu. Sedari tadi, Arlesa hanya berdiam diri. Tak ada sepatah kata pun terucap oleh bibirnya. Gus Alam sedih melihat temannya itu."Arlesa, jangan menyerah. Ada prinsip di dunia kami berkata, sebelum janur kuning melengkung, kita masih bisa punya kesempatan merebutnya." "Itu hal yang tidak baik, Pak Gus. Sama saja merebut dari seseorang yang akan berhak padanya." Timpal Arlesa yang memakai ajaran budi pekerti guru istana kerajaan. Gus Alam tergugu. Dia lupa dengan siapa ia bicara, bukan manusia biasa, melainkan penghuni Wandara yang memiliki hirarki tinggi. "Lalu? kau mau bagaimana? menyerah begitu saja setelah lima belas tahun mencintainya?" Gus Alam protes. Arlesa menghela nafas. Dia juga tak punya jawaban. Tok ! Tok ! Ada yang mengetuk pintu dari luar. Gus Alam beranjak membukanya. Saat memutar knop pintu, di baliknya ada kelima pria kekar. Betapa terkejut

    Last Updated : 2021-06-12
  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   HUBUNGAN YANG TERIKAT

    Di dunia berbeda, Maysa juga merenung. Saat ini dia tidak bisa lagi memilih hati Fandi, dia tak akan memberi hidupnya pada pria arogan seperti Fandi. Maysa hanya memikirkan tentang Arlesa yang sudah kecewa tanpa belum mendengarkan jawabannya.Gala juga sudah tak menyetujui bila kakaknya melanjutkan hubungan dengan Fandi. Remaja itu tak bisa membayangkan hari-hari kakaknya berumah tangga dengan pria itu."Kak Maysa, sudah pulanglah. Biar aku saja yang jaga malam ini." Ujar Gala."Tidak usah, kita tutup saja. Lagi pula kita sudah banyak omset." Maysa melepas celmeknya.Gala ingin menanyakan sesuatu. Ini yang sedari tadi mengusik jiwa penasarannya."Kak Maysa memang ada hubungan dengan Arlesa?" tanya Gala pelan."Belum ..." Sahut Maysa lemas."Belum?! Berarti akan?""Entahlah," Maysa tak mampu menerawang itu.Gala tersenyum. Dia menilai Arlesa pribadi yang baik dan sopan. Jiwa dan cara bicaranya lembut bersikap. Jika

    Last Updated : 2021-06-13
  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   SILSILAH

    Setiba di jalan trans Sulawesi, Gus Alam menghentikan mobilnya, sebelah kiri mereka ada hamparan kebun kopi. Di sebelah jalan itulah, ada anak tangga yang menuju gerbang dimensi Wandara."Benar, disini tempat terakhir aku bermain dulu. Aku ingat, sungai kecil ini, dan tangga ini." Gumam Maysa."Kamu ingat sebagian, tetapi kenapa ingatan kamu di hapus oleh Panglima itu? padahal ada banyak manusia yang keluar masuk dari sini. Tapi ingatan mereka tidak di hapus. Aneh.." Gus Alam berusaha menyelidik.Gala memutuskan hanya menunggu di mobil saja. Dia takut bila sudah berhubungan dengan alam gaib.Gus Alam menuntun Maysa menaiki anak tangga itu, semakin naik melewati aliran sungai kecil."Tunggu disini, Maysa. Saya akan menciba membuka pintu dimensi wandara." Kata Gus Alam.Dia melangkah ke depan. Menangkupka kedua tangan ke dada. Matanya ia pejamkan. Batinnya menembus ke pintu gerbang utama. G

    Last Updated : 2021-06-13
  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   MENIKAH DI WANDARA

    Di Istana Raja Garsan mencari keberadaan Arlesa, anaknya bungsunya itu sudah tidak ada di kursi kebesarannya. Mata Raja Garsan menyorot Ratu Risani, dia meminta jawaban atas perginya Arlesa secara tiba-tiba. Rexa mengetahui adiknya sudah menyeberang dunia lagi. Ini jadi tugasnya untuk menenangkan keadaan tanpa Arlesa. "Ayah, Arlesa terkejut dengan silisilah ini. Dia hanya keluar menenangkan diri," ucap Rexa pada Raja Garsan. Raja Garsan memahami itu. Sementara Rexa kembali ke tempatnya. Dia berencana untuk menyelidiki di balik silsilah yang mengejutkan ini. Di dunia manusia .. Gus Alam membawa Arlesa kembali ke Kota P, bersama Maysa dan Gala. Maysa dan Arlesa duduk di jok belakang. Sepanjang perjalanan, Arlesa mengenggam tangan Maysa. Wajah keduanya tak henti menyungging rona bahagia. Tetapi ada yang menganggu pikiran Arlesa, silsilah itu. Dia tak menyangka di dalam catatan silsilah kakeknya tertulis

    Last Updated : 2021-06-15

Latest chapter

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   AKHIR PERJUANGAN CINTA

    Sean mengelilingi seluruh kota bersama keempat pengawalnya. Namun sosok Luna tak ia temukan, jalanan yang ia telusuri tak memberikan jejak Luna sedikitpun. Alhasil Sean menyimpulkan yang sedari tadi ia curigai."Stop kita mencari seperti manusia," ujar Sean."Kenapa, Pangeran?" tanyanya pengawalnya."Luna tidak ada di dunia manusia, kita telah di tipu oleh jin Wandara itu."Keempat pengawalnya menyimpulkan demikian, bila tak menemukan jejak di dunia manusia maka alam jin cara yang paling tepat untuk mereka.Sean yang saat itu terdiam mencari cara agar Ray bisa ia bawa ke Sarajana. Itu cara yang tepat melindungi anaknya agar tak di ganggu oleh orang-orang yang ingin berniat jahat di dunia manusia."Ikut saya, kita ke kembali ke Sarajana membawa Ray," titah Sean.Keempat pengawalnya menurut saja, meskipun mereka khawatir ini akan membuat kerajaan Sarajana gempar dengan kehadiran Ray di ist

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   RENCANA CIA

    Sean menuju ke kota dengan mengunakan taksi, ia seolah-olah menjadi manusia pada umumnya. Di dalam taksi, dia mempersiapkan kata-kata ketika menemui Luna. Terbersit di pikirannya agar lebih baik jujur pada Luna tentang siapa dirinya sebenarnya. "Apakah dia akan takut? mungkinkah dia mau menerimaku setelah dia tahu aku ayah Ray?" Sean bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Laju taksinya kian cepat, berharap semau akan baik-baik saja setelah bertemu dengan Luna. Namun tiba-tiba, ada seseorang berjubah hitam menghadang taksi itu. Rem di injak mendadak oleh supirnya, Sean yang berada di jok belakang ikut pula terpental ke depan. "Ya ampun! siapa sih, orang itu?" gerutu supir taksi. Pria berjubah hitam itu begitu pelan melewati mereka, sedetikpun tak melirik ke arah mobil, langkahnya bagai zombie yang sedang berjalan. Sean yang curiga berinisiatif untuk turun dari taksi, tapi ia cegah oleh supir itu. "Jangan, Bang. Bis

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   USAHA SEAN

    Usai upacara adat, Sean segera bubar dari tatanan keluarga kerajaan. Man Ras melirik ke Raja Rahadian, mimik ayah Sean itu terlihat menyimpan ketidaksukaan pada sikap anaknya."Maaf pangeran, jangan pergi dulu," ucap Man Ras pada Sean."Apalagi, Man Ras?""Ada banyak yang Pangeran harus kerjakan, jangan pergi.""Saya belum jadi Raja, jadi biarkan saya menikmati kebebasan dulu, lagi pula saya memiliki urusan yang sangat penting, ini menyangkut Raja Arlesa," kata Sean yang terpaksa berbohong. Dengan membawa nama Arlesa, dia tahu nyali ayah dan Man Ras akan ciut mencegatnya.Tanpa membuang waktu lama, Sean menaiki kuda putihnya. Memacu dengan cepat menuju gerbang dimensi yang tak jauh dari kebun kopi milik kerajaan."Tunggu aku, Luna. Aku harus jujur, tapi apakah kau akan menerima kejujuran itu?"Sean tak henti bertanya-tanya dalam hat

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   PIKIRAN SEAN DAN LUNA

    Luna masih memikirkan semua kalimat Sean yang penuh makna. Dia membocorkan Ray sembari membandingkan wajah pria yang tampan itu. "Ah, kenapa kamu jadi ide dia sih, Lun.." Luna menggerutu seorang diri. Bayangan Sean tiga hari belakangan ini berkelebat di pikirannya. Seolah hati dan pikirannya menanti Sean namun kegengsian buat dia harus menolak semua keinginan itu. Dari luar ada suara Cia mengetuka memanggilnya. Luna beranjak membuka pintu kamarnya.

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   KALIMAT YANG PENUH MAKNA

    Luna membenamkan kedua mata. Sentuhan Sean memabukkan dirinya, lupa daratan bahwa ada Ray yang menyaksikan mereka tanpa berkedip. Anak bayi yang bertingkah lucu itu sesekali menjerit kegirangan saat ibunya mengeluarkan desahan karena kecupan Sean yang menyerang di leher. "Mari kita ulang kembali kenikmatan itu," lirih Sean dengan kalimat yang penuh arti. Luna tak mendengar jelas apa yang di katakan Sean, hanya hembusan nafas yang hangat tersembul mesra di belakang telinganya. Mungkin karena gairah yang telah memuncak sehingga barisan kata Sean tak terbaca lagi olehnya. Sean membaringkan tubuh Luna di kasur lagi, menciumi punggung Luna dari arah belakang. Desahan kecil sudah mulai rutin menghiasi mulut mantan istri Hadi itu. Tangan kannanya menyusup di selipan pelindung dua benda kenyal milik Luna, meremas juga memilin-milin puting coklatnya. "Hamm.. Ahh.." Desah Luna. Sean perlahan melepas baju Luna,

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   JIN PRIA YANG TIDAK ASING

    Luna sedang membereskan butik bersama Bu Cia. Saat itu Ray ia titipkan di pengasuh lagi. Cia sudah mulai merenanakan untuk membuat Luna tersiksa setaip harinya. Ibu kandung Shera itu membuatkan teh Luna menaruh obat pencuci perut ke dalamnya. Ini cara halus untuk membuat Luna kelelahan dan tersiksa untuk menebus dendamnya atas kematian Shera."Bu Cia tolong bersihkan ruang jahit ya, aku ingin istirahat dulu, oh ya makasih teh nya," ucap Luna.Cia hanya mengangguk, dia masuk ke dalam ruang jahit seraya tersenyum miring, meski itu hanya hal kecil, namun ia tahu Luna akan merasa tidak nyaman hingga hari esok.Sembari mengamati desain butiknya, Luna menyeruput teh hangatnya tak henti-henti. Ia teringat tenang baju-baju yang sobat di pakai oleh Ratu Risani saat bertemu dulu. Baju Ratu ke empat wandar itu sangat elegan dan mewah, tak pernah ia lihat sebelumnya koleksi itu ada di dunia manusia. Tercetus di benak Luna unt

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   TEKA-TEKI

    Maysa keluar dari kamar Dalisah, begitu pun pula Almira, rombongan itu akan kembali ke istana utama, tetapi mereka tak sengaja bertemu dengan Jeval.Maysa yang masih saja trauma dengan kisah antara dia dengan Jeval hanya melempar senyum lalu menundukkan wajah. Tentu istri Arlesa itu merasa tidak nyaman dengan pertemuan tiba-tiba mereka itu. Sementara Almira menyinggung senyum cantik pada suami Dalisah itu, sejak. Di bangku sekolah dasar, Almira memang menyimpan rasa terhadap Jeval."Terima kasih kalian sudah menjenguk Dalisah,"ucap Jeval.Maysa hanya mengangguk-angguk. Tak sanggup membalas ucapan terima kasih Jeval, keintimandan cinta sesaat yang pernah mereka lalui tentu buat keduanya gugup bilang bertemu."Maaf, kami harus kembali ke istana utama," kata Maysa pamit berlalu begitu saja melewati Jeval. Suami Dalisah itu hanya bisa menghela nafas, dia tahu Maysa masih trauma akan perlakuannya terdahulu.

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   SETAHUN KEMUDIAN

    Almira tahu Dalisah sakit parah, untuk menghilangkan rasa pemasarannya, dia mengejar Maysa yang hampir masuk ke dalam litf. "Tunggu, Ratu." Almira mengejar sembari berteriak memanggil nama Maysa. Para pengawal saat itu geram akan tingkah anak dari menteri sosial itu karena sudah lancang pada Ratu utama wandara. "Ya, Almira, Ada apa?" tanya Maysa. "Maaf yang mulia, Ratu. Saya sudah menghambat Ratu, bolehkah juga saya menjenguk Ratu Dalisah?" pinta Almira. Maysa terdiam sejenak, dia tahu, sebagai pengurus ketaatan istana wandara, Almira juga sangat dekat dengan Ratu Wandara lainnya, termasuk pula dengan Dalisah. Karena menurut Maysa itu hal baik, dia pun mengiyakan permintaan Almira yang ingin ikut menjenguk Dalisah di ruang rawat istri Jeval itu. "Baiklah, ayo kita sama-sama besuk Ratu Dalisah," kata Maysa. Mereka masuk lift, menukik ke lantai atas bagian istana ke empat wilaya

  • PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG   SAKITNYA DALISAH

    Satu tahun kemudian, Jeval berdiri melihat sosok Dalisah yang agak pucat, istrinya itu terlihat tak memiliki daya untuk bergerak. Dalisah memang saat itu sedang hamil besar. Selama kehamilannya, dia terus saja sakit-sakitan, bahkan hari-hari ia habiskan hanya berdiam diri di tempat tidur. Ada penyakit yang sulit di sembuhkan oleh dokter senior Wandara. Berbagai upaya Kebal telah lakukan agar dia bisa menyembuhkan istrinya dan bayi yang di kandung Dalisah tetap pula selamat. "Kamu sangat pucat, kamu makan dulu ya," kata Jeval. "Aku tidak lapar, entah kenapa semua terasa pahit tak bergairah," ujar Dalisah. Jeval akhir-lahir ini merasakan tidak enak, pikirannya selalu takut bila kehilangan Dalisah. Semenjak di nobatkan sebagai Raja ke empat, Jeval belum maksimal menjalankan tugasnya itu, ini karena kesehatan Dalisah yang kian menurun. "Usia kandunganku sudah sembilan bulan, aku boleh minta sesuatu padamu," kata Dal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status