'Berkorban adalah bukti jika cinta itu memanglah menyakitkan …'
***
Mobil Tian dan dua lainnya bergegas menuju sebuah rumah sebelum pagi semakin terang. Tian yang mengenakan seragam berbalut jaket kulit hitam, mengendarai mobil sport dengan cepat dan memimpin dua van dibelakang.
Sesampainya di depan sebuah rumah, Tian bersama gerombolan bodyguard turun dari mobil. Beberapa bodyguard berjaga di depan rumah, dan yang lainnya menyusup memasuki gerbang tujuan.
Tian masuk ke dalam rumah, lebih dulu mencari sosok Daniel. Gerombolan bodyguard di belakang, mengiringi Tian mencari dokter Daniel. Rumah tampak sepi, karena memang masih sangat pagi.
"Kalian berpencar, cari gadis itu sampai dapat!" titah Tia
Setelah menyelesaikan ujian terakhir, Tian langsung menemui Ibunya. Dengan wajah marah dan kesal, Tian mengamuk di ruang pribadi Mami Lisa. Semua benda ditendang dan dihancurkan oleh anak itu.Kehilangan Raline membuat Tian gila. Bodyguard yang tengah berjaga tidak ada yang berani menghalau emosi Tian di dalam ruangan.Laura dan Maria yang berada di gudang pun bisa mendengar kekacauan yang dibuat Tian. Ngeri dan ngilu, itu yang Laura dan Maria rasakan mendengar sikap asli seorang anak remaja seperti Tian. Anak dari germo itu sudah gila. Obsesinya terhadap Raline sudah diluar batas wajar.Mami Lisa bergegas masuk ke dalam ruangan saat mendengar anak lelakinya tengah mengamuk di ruangannya. Ia datang membawa obat untuk anaknya agar bisa tenang. Germo itu tahu jika anaknya mengalami gangguan mental.&n
'Jika ini memang cinta, apa yang harus aku lakukan untuk menyudahinya?'***"Hm? Kamu bisa masak?" tanya Raline tidak percaya jika lelaki di depannya itu bisa memasak."Perasaan barusan kamu memujiku hebat. Kenapa sekarang meremehkanku seperti ini, huh?" Devin tergelak menundukkan sedikit wajahnya lalu mendekatkannya ke wajah Raline.Ups! Daniel tidak sengaja membenturkan kepalanya ke kening Raline. "Maaf-maaf. Kamu tidak apa-apa?" ungkapnya salah tingkah sambil mengusap kening Raline."A-aku baik-baik saja. Ayo, mana nih katanya yang hebat masak?" ujar Raline mengalihkan suasana.Jantung g
THE BAMBOO BAR Bangkok, Thailand. Gavin tengah duduk di depan barista yang menyuguhi dengan berbagai minuman. Mengenakan kemeja putih berbalut vest tuxedo klasik berwarna abu-abu, Gavin terlihat lebih dewasa dari usianya yang masih 18 tahun. Setelah seharian bekerja, Gavin selalu saja melampiaskan lelahnya dengan pergi ke bar. Terkadang banyak wanita cantik bertubuh sexy menghampirinya, namun Gavin tidak menggubrisnya sama sekali. Di kepalanya masih terngiang Raline. Begitu juga dengan hatinya yang masih saja mencintai si cupu, Raline. "Halo, babe …" sapa seseorang dari belakang. Gavin menoleh sedikit, dan mendapati Aletta yang menyapanya dengan dengan manja. Perempuan itu menggerayangi pundak Gavin. Mengenakan pakaian sexy dan
Raline berlari sekuat tenaganya untuk menghindari kejaran bodyguard. Gadis itu memasuki club house dan membuat keributan disana.Saat Derek berhasil menangkap Raline, gadis itu berontak. Namun sayang tubuh kecilnya tidak mampu menghalau tubuh besar bodyguard Mami Lisa.“Lepaskan, aku!” pekik Raline berontak.“ARGHH!!!” Derek meringis kesakitan karena tangannya di gigit oleh Raline.Raline berhasil kabur dari cengkraman Derek. Ia bergegas mencari-cari keberadaan Laura dan Maria. Akhirnya semua bodyguard turun tangan karena Raline sudah beringas di club, di depan banyak pengunjung.Sampai akhirnya, Raline berhasil dilumpuhkan. Derek berhasil membekap tangan Raline. Gadis itu
Delapan bulan kemudian …"Ups! Sorry." ucap Raline berpura-pura tidak sengaja sudah menumpahkan vodka ke tubuh pelanggannya."Aish! Sial!" rutuk pelanggannya kebasahan baju."Aduh, Om gak apa-apa kan? Sorry Om, Raline gak sengaja." Dengan gaya manja, Raline memelas agar pelanggannya itu tidak marah."Om gak marah, tapi ini baju Om basah gimana dong?"Raline menarik lelaki yang pantas disebut Om-om itu menuju toilet. "Om ganti baju di sana, keringkan bentar. Raline tunggu disini," ucapnya mendorong tubuh si Om-om ke dalam toilet.Benar saja, Om-om itu menuruti saran Raline. Beberapa lelaki yang tengah berada di dalam toile
STUDIO FOTO AXELDengan wajah babak belur, Axel mengobati wajahnya sendiri yang luka karena habis kena bogeman Derek. Kamera mahalnya hancur tak bersisa, retak berkeping-keping. Bahkan kepingan kameranya tidak bisa di dapatkan si fotografer liar.Axel adalah seorang profesional fotografer. Karya Axel selalu saja membuat followers nya di media sosial terpukau. Jutaan like selalu Axel dapatkan di setiap foto yang ia post hasil jepretan bebasnya.Beruntung masih ada beberapa foto yang Axel dapatkan lewat kamera ponselnya. Meskipun layar ponselnya retak, setidaknya Axel masih mendapatkan foto-foto Raline saat berada di atas panggung merah.Axel mencetak hasil foto dengan objek Raline di studionya. Sambil memegangi wajah yang luka-luka, Axel semalaman suntuk
Laura mengangguk dengan air mata yang terus keluar tanpa suara. Maria membantu Laura masuk ke kamar, dan melanjutkan penyesalan mereka bersama-sama."Daniel apa ada kabar, Ra?" tanya Maria tanpa berniat ingin menyakiti hati Laura."Nggak ada kabar, Mar. Aku khawatir, tapi disisi lain aku tidak ingin membawa orang lain lagi masuk ke dalam kehidupanku." jawab Laura lirih."Yang sabar ya, Ra. Kita harus jaga Raline dalam keadaan seperti ini. Aku yakin, Raline gadis yang pintar. Dia tidak mungkin membiarkan dirinya lemah karena ini." Maria mencoba menenangkan sahabatnya.Laura mengangguk paham, mencoba tenang demi Raline. "Yaudah, kamu lanjut aja istirahat. Aku akan memasak untuk kalian." ujar Laura dengan senyum pasi. Ia pun meninggalkan kamar dan me
"Papa tidak ingin kamu sendirian melangkah. Harus ada seseorang yang mendampingi langkahmu berjalan menapaki kesuksesan. Menurut Papa anak Hardian pantas untuk bersama denganmu." jawab sang Ayah dengan yakin."Persetan!" umpat Gavin meninggalkan ruang kerjanya."Gavin, mau kemana kamu? Papa belum selesai bicara!" panggil Yudistoro yang diabaikan oleh anak lelakinya.Gavin benar-benar meninggalkan sang Ayah yang jarang sekali ditemuinya. Walau hubungan mereka Ayah dan anak, sejak kecil Gavin selalu saja berdebat dengan Yudistoro. Tidak ada kata harmonis di antara keduanya. Yudistoro dengan ego besar, dan Gavin dengan sikap arogannya.Yudistoro memang berniat mempertemukan Gavin dengan anak dari Hardian bernama Gitsa. Pengusaha sukses yang memiliki
Extra bab untuk my readers beloved, PAID LOVE. ___________ Di sebuah mall, Raline dan sang tante pergi ke sebuah store branded luar negeri. Dimana ada foto Raline yang terpampang lebar didepan store menggunakan pakaian branded tersebut dari atas hingga bawah. Ya, hari ini adalah hari tenang Raline sebelum berangkat pergi ke Australia minggu depan. Ia, mendapat black card untuk membelanjakan kartu hitam mewahnya dengan brand yang menjadikannya Brand Model Ambassador. “Ral, Tante mau ke toilet dulu sebentar. Kamu disini aja kan?” ijin Tante Maria pada san keponakan. Raline mengangguk sebagai jawaban. “Raline tunggu disini, ya, Tan.” Maria pun bergegas pergi dari store tersebut dan mencari toilet terdekat. Raline juga kembali diarahkan oleh salah satu retail sales berpengalaman pada produk terbaru mereka. Pada saat tangan Raline meraih salah satu tas yang terpanjang, tiba-tiba ada seseorang yang meraihnya terlebih dahulu. Lantas, wanita itu langsung menoleh dan menatap sosok lelak
Terima kasih sudah berkenan mampir di cerita sederhana ini. Tidak mewah memang, tetapi cerita ini aku tulis dengan hati dan cinta. Segenap hati aku menulis ini dalam keadaan tidak sempurna, karena authornya masih human. Bukan alien. Mhehehe :) Semua emosiku aku tuang di cerita PAID LOVE dari sedih, senang, gusar, bahagia bahkan tersedu-sedu seperti saat aku menuliskan sedikit ucapan untuk yang sudah singgah apalagi menetap bersama Author yang hobi makan remahan taro ini. Kiranya kalian kata-kata tidak puitis dan aneh ini bisa dong, kasih ulasan tentang cerita PAID LOVE, entah itu Raline, Gavin, Laura dan lain-lain. Singkat memang, tapi tidak ada cerita yang berakhir harus bahagia. Cerita ini memang menggantung, dan agak
"Luka itu tidak akan pernah bisa sembuh sekalipun bisa hilang dari pandangan mata ...."***Satu tahun kemudian ….Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Devin. Ia mencium bibir Raline dengan paksa. Berhasil wanita itu membalas dengan tamparan keras di wajah adik dari Gavin. Selama ini dia sangat mempercayai Devin. Tetapi sekarang semua kepercayaan itu hancur lebur."Kamu keterlaluan, Dev! Jadi semua itu kamu penyebabnya, huh!? Aku tidak menyangka kamu sejahat itu ternyata."Raline tidak menyangka jika semua yang terjadi adalah ulah Devin dan Lucy. Hubungan dia bersama Gavin hancur karena dengan sengaja lelaki itu mengadu domba keduanya sampai berpisah seperti sekarang.&nbs
Selama di dalam perjalanan menuju pulang, Laura terus membujuk Raline untuk menerima tawaran pemilik agensi model itu. Bahkan Raline kebingungan menolak tawaran itu saat Gasari memintanya lagi untuk menjadi model.“Ini bakal jadi pengalaman baru buat kamu. Siapa tahu uangnya bisa kamu tabung dan lanjut untuk kuliah. Daripada kamu di rumah terus, Nak. Coba baca dulu kontraknya, terus kamu bisa terima tawaran untuk berkunjung ke kantor agensi itu. Mama temani nanti, deh, ya?” bujuk Laura antusias.Dia juga sebenarnya tidak tega melihat anak kesayangannya itu hanya di rumah seperti dirinya tanpa memiliki aktivitas lain. Hanya Maria yang bekerja. Meski sebenarnya, Laura memiliki uang simpanan pemberian Gavin yang dirahasiakan olehnya dari Raline. Sepeserpun kartu gold pemberian dari menantunya itu tidak pernah disentuh olehnya.
Tiga puluh hari kemudian.Raline tinggal bersama Laura dan Maria. Sudah satu bulan wanita itu pergi dari rumah keluarga Gavin. Sebenarnya Raline ingin pergi dari rumah pemberian suaminya, namun Jamal sudah mewanti-wanti agar tidak perlu meninggalkan hunian mereka sekarang. Rumah yang menjadi tempat tinggal keluarga Raline saat ini, sudah atas nama dia sendiri.Laura dan Maria sampai detik ini tidak tahu kenapa anak kesayangan mereka itu pergi meninggalkan Gavin dan malah tinggal bersama-sama sekarang.Raline berubah menjadi lebih pendiam dan suka berada di dalam kamar setelah keluar dari kediaman mertuanya. Bahkan, tidak jarang dia bisa tahan seharian penuh tidak keluar dari kamar. Laura sempat khawatir, tapi selalu saja Raline bisa berkilah kalau dia akan baik-baik saja.
Raline terikat kedua tangannya salah satu tiang kamar. Gavin menyesapi setiap inci tubuhnya tanpa ada yang tertinggal. Kissmark di leher, dan bekas gigitan membekas di sela paha wanita itu. Ia terperanjat akan sentuhan kasar Gavin yang berada di titik intimnya. Tubuh putih itu sekarang tidak mulus karena lelaki itu menodainya dengan bekas-bekas kegilaannya.Disuruhnya paksa wanita itu menggeliat seksi. Gavin memperlakukan Raline sudah seperti wanita bayaran. Rasa trauma itu kembali muncul. Dia tidak menyangka di dalam hidupnya jika Gavin yang memperlakukannya seperti ini. Kasar dan brutal. Tubuhnya sudah tidak tahan akan kegilaan lelaki itu. Desahan, rintihan tidak hentinya lolos.Pandangan Raline sudah buram. Dia memang bergairah dan sudah mencapai puncak dua kali, namun lelaki itu tidak kunjung menuntaskannya. Malah Gavin hanya menjadikannya tonto
Raline terperanjat setiap kali Gavin mencumbu setiap inci tubuhnya dengan brutal dan kasar. Setitik kristal bening keluar di sudut mata Raline yang tertutup rapat. Saat mata itu terbuka, ia seakan memohon pada Gavin agar berhenti menyiksanya.Tangan Gavin meremas kasar dada Raline tanpa ampun yang masih tertutup bra namun terlihat berantakan. Wanita itu sudah basah dibawah sana, tapi dia tidak merasakan kehangatan sama sekali akan sentuhan yang diberikan Gavin. Lelaki itu menyiksa tubuhnya kasar.“Emmpphh!” rintih Raline. Dia membuka matanya yang sudah sayu berusaha menatap dan memelas belas kasih di mata Gavin. Namun, tidak ada pandangan hangat lagi di mata sang suami. Air mata jatuh tak tertahan lagi. Raline menangis sekarang.Setelah puas membasahi tubuh Raline dengan salivanya
Sesampainya Gavin di rumah, suasana sudah sangat sepi. Hanya ada pengawal yang tengah berjaga di kediaman Yudistoro. Tuan besar di rumah itu pun sedang tidak berada di tempat.Gavin turun dari mobil dengan amarah yang tertahan. Rahangnya mengeras dengan penampilannya yang berantakan. Darah masih bersimbah di jari tangan suami dari Raline itu.Gavin terlebih dahulu mencuci tangannya di kamar dia sebelumnya. Lelaki itu enggan masuk ke dalam kamarnya bersama Raline. Dia sangat gusar dan dalam keadaan tidak baik.Sebisa mungkin Gavin menghindari bertemu dengan istrinya. Dilepasnya kemeja putihnya dan meminum banyak air putih yang baru saja dibawakan oleh pekerja di rumahnya.Membasuh wajah dan rambutnya, Gavin berdiri di depan cermin kamar mandi sambi
"Kamu tunggu disini," pinta Gavin pada Jamal."Baik, Tuan." Jamal berdiri di depan pintu gudang dan menurut saja atas perintah Gavin.Dengan langkah berat, Gavin masuk ke dalam gudang yang temaram. Hanya ada lampu yang menyala tepat di bawah Edd tengah disekap mulutnya. Ada dua pengawal yang berjaga di samping kiri dan kanan.Gavin memberi isyarat dengan mengibaskan tangan pada dua pengawalnya yang berjaga standby. Mereka pergi karena bos mudanya meminta untuk pergi. Tinggallah Gavin sendiri bersama Edd.Edd dalam keadaan tertidur saat ini. Mulutnya dibekap lakban berwarna hitam. Wajahnya terlihat memar di beberapa sudut. Edd melawan saat dibawa paksa oleh dua pengawal Gavin ke gudang ini. Belum hilang bekas pukulan Devin saat itu, sekarang wajah